Epilog [Harry's POV]

1.2K 51 14
                                    

Aku duduk di atas sebuah kursi di ruang kerja Liam yang bersebelah dengan ruang kerja kelompok kami. Aku hanya bosan diam dan bingung untuk melakukan apa. Yuka sedang mengurusi dokumen-dokumennya di ruang kerja sebelah. Niall pergi entah kemana. Ya ya ya, level S memang menyibukkan.

“Harry, kau mau kopi atau teh? Aku nggak tega melihatmu duduk diam tanpa kerjaan,” ucap Liam berdiri di depan sebuah dispenser dengan sebuah cangkir kosong di tangannya.

“Kopi. Aku bosan minum teh,” balasku memutar-mutar kursi tempat duduk Liam. Kurasa Liam menyadari apa yang aku lakukan dan memberikan seuah tatapan ‘jika kau memutarnya terlalu sadis dan kursi itu rusak, kuturunkan semua nilai-nilaimu’. Uh, Liam, kenapa kau sangat jahat padaku.

“Nih,” Liam memberikan secangkir kopi panas padaku. “Kau gak bilang terima kasih?”

Aku hanya memandang Liam yang kembali ke sebuah lemari dokumen.

“Aku masih kesal padamu,” lanjutku.

“Kesal padaku? Apa memang salahku?” Tanya Liam sambil melepar sebuah celana berwarna abu-abu.... milikku. “Ugh, bagaimana bisa celanamu ada di lemariku,” omel Liam terlihat jijik.

“Kenapa kau gak memberitahuku kalau Niall itu seorang malaikat level S dan yang menjadi partner Yuka yang sebenarnya?!” seruku penuh dengan frustasi dan semakin memutar-mutar kursi yang kududuki.

“Mana kutahu kalau kau sebenarnya nggak mengetahui hal itu. Aku mulai merasa aneh ketika kau bicara mengenai Gerald yang menjadi partner baru Yuka,” Liam membalas pernyataanku dengan nada datar dan biasa saja.

“ASDFGHJKLPOIUYTREWQZXCVBNM!”

“Harry..... bicaralah dengan bahasa manusia.... Baiklah, aku akan ke kantor dulu menyerahkan dokumen-dokumen ini. Kutinggalkan ruangan ini di tanganmu dan kumohon jangan hancurkan kerapihan ruangan ini. Terlebih lagi, jangan tinggalkan benda-benda milikmu di ruangan ini! Camkan itu!” seru Liam menutup pintu ruangan dan pergi meninggalkanku sendiri. Ya, sendiri. Menyedihkan.

Aku bangun dari dudukku dan berjalan ke sebuah meja dengan beberapa lemari yang menggantung. Kubuka lemari pertama yang menarik perhatianku dan kutemukan boneka Gerald di dalamnya. Hehehe, memanggilanya di waktu begini boleh juga.

“Ugh, bocah bodoh! Apa maumu membangunkanku di saat seperti ini?!” omel Gerald yang terlihat kesal dengan rambut coklatnya yang terlihat benar-benar berantakan.

“Menjijikkan, kau benar-benar ketularan Niall memanggilku seperti itu,” kumanyunkan bibir bawahku dan membuatnya memutar matanya. “Aku hanya ingin bertanya beberapa hal padamu,” lanjutku kembali duduk di atas kursi.

“Apa yang ingin kau tanyakan, hah?”

“Pertama, bagaimana bisa kau berubah menjadi sosok manusia dari sebuah boneka dan sebaliknya?” tanyaku sambil melempar sebuah apel padanya yang berada di atas meja. Liam, akan kugantikan lain kali untuk apel ini.

Gerald menggigit apel itu dan merilekskan tubuhnya di atas sofa. “Nggak kusangka kau sebegitu penasarannya dengan kehidupanku. Akibat selalu sendirian dan nggak memilik pasangan,” balasnya terlihat tertawa kecil. Kulempar sebuah pulpen di saku bajuku.

“Hahaha, baiklah baiklah maafkan aku. Kurasa kau masih ingat cerita tentangku pada  seratus sepuluh tahun yang lalu, kan? Saat itu aku masih menjadi malaikat level S biasa. Tapi beberapa tahun kemudian, aku mendengar bahwa seorang malaikat level S yang mendekati Tuhan mendapatkan sebuah kekuatan yang baru. Dan saat itu, kau nggak akan bisa membayangkan bagaimana bahagia diriku ketika aku ditunjuk menjadi pelayang malaikat level S itu yang ternyata adalah Niall. Lima puluh tahun kemudian, Niall memberiku dua pilihan. Yang pertama membuatku menjadi sebuah boneka hingga aku bisa terus menjadi pelayannya, dan yang kedua aku tetap dalam wujud manusiaku tetapi masa kontrakku dengannya berakhir di hari itu. Tentu saja aku memilih menjadi sebuah boneka untuk terus bisa melayaninya,” Gerald kembali menggigit apel di tangannya ketika dia menyelesaikan ceritanya.

“Bahagia? Bagaimana bisa kau bahagia menjadi seorang pelayan? Dan kenapa kau memilih untuk menjadi boneka dan terus melayani Niall?” tanyaku sedikit bingung. Gerald hanya melihatku tajam dengan kedua bola mata birunya. Kuberikan pandangan aneh padanya.

Gerald bangun dari duduknya dan berkata, “kau baru mengenal Niall selama kurang lebih empat tahun. Lima puluh tahun bersamanya kau baru bisa merasakan semuanya. Waktu selama itu kugunakan untuk memahaminya dan akhirnya aku bisa mengetahui siapa sebenernya dirinya. Kau gak akan tahu mengapa aku lebih memilih mengabdi padanya seumur hidupku jika kau hanya mengenalnya dalam jangka waktu sependek itu,” Gerald tersenyum dan pergi meninggalkan ruangan ini.

“Hei aku belum selesai bertanya! Aku baru bertanya satu pertanyaan hei malaikat level S!” seruku tanpa ada yang menjawab. Aku terdiam membatu dan membisu. “Jadi, aku kembali sendirian di sini...” kubuang nafasku panjang dan mulai beranjak dari kursiku. Baiklah, aku akan mengajak Yuka untuk makan siang.

Kubuka pintu ruang kerja kelompok. “YUKA! Makan siang – uh ah eh, maafkan aku....” seruanku terhenti ketika aku melihat love birds di sana sedang akan berciuman. Mereka terlihat kaget melihatku membuka pintu. Segera kututup pintu kayu ini dengan perasaan sangat malu. Aku mengganggu momen indah mereka. Sial, kau bodoh sekali, Harry. Aku akan dibunuh Niall dan Yuka. Oh, Tuhan, selamatkan aku!

Aku duduk di depan pintu dan menutup wajahku. Ini pertama kalinya aku merasa semalu ini. Aku bangun dari dudukku dan kembali berjalan mencari makan siang. “Lucy! Makanlah bersamaku!”

.

.

Uwooo, this story finally end! Aku ngebuat cerita ini sekitar bulan Oktober 2012 dan sekarang bulan Maret 2013. Perjalan yang cukup panjang </3 Terima kasih buat semua yang udah setia baca cerita ini dari awal sampe akhir, makasih yang udah sabar nungguin setiap minggunya buat nunggu update, makasih buat vote sama komen-komen yang bikin mood aku buat nulis cerita ini makin gede. Makasih buat semua respon kalian semua (‘: *sobbing*

Tapi guys, tenang aja ini bukan akhir dari petualangan Yuka, Niall, Harry, dan si kecil Lucy. Aku bakal ngepost short story tentang mereka setiap minggunya. Apa yang bakal terjadi antara Yuka sama Niall, Yuka sama Harry, Niall sama Harry dan yang pastinya Harry sama Lucy (?) Pokoknya ini bukan akhir cerita mereka bertiga!

MUCH LOVE!!

-Jasmin

Voice of The SkyWhere stories live. Discover now