06 [Elzalea]

302 236 46
                                    

NADA sudah semaksimal mungkin untuk menahan rasa kantuknya yang datang di tengah-tengah kegiatan belajar mengajar. Matanya terasa mau copot karena mendengar suara Bu Leliani, Guru Antropologi yang sangat lembut seperti mendongeng sewaktu menjelaskan materi. Jadi, Nada pikir pergi ke toilet untuk membasuh wajah ide bagus juga.

"Lo mau kemana?" tanya Indira ketika melihat Nada yang bangkit dari duduknya.

"Toilet. Lo mau ikut?"

"Enggak, ah. Gue lagi males keluar."

Nada tak menghiraukan Indira yang kembali molor di mejanya. Ia langsung ke depan kelas, menghampiri Bu Leliani untuk meminta izin ke toilet.

Sesampainya di toilet, Nada langsung mencuci wajahnya dengan halus. Setelah itu, ia langsung menarik beberapa lembar tisu yang sudah tersedia di toilet. Tisu itu rencananya digunakan untuk mengelap wajahnya yang basah dan masih meneteskan air. Namun ketika Nada melihat wajahnya sendiri di cermin, perasaan dalam benaknya ada yang menjanggal. Sehingga ia menunda untuk mengelap wajahnya.

Tiba-tiba Nada merasa deja vu, karena mendengar kembali atmosfer suara-suara motor yang waktu itu ia dengar di toilet juga, bersama Indira. Tak ingin membuang detiknya yang berharga, dengan asal Nada mengelap wajahnya menggunakan tisu. Walaupun wajahnya belum kering sepenuhnya, tetapi Nada tetap memutuskan untuk keluar dari toilet dan menuju ke tempat yang membuatnya deja vu. Parkiran.

Nada melangkahkan kakinya dengan setengah berlari melewati koridor SMA Cakrawala. Untuk menuju parkiran dari toilet perempuan, selain melewati koridor sekolah, Nada juga harus melewati kelas XI IPA 1. Kelas dari bernaungnya pasukan INTRO, Inti Brozentro.

Karena langkah kakinya terkesan agak tergesa, akibatnya suara ketukan yang dihasilkan dari pertemuan antara sepatu pantofelnya dengan lantai di lorong sekolah, berhasil menggait netra dan indra pendengaran Leon.

Ketika Leon mengamati Nada lewat jendela kelasnya. Ada rasa sedikit penasaran yang muncul dari benaknya. Mengapa Nada berjalan menuju ke arah parkiran, padahal sekarang jam pelajaran masih berlangsung. Sedangkan, Nada sendiri tak sadar jika dirinya sedang diamati oleh netra elang milik Leon.

***

"Ini cuma ilusi, Nad!" ucap Nada meyakinkan diri setelah sampai di parkiran.

"Apanya yang ilusi?" tanya seorang lelaki yang mengagetkan Nada.

"Oh, eng-enggak, Pak. Itu, itu, apa namanya? Eemmm... Itu tiang benderanya terbuat dari besi," kelit Nada menunjuk tiang bendera yang mengibarkan bendera merah putih.

Nada memanggil lelaki berbadan tambun itu dengan sebutan 'Pak' karena yang menegurnya ternyata Satpam SMA Cakrawala yang sedang patroli di parkiran.

"Kamu ngapain di sini?" tanyanya sedikit curiga.

"Tadi aku dengar suara motor, emang bener ada motor, ya, Pak?"

"Terus yang terpakir di depan kamu itu apa? Perahu Titanic?" jawab Pak Satpam sinis.

"Eeemmm,,, enggak gitu maksudnya. Suara motor gede yang biasa dipake anak geng motor," Nada menunjuk motor pasukan INTRO yang terparkir.

"Gak ada suara motor, lagian ngapain di sekolah nyari suara motor? Sekarang waktunya masih jam pelajaran. Cepat ke kelas, sebelum saya laporin kamu!" suruhnya sedikit membentak Nada.

Nada baru tahu, ternyata yang bisa PMS di dunia ini tidak hanya kaum perempuan saja. Buktinya Pak Satpam di sekolahnya tadi menunjukkan tanda-tanda orang PMS. Nada jadi penasaran, bagaimana, ya jadinya jika ada cowok sedang PMS? Apa dia suka marah-marah dan makan seblak juga?

RAFALEONWhere stories live. Discover now