Resah

337 56 6
                                    

Nyatanya sampai hari ini, tepat dua minggu setelah kejadian di toko es krim, Ayu tetap menganggap ucapan Aga kemarin nggak begitu serius. Buktinya, sampai saat ini, cowok itu sama sekali nggak menanyakan apa-apa lagi. Entah via pesan atau setidaknya bicara langsung dengan Ayu.

"Ish... Seenggaknya tuh jelasin, yang kemarin serius atau nggak." Ayu menenggelamkan wajahnya pada bantal.

Saat rapat pun Ayu juga menghindar dari Aga, dan sialnya cowok itu juga seperti menghiraukan Ayu.

Sejujurnya, Ayu juga merasa rindu selama beberapa hari ini nggak bertegur sapa dengan Aga.

Lebih menyebalkannya lagi, Ayu masih selalu bertanya-tanya tentang perasaannya sendiri. Selama delapan belas tahun hidup, Ayu nggak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Ya... paling naksir seperti remaja pada umumnya ada sih. Tapi, bagi Ayu itu adalah hal yang berbeda. Sama seperti perasaannya kepada... Brian? Mungkin... Ayu baru memahami bahwa selama ini ia hanya kagum dengan cowok itu.

Nggak ada perasaan lebih yang Ayu taruh disana.

Setelah berjam-jam hanya berdiam di kasur dan menganggurkan tugasnya, Ayu bangkit. Ia berjalan ke kamar Saras, mengetuk pintu cewek yang lebih tua dua tahun darinya. Namun, nggak ada jawaban sama sekali.

"Oh iya... mbak Saras lagi magang."

Ayu melenguh kasar, lalu ia bergeser berjalan ke kamar Dhiska, mengetuk pintu kamar temannya.

"MASUK, YU." Sahut Dhiska dari dalam.

Ayu masuk dan nggak lupa menutup pintunya lagi. Dihampirinya Dhiska yang sedang duduk di lantai, menonton drama korea dari laptop yang ia taruh di meja kecil. Ayu duduk di sebelah Dhiska, ikut menonton dengan cewek itu.

"Episode berapa, Dhis?"

"Lima." Jawab Dhiska tanpa menoleh kepada Ayu.

"Cepet banget, perasaan kemarin baru mulai nonton."

"Hehe penasaran gue, kayaknya di episode ini mereka mau ciuman deh."

Ayu memutar bola matanya, "Dasar... Lo nonton drakor yang diincer adegan ciumannya doang."

"Kan gue liat di preview episode kemarin."

Mau nggak mau Ayu ikut bergabung, padahal ia melewatkan episode dua sampai empat, karena Dhiska sudah lebih dulu mendahului Ayu, ia ikut menonton saja. Daripada di kamar hanya teringat kejadian di toko es krim dua minggu lalu.

Ayu mengambil bantal dari kasur Dhiska, meletakkan di pangkuannya.

Ayu pikir, ikut menonton drama bersama Dhiska, bisa melupakan pikirannya tentang Aga. Tapi, ternyata nggak bisa. Ia berusaha fokus pada layar laptop, tapi tetap saja kalimat Aga selalu terngiang di kepala Ayu.

Ia menggaruk kepalanya gusar. Membenturkan kepalanya pada bantal yang ia pangku.

"Ya elah, click bait doang nih preview episode hari ini. Ciuman enggak, berantem iya."

Dhiska seperti berbicara sendiri, karena Ayu nggak mendengarkan sama sekali. Sadar Ayu yang sudah nggak fokus lagi dan kepalanya sudah tertutupi bantal, Dhiska menyenggol lengannya. Ayu sontak mengangkat kepalanya dan menatap Dhiska sayu.

"Kenapa lo?"

Ayu menggeleng pelan, "Nggak apa-apa hehe... Ngantuk doang."

Dhiska tahu Ayu berbohong, dua tahun mengenal Ayu, ia sangat paham wajah Ayu pasti sangat kentara ketika sedang berbohong.

point of viewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang