Audisi Band (b)

318 58 8
                                    

Ayu memejamkan matanya, begitu Wina menggoreskan pensil alis ke alis Ayu. Sesekali menatap ke cermin bagaimana penampilannya hari ini. Kemarin, ia meminta Wina untuk mengajarkan make up. Ayu begitu puas dengan hasil tangan Wina, alisnya sangat terbentuk rapi, tidak terlalu tebal, dan tidak terlalu runcing seperti yang Ayu buat.

"Wih... Keren banget, Win." Ayu menaikkan alisnya beberapa kali dan memamerkan pada Dhiska yang duduk di sebelahnya.

"Cakep, Yu."

"Oh jadi ini tuh nggak usah diisi ya yang dipinggir?" Tanya Ayu sambil memerhatikan bentuk alisnya.

"Iya, Yu. Lo cukup isi di tengah sampe ujung aja, nanti kalau udah disisir dia keisi sendiri dan jadi gradasi. Alis lo nggak keliatan kayak tebel banget gitu jadinya."

"Emang si Ayu payah banget, alis bikinan dia kayak alis pelakor bentuknya." Sambar Dhiska.

Ayu mengercutkan bibirnya, rasanya ia nggak mau menghapus alis hasil gambaran Wina.

"Minggu depan bisa ajarin pake eyeliner nggak, Win?"

Wina memasukkan alat makeupnya ke dalam pouch berwarna pink yang selalu ia bawa, "Kenapa nggak sekarang?"

"Minggu depan aja."

"Mau ngedate ya?" Goda Wina mendekatkan wajahnya ke arah Ayu, memasang raut wajah jahil.

"Ngedate sama siapa?" Balas Ayu bingung.

"Abrian?"

"Mana ada." Bantah Ayu dengan malu-malu.

Ayu belajar makeup hanya ingin saja. Melihat Wina yang datang ke kampus selalu dengan dandanan yang cantik, sedangkan ia hanya memakai bedak dan liptint yang sudah hilang karena tidak dipoles ulang selama berjam-jam. Pokoknya Ayu mau terlihat lebih rapi mulai sekarang.

Bahkan tadi sebelum berangkat, tumben sekali Ayu mencatok rambutnya. Biasanya Ayu sangat malas karena pasti mencatok rambut membutuhkan waktu hampir lima belas menit baginya. Dhiska juga menyadari perubahan penampilan Ayu hari ini, dia lebih suka melihat Ayu yang berdandan rapi, menurut Dhiska Ayu terlihat lebih manusiawi dan bernyawa.

Butuh waktu beberapa hari juga bagi Ayu untuk belajar makeup lewat tutorial yang ia tonton di youtube. Akhirnya sekarang dia sudah bisa mengaplikasikannya sebelum berangkat ke kampus. Masih coba untuk makeup tipis-tipis sih, Ayu belum berani untuk memakai makeup dengan konsep bold.

"Teh Ayu." Ayu mendongak dan mendapatkan Abas sudah berdiri di depannya.

"Abas? Kenapa?"

Abas menaruh satu gelas plastik es coklat dengan toping keju dan cincau di atas meja Ayu.

"Abas minta maaf teh, atas kejadian minggu lalu. Udah bikin teh Ayu jatuh dari tangga." Ujar Abas pelan, kepalanya menunduk dalam, menghindari tatapan Ayu.

Wina dan Dhiska yang penasaran langsung menggeser kursinya dekat dengan Ayu.

"Maaf udah bikin teh Ayu jadi keseleo. Saya minta maaf banget."

"Nggak apa-apa, Bas. Nggak usah dipikirin. Ini kaki aku udah sembuh kok."

Abas mendongakkan kepalanya, mulai berani menatap Ayu yang sedang tersenyum, "Jangan gitu teh, saya jadi tambah bersalah."

Ayu terkekeh pelan, "Terus mau gimana? Udah kejadian dan udah berlalu. Lagian kalau dipikir-pikir aku juga yang sok berani naik tangga kayak gitu."

Abas menggaruk lehernya yang tidak gatal, "Iya pokoknya teteh boleh deh marahin saya, masa saya langsung dimaafin sih? Padahal teh Ayu udah berhari hari kakinya kesakitan. Teh Ayu kalau butuh apa-apa bilang ke saya aja, saya janji bakal nurutin perintah teh Ayu."

point of viewWhere stories live. Discover now