Chapter 15: Untitled

1.4K 36 24
                                    

Yuka’s POV

“Harry, kau bisa terbang?” tanyaku pada Harry sambil membantunya bangun dari tempat tidur di rumah yang entah milik siapa ini.

“Ugh, ya,” Harry masih terlihat sangat lemah. Lukanya sangat parah walaupun Gerald telah menyembuhkannya. “Yuka, mukamu kenapa? Apa yang kau pikirkan?” tanyanya.

Aku hanya menggeleng menahan apa yang ingin aku katakan. Aku tidak mau membuat Harry sedih dengan sejuta permintaan maafku padanya. “Gak. Nggak apa-apa, kok,” ucapku mengalihkan pandanganku. Aku tahu apa yang akan dia katakan setelah ini.

            Harry tidak membalas perkataanku. Kurasa dia sudah tahu apa yang ada di kepalaku. Membaca pikiran. Aku hanya berfikir kapan aku akan mendapat kekuatan hebat semacam itu. Kapan aku bisa meraih ketinggian yang bahkan tidak pernah bisa aku daki. Kenapa dunia ini begitu tidak adil? Kenapa kehidupan ini begitu menyakitkan? Aku hanya berharap Tuhan akan mendengarku.

            Kami bertiga terbang perlahan menjauhi rumah yang asing di mataku itu. Yah, karena Harry lah kami terbang pelan. Dia tidak ingin dirinya merepotkanku dan Gerald dan lebih memilih terbang dengan kedua sayapnya sendiri.

“Gerald,” panggil Harry dari belakangku ketika kami bertiga sedang terbang dalam keadaan sunyi. Dengan refleks aku dan Gerald berpaling ke arah Harry.

“Ada apa?” tanya Gerald menoleh ke arah Harry sambil terus mengepakkan sayapnya.

“Bagaimana cara membunuh tubuh manusiamu?” sebuah kalimat yang keluar dari mulut Harry membuat kedua mataku membesar. Apa-apaan pertanyaan Harry tersebut. “Hanya bertanya…”

Kudengar Gerald menghela nafasnya panjang. “Mudah saja. Kau tinggal membunuh dirimu sendiri ketika kedua sayapmu sedang nggak muncul.”

“Hei tunggu sebentar. Kalau begitu orang-orang di sekitar kita akan bisa melihat mayat kita, kan?” tanyaku sedikit merasa aneh. Sekali lagi aku melihat Gerald menghela nafasnya panjang.

“Kalian tau? Keberadaan malaikat itu nggak nyata. Kita terlahir sebagai malaikat yang kemudian mencuri tubuh manusia dan hidup sebagai manusia setengah malaikat. Yah, singkatnya begitu. Malaikat nggak punya wujud asli mereka. Ketika malaikat lahir, mereka akan diberikan sebuah tubuh manusia yang akan mereka gunakan sampai mereka mati. Dan ketika seorang malaikat mati dalam wujud manusianya, itu semua gak akan banya berarti. Ingatan mengenai mereka akan hilang dari semua manusia yang pernah mereka temui, kenal atau pernah berhubungan,” ucap Gerald yang kembali membuatku semakin mengerti mengenai dunia para malaikat yang sesungguhnya. Sedikit demi sedikit aku mulai mengerti kehidupan asli seorang malaikat.

“Tapi bagaimana dengan orang tua –“

“Mereka, kan malaikat juga. Mana mungkin malaikat akan kehilangan ingatannya tentang seorang malaikat yang mati dalam wujud manusianya,” Gerald menghela nafasnya panjang.

Aku hanya bisa mengkerutkan dahiku karena penjelasannya semakin susah dipahami oleh otakku. “Ugh, aku nggak terlalu mengerti….”

“Dasar kau ini. Pokoknya intinya, malaikat yang mati dalam wujud manusianya itu gak benar-benar mati. Dia cuma kehilangan wujud manusianya dan gak akan bisa kembali bersosialisasi dengan para manusia. Dengan begitu kau nggak akan bisa berhubungan dengan dunia manusia dan kehidupanmu dengan dunia manusia akan terputus selamanya. Mengerti?” ekspresi Gerald terlihat sedikit menyerah jika aku masih belum mengerti juga. Kuanggukkan kepalaku tanda bahwa diriku (sedikit) mengerti.

“Apa yang akan terjadi jika seorang malaikat membunuh wujud manusianya?” Harry kembali bertanya.

“Hidup abadi untuk malaikat level S dan penundaan waktu kematian untuk malaikat level A, B dan C,”

Voice of The SkyWhere stories live. Discover now