MIPA VS AKUNTANSI

נכתב על ידי LuthfiSeptihana

24.3K 2.2K 282

Terlahir sebagai putri dari keluarga terpandang membuat Ivy merasa terkekang. Segala hidupnya selalu diatur... עוד

1. Prolog
2. MIPA
3. Akuntansi
4. Ivy's Family
5. Bintang'81
6. Terima Kasih!
7. Anastasya Shena Adipati
8. Ravinivy
9. SMA Galaksi
10. SMK Satu
11. No Progres
12. Bening Citra Lentera
13. Bimbingan Belajar Ivy
14. Pertengkaran
15. Cut Kayla Nazwa Ayuning
16. Lambe Turah!
17. Perihal Perasaan
18. Jawaban Ivy
19. Sebenarnya Ada Apa?
20. Pikiran Kayla
21. Kejadian Sebenarnya
22. Perubahan
23. Bluethetic Cafe
24. Cerita Ivy
25. Perkenalan Ivy
26. Full Day
27. Ketahuan!
28. Perseteruan
29. Ivy Ngambek
30. Kedatangan Darka
31. 143=8, Ivy!
32. Gertakan Darka
33. Pengorbanan
34. Salam Terakhir
35. Pengorbanan Ravin
36. Pengorbanan Ravin(2)
37. Rencana Pindah
38. Surat dari Ivy
39. Good Bye, Jakarta!
41. Janji Ivy
42. Perjodohan
43. Rakaivy
44. SMA Trisatya
45. Bahan Bicaraan
46. Keadaan Ravin
47. Satu Tahun Kemudian
48. Kehidupan Baru
49. Epilog
S E Q U E L

40. Welcome, Semarang!

286 31 1
נכתב על ידי LuthfiSeptihana

Ivy telah tiba di bandara Semarang. Rupanya ini kota yang akan menjadi tempatnya singgah. Rupanya ini kota yang mereka putuskan untuk Ivy. Ivy tahu alasannya, pasti karena mereka tidak mau sahabat-sahabat Ivy tahu keberadaan Ivy. Di Semarang ini juga tidak ada saudara Ivy berada. Oleh karena itu mereka semua mencari tempat baru yang jauh lebih fresh untuk disinggahi.

Ivy berjalan keluar dari bandara bersama dengan Vanya. Mereka pergi mencari taksi online yang sudah dipesan sedari tadi. Kata supir taksi online itu, dirinya sudah berada di depan bandara.

Setelah menemui supir taksi online, Ivy masuk ke mobil. Kata Vanya tujuan mereka adalah mall. Mereka akan membelikan Ivy ponsel baru, laptop baru, dan banyak lagi yang baru.

Ivy masih tetap sama, ia masih mendengarkan musik lewat airpods, novelnya juga masih tergenggam di tangan. Setelah semua koper, dan barang-barang lainnya sudah masuk ke bagasi, supir taksi pun langsung melajukan mobilnya menuju pusat perbelanjaan.

Ivy hanya diam, tak tahu harus berbicara apa. Saat ini Ivy memang jauh lebih kalem, tidak mau bar-bar lagi, karena menjadi bar-bar itu melelahkan. Ivy akan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi Natasya.

Natasya yang pandai. Natasya yang baik. Natasya yang bisa diandalkan. Natasya yang selalu patuh pada peraturan. Ivy akan merebut posisi Natasya. Sejak beradu selisih dengan Natasya, sekarang Ivy tahu, Natasya menganggapnya musuh. Jadi, mari kita buktikan. Antara Ivy dan Natasya, siapa yang akan menang.

"Nanti kamu pilih handphone sesukamu. Yang kamu inginkan, yang kamu sukai," ujar Vanya mengulangi kata-katanya lagi.

Ivy hanya mengangguk, tidak tahu harus berbicara apa. Tidak tahu harus merespon bagaimana.

***

Saat ini Ivy sudah sampai di pusat perbelanjaan, Ivy langsung melangkahkan kakinya menuju tempat di mana handphone dijual. Gadis itu memilih keluaran terbaru untuk menggantikan handphone yang disita.

Handphone dengan warna grey membuat Ivy tersenyum lebar, itu favoritnya. "Mah beli yang ini, ya?" pinta Ivy langsung dibalas anggukan.

Keluarganya memang seperti itu kalau memberikan sogokan, tidak pernah melihat harga terlebih dahulu, padahal handphone seperti ini berharga dua puluh delapan jutaan.

Ivy langsung melihat-lihat kembali. Ia ingin membuat keluarganya mengeluarkan uang yang banyak, Ivy ingin meminta ponsel lagi.

"Mah, Ivy kayaknya butuh handphone dua, deh. Ivy ambil dua, ya?" pinta Ivy dengan tatapan sendu.

Vanya lagi-lagi tersenyum. Wanita itu mengangguk dengan mudahnya. "Ambil aja yang kamu mau, mau berapapun ambil."

Oke, mari kita ambil berapapun. Ivy mengambil ponsel yang berbeda generasi, satu generasi di bawah ponsel grey tadi. Gadis itu langsung menarik mamahnya untuk membayar semuanya.

Vero tersenyum tipis saat melihat Ivy yang berusaha menghabiskan uang, mungkin gadis itu lama tidak berbelanja, atau apa, entahlah. "Kamu mau langsung beli laptop sekalian, Vy?" tanya Vero pada anak gadisnya.

Ivy mengangguk. Laptop Ivy sudah lama disita, gadis itu merindukan laptopnya.

"Oke, ayo!" ajak Vero langsung menggenggam tangan Ivy.

Mereka menikmati memilih-milih laptop. Ivy senang sekali, akhirnya setelah sekian lama. Semua perlengkapan handphone dan laptop pun sudah mereka beli. Lengkap.

"Pah, Ivy beli novel boleh, ya?" pinta Ivy lagi. Lama sekali Ivy tidak membeli novel, daftar bacaannya sudah hampir habis rasanya.

Vero mengangguk lagi, untuk hari ini ia akan membebaskan putrinya bersenang-senang, membeli semua yang putrinya inginkan.

***

Ivy menatap rumah dengan tiga lantai di hadapannya, jauh lebih mewah daripada rumahnya yang ada di Jakarta. Rumah ini juga lebih luas tentunya, yang pasti Ivy langsung tahu dan paham, pasti mamah dan papahnya membeli rumah ini supaya Ivy betah dan tidak merindukan Jakarta.

"Kamarmu sudah siap, ayo masuk. Kalau kamu mau kamarmu dihias, bilang aja sama papah," kata Vero. Ivy memasuki rumahnya. Rumah yang bertemakan abu-abu itu sangat indah dan mewah.

"Mana kamar Ivy?" tanya Ivy mulai menduduki sofa. "Ivy capek," lanjutnya.

"Ada di lantai dua," jawab Vanya.

Ivy yang mendengar jawaban tersebut langsung manggut-manggut. Ia menaiki anak tangga yang melingkar dan langsung berjalan menuju lantai dua. Di sana ada dua kamar, dan Ivy yakin kamarnya yang saat ini sedang ia tepati. Kamar dengan penuh boneka, kamar dengan kulkas mini di pojoknya. Ada beberapa rak yang menjulang, tempat untuk baca novel juga.

Sangat nyaman sekali rumah barunya ini.

"Ivy! Makan dulu, Nak! Mamah udah pesenin makanan nih," teriak Vanya dari lantai bawah, buru-buru Ivy langsung turun dan melihat makanan apa yang mamahnya pesan.

Vanya itu tidak bisa masak, jangankan memasak, menggoreng telur saja kadang suka jingkrak-jingkrak karena minyaknya. Mungkin memang terlahir sebagai putri keluarga Vianly, sampai-sampai Vanya memiliki sifat seperti itu, ditambah menjadi menantu di keluarga Pati.

Oleh sebab itu, sejak Ivy kecil, Ivy selalu memakan masakan Mbok Darmi.

Ayam geprek, yang ada di hadapannya ini adalah ayam geprek. Tumben sekali Vanya membolehkan Ivy memakan makanan tak sehat seperti ini, biasanya saja langsung diceramahi.

"Tumben banget boleh makan yang pedes," sindir Ivy langsung mengambil makanannya, gadis itu cuci tangan dan memakan dengan lahap.

"Adanya cuma itu, daripada kita semua kelaparan, tau sendiri kalau sekarang udah gak ada Mbok Darmi," sahut Vanya jujur.

"Makanya mamah belajar masak." Ivy berbicara demikian, enak saja mamahnya selalu menuntut Ivy untuk sempurna, padahal mamahnya sama sekali tidak sempurna.

"Buat apa sih, Vy? Lagian bentar lagi mamah dapet pembantu, kok. Mamah ini sibuk, kamu sana belajar masak," timpal Vanya tak mau disalahkan.

Vero yang mendengar perdebatan anak dan istrinya pun langsung melerai. "Udah-udah. Lagian papah gak mempersalahkan mamah kalau dia gak bisa masak kok, Vy. Ya udah, kita juga udah terbiasa pakai pembantu, kan?"

Terserah, semuanya bebas. Mereka semua selalu mengandalkan pembantu. Ya walaupun Ivy sama seperti Vanya yang tidak bisa masak, tapi Ivy tidak menggoreng telur sambil jingkrak-jingkrak. Saat Ivy menggoreng telur pun tidak gosong.

Ya beginilah nasib dari keluarga terpandang, bumbu dapur saja tidak ada yang hapal.

"Besok sarapan pakai apa, Mah?" tanya Ivy penasaran.

"Salad buah, yang gampang bikinnya," sahut Vanya tak mau ribet.

Vanya selalu tidak pernah menghampiri dapur, katanya nanti badannya bau bumbu-bumbu. Vanya paling hanya membuatkan kopi atau teh saja untuk Vero jika ke dapur.

"Susu coklat Ivy udah beli, kan?" tanya Ivy. "Ivy gak bisa tidur kalau belum minum susu coklat, mamah masih inget, kan?" tanyanya lagi.

Vanya menepuk pelipisnya. Lupa memesan susu coklat kesukaan Ivy. Ivy memang selalu meminum susu coklat, selain Vanya yang mengajarkan seperti itu sejak dini, tentunya sebagai dokter Vanya menginginkan yang terbaik untuk kesehatan putrinya.

"Nanti mamah beliin."

***

Hai, Guys! Selamat pagi, selamat siang, selamat sore, dan selamat malam buat kalian semua yang baca cerita ini!

Tim susu, teh, atau kopi nih?

Selanjutnya ada masalah apa, ya?

See you!

Xoxo,

Luthfi Septihana🌹

המשך קריאה

You'll Also Like

2.3M 126K 61
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
420K 22.5K 60
Sedang dalam tahap revisi, jadi maafkan bila ada kata typo atau kalimat yang kurang enak dibaca(⁠✿⁠^⁠‿⁠^⁠). ~~~~~~~~~~~~~~~ Bercerita tentang seoran...
50.2K 1.5K 21
[Follow sebelum membaca] ° ° ° Ini hanya segelintir kisah dari anak SMK tengil yang hobinya bikin naik darah temen nya dan ayah bundanya.Aristo Dimas...
2.4K 1.3K 43
Sinopsis : Biru mencoba melambai-lambaikan tangannya tepat di hadapannya tapi hasilnya tetap sama. Tatapan yang sama. Raga yang diam. Pikiran yang ke...