15 (2020)

660 72 1
                                    


Mark merebahkan kepalanya pada meja, ia sama sekali tidak berminat untuk belajar saat ini, bagaimana tidak ada dua hal yang menjanggal dalam hatinya, pertama kenapa kakaknya Minhyung memilih untuk mengakhiri hidupnya dan kedua kenapa pria yang menurutnya manis ini sama sekali tidak menyadari bahwa Mark menyukainya.

Hal yang membuat Mark lebih kesal adalah saat ini pelajaran mandiri dan ada 3 kelompok siswa jika saat kelas mandiri. Siswa patuh kepada peraturan dimana ia akan belajar dan mengerjakan tugas, kedua siswa yang tidak peduli dan memilih untuk tidur yang penting mereka tidak mengganggu ketenangan kelas, dan ketika murid tidak tau diri yang berisik di kelas dan mengganggu murid lainnya. 

Mark sebenarnya membenci kelas mandiri karena Mark sebenarnya tidak masuk kedalam 3 orang tersebut. Ketika tidak ada guru Mark lebih menyukai untuk memainkan gitar dan bernyanyi di atap sekolah, tapi ia tidak bisa lagi melakukan hal itu karena bisa saja Haechan akan di jahili lagi. 

Dan apa yang Mark lakukan sekarang?

Menatap Haechan yang tengah sibuk mengerjakan soal di bukunya. Bagi Mark ini adalah pemandangan yang menyenangkan, Haechan sebenarnya anak yang manis hanya sedikit yang bisa melihat keimutan dari wajahnya. 

Haechan mengambil bukunya dan meletakkannya tepat di depan wajah Mark 

" Berhenti menatap ku atau ku pukul kau dengan buku ini"

" Ck.. menyebalkan sekali"

Haechan memutar matanya mengemasi barang barangnya dan beranjak pergi

" Mau kemana?" Tanya Mark cepat sambil ikut berdiri 

" Ckk... kenapa kau selalu mengikuti ku! Bukan urusan mu! Jadi jangan ikuti aku" Haechan berjalan keluar dari kelas , seperti tidak punya telinga Mark malah ikut mengikuti Haechan. 

Tangannya sedikit bergetar ketika ingin memutar knop pintu menuju atap. Haechan cukup lama berdiri di depan pintu itu mematung . 

" Tidak akan membukanya?" Mark menyadarkan Haechan dan Haechan pun langsung memutar knop itu 

Hembusan  angin menerpa wajahnya, sudah lama rasanya ia tidak ke sini, terlebih lagi semenjak Minhyung menghilang selamanya Haechan tidak pernah lagi datang kesini karna disinilah Minhyung memilih untuk mengakhiri hidupnya. 

Haechan berjalan pada tumpukan meja disana, kemudian mengeluarkan sebuah pematik dan tak lama ia menyanyikan lagu happy birthday dengan lirih. Mark yang melihat gerak gerik Haechan pensaran dan menghampirinya 

" Kau berulang tau hari ini?" Tanya Mark tepat setelah Haechan menyelesaikan nyanyiannya

" Tidak.... tapi temanku"

" Teman mu? Lalu dia dimana sekarang?"

" Dia? hmmm pindah... ya dia pindah"

Hari ini adalah hari ulang tahun Minhyung, Minhyung pernah bilang bahwa ia tidak yakin dengan tanggal kelahirannnya, namun bagaimana pun ia harus tetap punya tanggal lahir dan pada akhirnya hari dimana ia masuk ke panti diberi sebagai hari kelahirannya. 

Mark membiarkan Haechan sendiri, entah kenapa dalam nyanyiannya Mark tau Haechan sangat sedih hari ini. Mark berjalan ke ujung atap menatap lapangan kosong. Ya, Mark juga tau kakaknya meninggal di tempat ini, mata Mark terus menatap tanah dibawah, membayangkan apa yang kakaknya pikirkan, apa yang membuat kakanya memilih untuk mengakhiri hidupnya, apakah ia ketakuan? Apakah ia tersenyum? atau ia malah menangis.

Mark tanpa sengaja sudah berdiri  di atas pembatas, menutup matanya mencoba membayangkan sebarapa takutnya kakaknya berada di tempat ini, membayangkan ketika tubuh kakanya menyentuh tanah. Tubuhnya yang dingin dan darah panas mengalir membasahi tubuhnya. 

Mark benar-benar tidak bisa membayangkan, ia hanya menghela nafasnya... bagaimana pun ia harus bisa menemukan siapa yang tega membuat kakanya sendiri seperti itu. 

" YA!"

Tubuh Mark tiba-tiba tertarik dan seseorang sedang memeluknya , ya itu Haechan 

" KAU GILA ? APA YANG KAU LAKUKAN?"

" KENAPA KAU SEPERTI ITU?"

" ADA AKU ! KENAPA KAU BERFIKIRAN BODOH SEPERTI ITU !"

Haechan berteriak histeris bahkan ia menangis sambil memukul -mukul pelan Mark. Mark yang melihat itu pun hanya bisa termenung karna jujur saja Mark tidak ingin bunuh diri, ia hanya berdiri di ujung pembatas itu.

" Hey.. tenang lah aku tak apa... aku hanya ingin berdiri disana... tidak ada maksud lain"

Haechan hanya bisa terisak, tadi setelah puas mengenang Minhyung, Haechan melihat Mark yang berdiri di ujung atap dan menutup matanya. Haechan langsung panik dan mengejar Mark untuk menarik nya ketengah, entah kenapa saat Mark berdiri disana, ia seperti melihat Minhyung dan seribu penyesalan memenuhi kepalanya

" Maaf kan aku... ini semua salah ku.... maaf kan aku...." Haechan terus menangis memeluk Mark dengan erat, sudah lama rasanya perasaan yang mengganjal tidak keluar dari hatinya. Andai ia sadar Minhyung membutuhkan pertolongannya, andai ia sadar Minhyung sebenarnya tidak baik baik saja, andai Haechan lebih berani saat itu, mungkin Minhyung masih ada bersamanya saat ini. 

Mark yang melihat Haechan menangis seperti itu hanya bisa mengelus kepalanya pelan. Mark tau mungkin Haechan sedikit terkejut melihatnya disana tadi, tapi bukankah reaksinya berlebihan? Dan kenapa Haechan meminta maaf ini sama sekali bukan salah dirinya . 

.

.

.

Setelah hampir 6 bulan Mark berada di sekolah kakanya ini Mark sampai pada satu kesimpulan, yaitu kakaknya dibully dan mungkin saja itu salah satu atau mungkin saja alasan utama kakaknya memilih untuk bunuh diri. Lalu siapa yang akan Mark salahkan? Dongshik? tidak mungkin, karna jika memang benar Dongshik yang merundung kakaknya bagai mana dengan siswa lain? Bukankah kakanya dan Haechan sama sialnya dan tidak hanya dongshik yang merundung Haechan anak-anak lain juga ikut bahkan lebih parah, jadi tidak ada yang bisa di hukum disini. 

Setelah berfikir cukup lama muncul satu pertanyaan dalam kepala Mark. 

Siapa teman sebangku kakaknya dulu?

Atau tidak adakah satu orang yang melihat kakaknya dengan cara berbeda?

Mark saja hanya beberapa hari berada didekat Haechan ia sudah merasa kasihnnya padanya. Bagaimana dengan orang yang duduk dengan kakanya ini. 

Jika memang benar ada orang tersebut

Bukankah Mark dapat menyalahkan semuanya pada orang tersebut?

Ditengah lamunannya sambil menatap langit-langit kamar, Mark sadar di ujung ventilasi ada sebuah kotak yang diselipkan disana. 

Mark bergegas bangun dari tidurnya dan memanjat untuk mengambil kotak itu. Kotak itu dibungukus dengan lakban yang sangat banyak bahkan Mark kesusahan untuk membuka kotak itu. 

Setelah berjuang cukup lama Mark akhirnya bisa membuka kotak itu dan alangkah terkejutnya ia ternyata di dalam sana adalah ponsel kakaknya 

Ya Mark yakin siapapun yang berakhir seperti itu pasti meninggalkan pesan terlebih untuk siapa itu dan Mark akhirnya menemukan satu satunya barang yang bisa menjadi petunjuk apa alasan kakanya Minhyung memilih untuk mengakhiri hidupnya. 

Mark mencoba menghidupkan ponsel tersebut tapi tidak ada perubahan. Mark mencoba untuk mengisi daya ponsel tersebut namun sayangnya charger miliknya tidak bisa digunakan sehingga Mark terpaksa membeli charger yang sesuai. 


[COMPLETED] Our Story || MarkHyuck Where stories live. Discover now