Menjadi keturunan Mahawirya membuat Elana tidak menyalahgunakan kekayaan dan jabatan yang dimiliki keluarga besarnya. Gadis muda asal surabaya itu lebih tertarik untuk hidup damai dan sederhana, layaknya gadis biasa yang lain. Tepat pada malam ulangtahunnya... disaat pergantian detik jarum jam, yang seharusnya menjadi hari bahagia bagi gadis berusia 17 tahun tersebut, berubah menjadi hujan darah dengan tangisan pilu. Elana turun dari kamarnya di lantai atas, hendak mengintip persiapan pesta kecil yang di siapkan oleh ibunda serta saudara persepupuannya. Namun naas, yang terjadi adalah lautan merah menutupi ubin putih. Terrekam jelas dalam ingatannya, seorang Pria tinggi bersetelan hitam dengan topi homburg yang memberikan perintah pada puluhan pria berotot. Dialah yang membunuh ibundanya, dialah dalang dari semuanya... Abyasa Wiratama!