Jadi... Nggak Usah?

392 52 6
                                    

Ayu menggaruk kepalanya, jemarinya sedaritadi nggak berhenti ketik-hapus pesan yang akan dia kirimkan pada Aga.

Seharusnya hari ini Ayu menemani Aga mengerjakan tugas di kafe milik teman Aga. Tapi, sudah hampir sore dan tugas kelompok Ayu belum juga selesai. Apalagi Aga sudah menanyakan kapan Ayu akan selesai dan kalau bisa kabari Aga sesegera mungkin.

Ayu rencananya ingin mengganti hari saja, tapi kemarin mereka sudah janji bahkan sampai Ayu berani-beraninya menautkan jari kelingkingnya dengan Aga. Berarti, janjinya nggak boleh dilanggar kan?

Ah, bodo amat. Tanya dulu aja.

Ayu nggak peduli apapun lagi, yang penting dia bilang dulu dengan Aga. Masalah Aga marah atau nggak, Ayu sudah nggak peduli.

"Lo kenapa sih, Yu? Kayak orang kebingungan gitu?" Tanya Tasya yang ada di hadapan Ayu.

"Hehe nggak apa-apa." Jawab Ayu kikuk.

Ia menggigit kuku jempolnya, kakinya di bawah bergoyang, menunggu balasan Aga.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hah? Nyusul?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hah? Nyusul?

"Lo punya pacar ya?" Kali ini gantian Imelda yang bertanya.

Bola mata Ayu langsung melebar mendengar spekulasi teman-temannya.

"Pacar apaan? Nggak ada." Sangkal Ayu dengan cepat.

"Habis lo chatan serius banget, kayak lagi nungguin balesan pacar lo yang lagi ngambek." Sambung Imel.

"Kali aja lo kena cinlok pas jadi panitia dies natalis, Yu." Canda Tasya.

"Dih... Mana ada. Boro-boro ada cinlok, pada puyeng sama divisi masing-masing."

"Haha kan kali aja, Yu. Udah banyak tau fenomena jatuh cinta waktu kepanitiaan. Kalo ada celah kosong mah kenapa nggak.  Gue bilangin aja nih, jangan pernah pokoknya baper sesama panitia. Hukumnya wajib." Jelas Tasya lagi.

"Wajib? Kayak ibadah aja."

Ayu kembali memfokuskan dirinya ke layar laptop, menyembunyikan dirinya yang salah tingkah. Dan berharap Aga nggak menghampiri dirinya kalau memang dia akan menyusul ke sini.

point of viewWhere stories live. Discover now