MIPA VS AKUNTANSI

By LuthfiSeptihana

24.6K 2.3K 282

Terlahir sebagai putri dari keluarga terpandang membuat Ivy merasa terkekang. Segala hidupnya selalu diatur... More

1. Prolog
2. MIPA
3. Akuntansi
4. Ivy's Family
5. Bintang'81
6. Terima Kasih!
7. Anastasya Shena Adipati
8. Ravinivy
9. SMA Galaksi
10. SMK Satu
11. No Progres
12. Bening Citra Lentera
13. Bimbingan Belajar Ivy
14. Pertengkaran
15. Cut Kayla Nazwa Ayuning
16. Lambe Turah!
17. Perihal Perasaan
18. Jawaban Ivy
19. Sebenarnya Ada Apa?
20. Pikiran Kayla
21. Kejadian Sebenarnya
22. Perubahan
23. Bluethetic Cafe
24. Cerita Ivy
25. Perkenalan Ivy
26. Full Day
27. Ketahuan!
28. Perseteruan
29. Ivy Ngambek
30. Kedatangan Darka
31. 143=8, Ivy!
32. Gertakan Darka
33. Pengorbanan
34. Salam Terakhir
35. Pengorbanan Ravin
36. Pengorbanan Ravin(2)
37. Rencana Pindah
39. Good Bye, Jakarta!
40. Welcome, Semarang!
41. Janji Ivy
42. Perjodohan
43. Rakaivy
44. SMA Trisatya
45. Bahan Bicaraan
46. Keadaan Ravin
47. Satu Tahun Kemudian
48. Kehidupan Baru
49. Epilog
S E Q U E L

38. Surat dari Ivy

306 37 0
By LuthfiSeptihana

Ivy berjalan tanpa semangat ketika memasuki kelas. Ini adalah hari terakhirnya di SMA Galaksi, ya meskipun awalnya Ivy tidak menginginkan berada di sekolah ini, tapi Ivy juga tidak membayangkan akan berpisah secepat ini.

Keluarga sama sekali tidak mengizinkan Ivy berbicara apapun ke teman-teman, apalagi Kayla. Mereka tidak ingin Ivy berpamitan bagaimanapun caranya. Oke, Ivy lakukan. Sudahlah, Ivy lelah berontak terus-menerus.

"Lo kenapa gak semangat gitu, sih, Vy?" tanya Kayla yang baru saja memasuki kelas, gadis itu membawa susu kotak coklat favoritnya. "Masih pagi padahal," imbuhnya.

Andai Kayla tahu kalau ini adalah hari terakhir mereka bertemu, mungkin Kayla akan memeluk erat tubuh Ivy, mentraktir Ivy makan di kantin, atau mengatakan banyak hal. Ya, andai.

Ivy menggeleng, tidak ada niatan sama sekali untuk gadis itu menjawab pertanyaan Kayla. Hari ini Ivy memilih untuk puasa ngomong. Selain tidak buang-buang tenaga, Ivy juga ingin tidak mengukir kisah indah di hari terakhirnya, takut susah move-on.

Ivy bangkit dari duduknya, gadis itu berjalan ke arah belakang kelas, mencari karpet bulu yang terbentang di sana. Hari ini Ivy ingin tidur saja. Ivy ingin menjadi bad girl di hari terakhirnya sekolah.

Semoga suatu saat nanti takdir memang mempertemukan Ravin bagaimanapun caranya. Semoga Tuhan selalu melimpahkan kebahagiaan, suatu saat nanti.

"Hari ini pelajaran matematika peminatan, Vy. Lo kok kayak gak semangat gitu, sih? Tumben banget, biasanya aja paling semangat," cibir Kayla yang merasa aneh dengan gadis penyuka matematika itu.

Tak seperti biasanya, Ivy yang biasanya senang dan sangat excited dengan angka, sekarang malah malas dan memilih goleran di karpet bulu saja.

"Lo kenapa, sih, Vy? Latian jadi orang bisu?" sindir Kayla yang sebal karena tak kunjung mendapatkan sahutan dari Ivy. Ivy malah dengan simpelnya mengangkat jadi di depan bibir, menunjukkan diam dan jangan berisik.

Sumpah demi apapun, Kayla ingin menyumpel mulut Ivy dengan kertas ulangan Fisika saja rasanya. Supaya Ivy semakin pandai menjadi artis bisunya.

"Terserah." Perempuan tulen rupanya Kayla ini, selalu mengatakan terserah dan pergi begitu saja saat sebal.

Ivy mengangkat kedua bahunya. Terserah juga.

***

Bel terakhir yang Ivy bisa dengarkan sekarang. Gadis itu tersenyum getir, menyedihkan sekali. Ini adalah hari terakhir, dan besok Ivy sama sekali tidak ada di sini, tidak masuk sekolah, tidak duduk bersama Kayla, tidak makan bersama Kayla di kantin, merecoki makanan Kayla, dan lain sebagainya.

"Kay!" panggil Ivy setelah seharian penuh cosplay jadi orang bisu.

Kayla menatap wajah Ivy dengan malas. Gadis itu mengernyitkan keningnya seolah bingung dengan raut Ivy.

Tiba-tiba sekali Ivy memeluk Kayla dengan erat, gadis itu menangis tanpa suara di bahu Kayla. "Lo kenapa? Gue susah napas, Bego!"

Ivy yang takut Kayla curiga pun langsung mengendurkan pelukannya. Ia tersenyum dan tertawa terbahak-bahak. "Maafin gue kalau sering bikin lo marah-marah gak jelas, ya, Kay. Maafin gue kalau udah bikin lo sedih, ngerepotin lo, dan kadang gue terlalu jahat sama lo." Ivy meminta maaf dengan tulusnya.

"Kayak orang mau pergi jauh aja lo, Vy. Tenang aja, gue Cut Kayla Nazwa Ayuning yang baik hati dan tidak sombong, rajin menabung, serta lain-lain selalu maafin sahabat laknatnya ini."

Ivy merogoh sakunya, ia memberikan sebuah amplop kepada Kayla. "Titip buat Ravin, lo pasti mau ketemu Aksa, kan? Pasti di sana ada Ravin juga, kan? Bilang ke Ravin supaya buka hadiah gue ini malam hari, pas bintang muncul, supaya bintang ikut liat, dan ikut tersenyum. Jangan dibuka sama lo lho, Kay. Awas aja," ancam Ivy.

Kayla hanya bisa menggelengkan kepalanya, lalu menoyor kepala Ivy dengan hati-hati. "Bedanya apa sih mau dibuka siang, sore, malam? Isinya sama aja," cibirnya.

"Kenangannya beda."

***

Ravin membolak-balikkan amplop ungu pastel yang ia genggam. Kata Kayla ini adalah pemberian Ivy. Ivy juga mengatakan untuk membuka ini di saat malam hari, bersama bintang. Saat ini bintang sudah ada, Ravin hanya tinggal membukanya saja, namun firasat itu selalu menghampiri Ravin, membuat Ravin bertanya-tanya lagi.

Apa yang sebenarnya akan terjadi?

Perlahan namun pasti, Ravin membuka amplop tersebut, langsung terpampang dengan jelas kertas coklat yang terlihat sangat aesthetic. Kertas coklat kumuh yang harganya bisa Ravin tebak sangat fantastis.

Surat dari Ivy

Itulah judul jelas dengan highlight yang sangat cantik. Dihiasi beberapa stiker di sebelah judul itu. Ravin langsung membukanya dan membaca surat itu perlahan.

Teruntuk Ravin, pria yang memang baru aku sadari perasaannya. Pria yang selama ini mengajarkan banyak arti untuk seorang gadis bodoh ini. Ravindra Atmawidjaya Pratama, nama yang indah untuk dipadupadankan dengan Sylvia Ivy Vianly. Ravinivy panggilan couplenya.

Hai, Ravin! Pria tampan dengan sejuta kecerdasan. Pria tampan dengan senyum manis yang membuat Ivy selalu terbayang.

"Kamu percaya takdir, kan?" Satu pertanyaan yang ingin aku tanyakan lagi kepadamu. Silakan jawab dengan lantang di dalam hati saja.

Mungkin saat ini, kamu sedang duduk, menatap dan membaca tulisan ini pada malam hari, dengan bintang sebagai saksi.

Kamu tahu, Ravin? Seberapa berharganya kamu dalam hidupku? Jauh lebih berharga dari diriku sendiri. Kamu adalah penguatku. Di saat aku jatuh ke jurang, kamu yang selalu menengadahkan tangan, menolongku. Di saat aku lelah, kamu selalu memberiku bahu untuk bersandar. Di saat aku ingin pasrah, kata-katamu selalu menjadi penyemangatku.

Kamu adalah orang pertama yang membuat seorang Sylvia merasakan segalanya, merasakan bagaimana rasanya dipedulikan, merasakan bagaimana rasanya dicintai dengan sempurna. Kamu adalah cinta pertama seorang Sylvia.

Masih ingat dengan doa kita di jembatan gantung itu? Kita berdoa semoga Tuhan selalu memberikan takdir kita bersama. Semoga Tuhan menjadikan kisah kita happy ending. Ya, masih semoga. Semoga saja terlaksana.

Sayangnya sekarang kita memang sedang diuji, kita memang sedang dikasih cobaan, semoga kita sama-sama kuat, walaupun tidak saling menggenggam tangan. Aku tahu, kamu pasti kuat.

Di surat ini, aku mau minta maaf ke kamu, Vin. Janjiku kemarin di mobil gak bisa aku penuhi. Aku harus pergi, dan entah kapan kembali. Aku dipaksa meninggalkan Jakarta. Entah ke kota mana nantinya.

Silakan kata-katai aku seorang pengecut yang hanya berani mengungkapkan lewat surat saja. Silakan kata-katai aku seorang pengkhianat, tidak bisa dipercaya kata-katanya. Aku pendusta.

Vin, aku percaya kalau suatu saat nanti kita akan bertemu lagi. Kamu, aku, dan kenangan akan bertemu pada waktu yang baru, akan bertemu pada kisah yang memang seharusnya.

Aku pamit, Vin. Aku pamit meninggalkan kota ini. Kalaupun nanti aku gak akan kembali, kota lain bisa menjadi saksi kita dipertemukan lagi.

Janjiku akan tetap sama, akan tetap menjaga hati. Janjiku akan tetap sama, tetap mengukirkan namamu di sini, hati.

Good bye, Sayang•́  ‿ ,•̀

Dari Sylvia, untuk Ravin.

Ravin mengusap air matanya yang entah kapan menetes, Ivy meninggalkannya. Pantas saja hatinya merasakan tidak baik-baik saja.

Bagai tertusuk ribuan sembilu, pertahanan Ravin roboh. Kakinya terasa lemas, tak mampu menopang tubuh. Tetesan air mata terjatuh di lantai, pertanda hati ini patah.

Ravin terluka. Bibir Ravin kelu, tak tahu mau mengucapkan apa.

***

Hai, Guys! Selamat pagi, selamat siang, selamat sore, dan selamat malam buat kalian semua yang baca cerita ini!

Siapa yang nangis?

See you di part selanjutnya!

Xoxo,

Luthfi Septihana🌹

Continue Reading

You'll Also Like

83.4K 8.3K 83
" Kak, kamu tau kenapa aku suka sekali dengan langit? " " karena dia indah? " " betul! salah satunya itu. Tapi selain indah ada satu yang aku pelajar...
757 252 38
"Aku adalah awan dan kamu adalah hujan. Hujan ada karena awan, tetapi awan menjadi tiada karena hujan. Kamu ada karena aku, tetapi aku menjadi tiada...
105K 2.6K 18
Terbit dengan judul (Ada Kakak Kelas Songong) (DI LARANG MENGUTIP, MENJIPLAK SEBAGIAN ATAU KESELURUHAN CERITA INI TANPA IZIN) Belum revisi. #34 dalam...
108K 609 15
Ini cerita yang udah aku baca dan ceritanya menurut aku bagusss banget bikin baper, sedih, bahagia, yang jelas campur aduk deh ♡ Wajib banget!!♡ . . ...