Chapter 13: Unending Story

1.4K 40 13
                                    

Yuka’s POV

            Angin malam berhembus dengan cepat ke arahku yang terus terbang dengan kedua sayapku. Tugas malam ini adlaah tugas pertamaku setelah kembali berpasangan dengan Harry (walaupun hanya untuk dua hari ke depan). Perasaanku... senang. Ya, senang bisa kembali berpasangan dengan sahabat lamaku. Walaupun ada rasa lain yang terkadang muncul di pikiranku. Terdengar aneh. Tapi aku merasa sedikit awkward setiap mulai berbicara dengannya.

“Harry, lihat!” seruku berhenti mengepakkan sayapku dan menujuk seorang gadis dengan rambu pirang bergelombangnya yang terurai sedang berjalan sendirian di pinggir jalanan yang gelap dan sepi.

“Alex Morison. Kurasa itu target kita kali ini,” balas Harry sambil mengeluarkan sebuah buku berwarna hitam untuk mencocokkan data-data yang ada.

“Biar aku yang ke bawah. Kau tunggu saja di sini,” aku mulai kembali mengepakkan sayapku dan melesat menuju ke arah gadis di sana.

PLAK

Semua syaraf di tubuhku tiba-tiba menegang melihat apa yan terjadi saat ini. Tangan kananku. Terpegang oleh gadis ini. Bagaimana bisa.

“Yuka!” kulihat Harry mulai melesat ke arahku. Kubuang tangan gadis itu dan mundur beberapa langkah.

“Si-siapa kau? Ba-bagaimana bisa kau melihat dan menyentuhku?”

Gadis bernama Alex itu membalikkan badannya dan saat ini kedua mata merahnya memperhatikan keempat mata di depannya. “Lama nggak berjumpa, malaikat pencabut roh yang terhormat,” ucapnya sambil membungkukkan badannya dan membuat mataku dan mata Harry membesar dengan sejuta pertanyaan di kepala kami.

Harry menggerakkan kakinya beberapa langkah dan saat ini dia berada di depanku. Melindungiku. Dapat kulihat wajah serius milik Harry terus menatap gadis dengan baju serba putih di sana. “Siapa kau? Bagaimana kau bisa lakukan itu semua?”

“Bagaimana, ya, menurutmu, tampan,” gadis itu hanya tersenyum picik. Tiba-tiba sekujur tubuhku bergetar hebat. Aku takut. Aku takut melihat gadis itu. Terutama kedua bola mata merahnya yang seakan-akan bernafsu untuk membunuh.

“Jaga kata-katamu, nona,” wajah Harry semakin terlihat kesal melihat perlakukan gadis tersebut. “Tolong jawab pertanyaanku dengan begitu aku bisa mengantarmu pergi dan aku bisa kembali tidur.”

“Bagaimana kalau tidak?”

BUAK

Tiba-tiba angin besar di hadapanku membuatku menutup mataku. Dengan segera kubuka mataku dan kulihat Harry terpukul ke arah tembok sebuah rumah dengan sangat keras.

“HAR –“

“Tolong jangan berteriak, nona. Kau bisa membangunkan para manusia bodoh yang sedang terlelap di sana,” sebuah tangan yang sangat kuat menutup mulutku hingga aku tidak bisa menggerakkan lidahku secenti pun. Aku terlalu takut untuk bergerak. Kulihat ke arah kiriku. Yang aku lihat hanya tubuh Harry yang tergeletak tak berdaya. Siapa gadis ini. Bagaimana dia bisa melakukan ini semua. Aku akan mati di sini. Gerald kumohon tolong aku.

“Menjauh darinya, bodoh!” teriak sebuah suara yang datang ke arahku dan membuat gadis ini melepaskan tangannya dari mulutku dan meloncat jauh ke belakang. Tubuhku terjatuh ke atas tanah dan kulihat Harry berdiri sempoyongan di depanku dengan darah yang keluar dari mulut dan kepalanya.

“Ugh..”

“Harry! Ka-kau nggak apa-apa?” tanyaku khawatir ketika Harry jatuh berlutut dengan terus memegang tangan kirinya. Air mata mulai turun dari kedua mataku. Kami akan mati di sini. Kami akan mati.

“Yu-Yuka? Kau nggak apa-apa, kan? Perempuan itu gak melukaimu, kan? Kau – uhuk,”

Beberapa tetes darah mulai kembali keluar dari mulut Harry. “Berhenti bicara sekarang!” teriakku padanya sambil menghapus air mataku. Harry hanya bisa terdiam mendengar teriakkanku yang kurasa teriakkan terkeras yang pernah dia dengar dariku. Kurobek sedikit bajuku dan kulilitkan di tangan kiri Harry. Berusaha menghentikan pendarahannya.

“Ahh, romantis sekali. Aku jadi ingat masa-masa ketika aku hidup,” ucap gadis tersebut. Masih hidup?

“Kau.... roh penasaran?” tanyaku membantu Harry berdiri.

“Roh penasaran?” Harry memberikan tatapan penuh Tanya di wajahnya. Aku tidak berpaling dan terus memandang gadis di sana.

“Roh yang terikat dengan bumi dan gak bisa kembali ke langit. Kau roh penasaran, kan?” tanyaku lagi padanya dengan nada suara yang sedikit naik.

“Nggak kusangka seorang malaikat level C sepertimu mengerti semua hal yang dilakukan malaikat level S,” bingo! Tebakkanku benar! Bagaimana bisa Gerald memberikan kami berdua tugas yang berkaitan dengan roh penasaran. Kami tidak punya kekuatan sepertimu.

Kupalingkan pandanganku pada Harry dan berkata, “Harry kurasa kita harus – KYAAA!”

“Yuka, menjauh!” lagi-lagi angin besar itu kembali lagi dan membuat kedua mataku tertutup menahan debu yang berterbangan. Aku merasakan tubuhku terlempar lalu mendarat di atas rerumputan. Kubuka mataku dan kulihat Harry berteriak kesakitan di tangan gadis itu.

“HARRY!” Ba-bagaimana bisa? Bagaimana bisa gadis itu mengangkat Harry dan mencekik lehernya hanya dengan satu tangan.

 “Kenapa? Kenapa kau lakukan itu? Biarkan saja gadis itu menangkan kita berdua! Jangan kau seorang!” teriakku berusaha bangun. Kakiku terasa sangat sakit dan lemas.

“Aku... nggak akan pernah berhenti melindungiku..” tiba-tba sebuah kalimat yang keluar dari mulut Harry membuatku diam seribu kata.

“Yu-Yuka... pegilah... aku akan – ARGH!” lagi-lagi teriakan Harry terdengar di telingaku. Membuatku semakin tidak tahan dengan semua yang dia perbuat.

“LEPASKAN!!” Aku bangun dan berlari ke arahnya. Aku berusaha menerjangnya tapi tiba-tiba gadis itu melempar tubuh Harry ke arahku dan membuatku kembali terdorong ke belakang dengan Harry bersamaku.

“Huh, malaikat level C dan level A seperti kalian tidak akan bisa mengalahkanku,” langkah kaki mulai terdengar mendekat. Aku mengabaikan gadis itu dan terus memberikan perhatianku pada Harry yang tidak sadarkan diri di pangkuanku.

“Harry! Harry! Bangunlah! Jawab aku!” air mataku kembali jatuh ketika setiap saat aku menggoyang-goyangkan tubuhnya dan tidak kudapatkan respon apapun darinya.

“Harry! Jangan tinggalkan aku sendiri!”

“Percuma saja, nona malaikat level C,”

“Kau... kau berjanji padaku untuk mengantar Niall bersama kan lusa nanti? Kau berjanji padaku, kan, bodoh?!”

“Jangan buang-buang tenangamu hanya untuk meneriaki sebuah tubuh yang tergeletak gak bergerak gitu, nona,”

“DIAM KAU, BODOH!” aku berteriak sekuat mungkin dengan semua sisa tenagaku dan membuat wanita jalang tersebut tidak membalas seruanku.

“Harry, kumohon......” kulakukan semua hal yang kubisa untuk membangunkannya. Tapi semuanya gagal. Semuanya hanya bernilai nol. Tidak ada jawaban. Tidak ada tanggapan. Tidak ada apa-apa yang bisa aku lihat dan rasakan.

“Percuma kau berteriak sampai menghancurkan pita suaramu juga. Inilah rasanya kehilangan seseorang yang kau sayangi,”

“Gerald, tolong aku...” bisikku sambil memeras baju Harry ketika sebuah angin besar mulai berhembus di dekat kepalaku. Semuanya gelap. Pandangan mataku gelap. Aku tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Indraku mati. Bukan. Bukan indraku. Aku rasa diriku yang mati. Ya, mati.

.

.

HUWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA ;________________; Gak bisa nulis apa-apa lagi buat tambahan! Jangan lupa vote sama comment-nya..... *meres mata*


-salam basah, Jasmin


*nb: foto Harry ada di samping..............

Voice of The SkyWhere stories live. Discover now