23 [Awal Semua Ini]

118 60 43
                                    

Hei, klean apa kabar?

Buruk? Oke selamat!

Terima kasih!!

DUDUK berjam-jam dan fokus memandang lembar demi lembar buku, membuat netra cokelat Nada berkunang-kunang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

DUDUK berjam-jam dan fokus memandang lembar demi lembar buku, membuat netra cokelat Nada berkunang-kunang. Sehingga fokusnya dalam belajar menjadi hilang. Ditambah lagi sorot cahaya dari layar laptop dan lampu belajar membuat kepalanya sedikit pusing. Nada sesekali memijat pelan batang hidungnya, berharap kondisinya dapat kembali pulih.

Gadis remaja itu memanfaatkan insomnia yang dideritanya untuk belajar sampai larut malam. Pasalnya tiga bulan lagi, seleksi untuk masuk ke SMA Cakrawala, sekolah paling favorit di Jakarta akan diselenggarakan dengan sangat ketat. Untuk mengembalikan fokusnya, Nada menghirup oksigen banyak-banyak, lalu menghembuskan karbon dioksida secara perlahan.

Tinggal menunggu beberapa menit lagi, hari dan tanggal akan segera berganti. Itu terbukti dari jam beker milik Nada yang sudah menunjukkan pukul 23.53. Nada merapikan buku-buku yang ada di atas meja belajar dan tak lupa juga menutup layar laptopnya. Sekarang tinggal mencabut kabel untuk memutus arus listrik, sehingga cahaya dari lampu belajar tak lagi menyorot indra penglihatannya.

"Kalo kamu mau pergi sama dia, aku enggak papa, kok. Asal jangan ajak Nada, juga, Van." Suara itu terdengar cukup keras yang sepertinya berasal dari lantai dasar rumah Nada.

"Nada masih sah menjadi anakku, jadi aku punya hak untuk mengajaknya tinggal bersama," sahut partisipan yang membicarakan tentang hak asuh.

Nada mengernyitkan dahinya ketika mendengar kalimat seperti itu menggema di rumahnya. Aktivitas mematikan lampu belajar ditundanya, sebab ia mulai tersadar, bahwa suara barusan adalah suara Elzalea, Mamanya. Tak pikir panjang, gadis remaja yang tengah mengenakan piyama putih itu langsung keluar dari kamarnya untuk menemui Mamanya dan partisipan yang diajaknya berdebat tadi.

"Mama!" panggil Nada cepat, secepat langkahnya menuruni anak tangga.

"Papa?" Nada menyetop langkahnya dan terkesiap dengan kehadiran Jovan, Papanya. Tetapi terkesiapnya Nada tak cukup sampai di sana. Karena tepat di samping kiri tubuh Jovan, ada perempuan cantik nan muda sedang menggenggam erat tangan Papanya.

"Kenapa Papa ada di sini?" lanjut tanya Nada saat berada di samping El.

"Kamu ikut Papa sekarang!" perintah Jovan tiba-tiba.

"Enggak! Aku mau tinggal sama Mama aja!" Tangan Nada dan Elzalea saling menggenggam satu sama lain.

"Kamu mau jadi anak durhaka sama Papa??!" hardik Jovan.

"Daripada aku jadi durhaka sama Mama, lebih baik aku nggak nurutin perintah Papa untuk tinggal bareng," balas Nada.

Jovan menarik napas, lalu menghembuskan secara perlahan. "Kamu tinggal bareng sama Papa, nggak bakal buat kamu durhaka sama Mama El, kok, Sayang," kata Jovan melembut, selembut genggaman perempuan yang menjadi Istri barunya.

RAFALEONWhere stories live. Discover now