Dunia itu berputar, manusia itu bisa datang pergi jika dia mau. Titik terendah tidak pernah menjanjikan kehadiran seseorang disisi mu. Apa yang dianggap baik, bisa berbanding terbalik ketika semua itu mulai bergerak mengikuti poros takdir. 》||《 "Nenek?" "Hm?" "Kenapa langit bisa berdiri tegak? Bukannya langit itu nggak punya tonggak buat nopang beban bebannya, ya?" "Menurut kamu kenapa?" "Nggak tau" Kemudian, wanita berusia seperempat abad itu mengulas senyuman yang ditujukan kepada malam. Pandangannya kini sama sekali tidak terlepas dari warna gelap nan biru pekat yang sudah membentang disepanjang cakrawala semenjak beberapa jam lalu. "Karena begitulah takdir yang Tuhan tulis untuk langit" "Mungkin tampaknya ia berdiri kokoh dan anti roboh. Tapi, nggak ada yang tau kalo sebenernya langit itu rapuh 'kan? Kamu pikir, ketika awan saling berbenturan satu sama lain di atas sana sampai menimbulkan bunyi bising, langit nggak merasa sakit?" "Seharusnya sih, enggak. Yang tabrakan itu 'kan awan, bukan langit" Senyuman pada bingkainya yang tak lagi muda semakin melebar. "Itu faktanya. Dan dibalik itu semua? Kamu pernah tanya sama langit, nggak?" "Tanya apa?" "Emmm? Mungkin kayak, 'Langit, kamu apa kabar? Langit, kenapa awan sangat berisik? Langit, kenapa setiap jam warnamu semakin pudar?'." "Kenapa harus tanya?" Tangan keriput itu terangkat, menyentuh dada anak kecil yang terduduk tenang disampingnya, lantas berkata menggunakan bisikan, "Agar hati kamu bisa tau, rahasia dibalik tegaknya proporsi langit, yang mana, dia sering merasa sakit, tapi nggak pernah sama sekali memekik" "Langit itu penuh dengan sejuta rahasia. Dan kamu harus tau satu persatu rahasia langit yang selama ini ia sembunyikan, agar, ketika kamu beranjak dewasa nanti, kamu bisa paham, tentang arti dari semua rahasia kehidupan"
13 parts