MIPA VS AKUNTANSI

By LuthfiSeptihana

24.3K 2.2K 282

Terlahir sebagai putri dari keluarga terpandang membuat Ivy merasa terkekang. Segala hidupnya selalu diatur... More

1. Prolog
2. MIPA
3. Akuntansi
4. Ivy's Family
5. Bintang'81
6. Terima Kasih!
7. Anastasya Shena Adipati
8. Ravinivy
9. SMA Galaksi
10. SMK Satu
11. No Progres
12. Bening Citra Lentera
13. Bimbingan Belajar Ivy
14. Pertengkaran
15. Cut Kayla Nazwa Ayuning
16. Lambe Turah!
17. Perihal Perasaan
18. Jawaban Ivy
19. Sebenarnya Ada Apa?
20. Pikiran Kayla
21. Kejadian Sebenarnya
22. Perubahan
23. Bluethetic Cafe
24. Cerita Ivy
25. Perkenalan Ivy
26. Full Day
27. Ketahuan!
28. Perseteruan
29. Ivy Ngambek
30. Kedatangan Darka
31. 143=8, Ivy!
33. Pengorbanan
34. Salam Terakhir
35. Pengorbanan Ravin
36. Pengorbanan Ravin(2)
37. Rencana Pindah
38. Surat dari Ivy
39. Good Bye, Jakarta!
40. Welcome, Semarang!
41. Janji Ivy
42. Perjodohan
43. Rakaivy
44. SMA Trisatya
45. Bahan Bicaraan
46. Keadaan Ravin
47. Satu Tahun Kemudian
48. Kehidupan Baru
49. Epilog
S E Q U E L

32. Gertakan Darka

298 36 1
By LuthfiSeptihana

Darka tersenyum riang. Ia bangga terhadap dirinya sendiri karena sudah mampu mendapatkan informasi tentang Ravindra Atmawidjaya Pratama. Berani-beraninya sekali pria itu mendekati cowoknya, padahal pria itu sama sekali tidak pantas. Bukan berasal dari keluarga terpandang, bukan berasal dari keluarga dokter juga.

Keluarga Ravin sama sekali tidak pantas untuk menjadi besan keluarga Pati. Hanya mengandalkan warung saja tidak bisa menghidupi putri dari keluarga Pati dan keluarga Vianly.

Satu rencana yang tepat sudah berada di benak Darka, ia akan menghancurkan keluarga Ravin. Ia pastikan akan membuat Ravin kapok untuk mendekati Ivy.

"Halo, siapkan rencana kita besok!"

Darka semakin mengembangkan senyumnya. Dirinya memang egois, keras kepala, oleh karena itu ia akan berlaku kejam untuk semua yang telah menghancurkan mimpinya.

***

Darka pagi-pagi sekali sudah mendatangi sekolah tempat Dara belajar, ia mendapatkan satu informasi kalau gadis yang berada di bangku kelas enam itu masih menunggak pembayaran sekolah, biaya ujian nasional pun belum dibayarkan sama sekali.

"Kalau seperti itu keluarkan saja Dara, Pak. Saya akan bayar berapapun asalkan bapak bisa mengeluarkan anak itu." Darka saat ini sedang berbicara dengan kepala sekolah Dara untuk memberikan efek jera pada Ravin. Tentu saja umpan yang akan ia pakai adalah adik dari Ravin.

"Maaf, Pak. Kami sama sekali tidak akan bisa mengeluarkan peserta didik begitu saja, kami berikan toleransi ke mereka supaya mereka bisa memberitahukan kepada orang tua dan supaya orang tua bisa mencari," tolak kepala sekolah. Tentu saja ia tidak bisa mengeluarkan Dara tanpa sebab apapun.

"Kalau seperti itu berikan dia tenggat, Pak. Akan saya bayar berapapun asalkan bapak menegur anak tersebut. Tentu saja sekolahan ini sama sekali tidak rugi, bukan?" Benar-benar penawaran yang menggiurkan. Sekolah hanya tinggal menagih Dara supaya membayar uang sekolah serta uang ujian saja, tidak perlu merugikan apapun.

Kepala sekolah tersebut pun mengangguk. Ia juga sudah bosan menunggu janji kedua orang tua Dara. "Baik, Pak. Saya akan tagih Dara supaya cepat melunasi uang sekolah, dan saya akan mengeluarkan Dara jika tidak melunasi sesuai tenggat."

Mantap, semua rencana Darka akan berjalan dengan lancar. Kini, Darka tinggal menunggu waktu untuk pergi ke rumah Ravin dan membuat semuanya sesuai rencana.

***

"Dara, ada yang ingin ibu bicarakan dengan kamu," ujar Bu Ratih, wali kelas Dara saat memasuki ruang kelas.

Dara yang dipanggil pun langsung maju dan duduk di depan meja Bu Ratih. "Ada apa, Bu?" tanya gadis itu.

Bu Ratih memberikan kartu dengan kertas berwarna hijau. "Kamu sudah telat membayar uang sekolah, Dara. Sekolah sudah lama menunggu janji orang tuamu. Besok adalah waktu terakhir kamu membayarkan uang sekolah beserta uang ujian, kalau kamu tidak membayarnya kamu akan dikeluarkan dari sekolah. Sampaikan surat ini kepada orang tuamu, ya. Kami tunggu sampai besok."

Dara mengedipkan matanya dengan cepat, baru saja ia ingin menangis jika ia tidak menahannya. Seperti inilah rasanya menjadi orang kalangan bawah, membayar sekolah saja tidak mampu. Membayar sekolah saja membutuhkan waktu yang lama, harus sampai ditagih terlebih dahulu.

"Makasih ya, Bu. Dara nanti sampaikan sama orang tua Dara."

***

Darka sudah berada di sekitar rumah Ravin, ia menunggu waktu yang pas, waktu di mana Dara pulang dan menyampaikan itu semua. Ia akan datang dan membuat mereka semua merasakan seperti kedatangan pahlawan. Padahal ujungnya Darka akan meminta Ravin supaya menjauhi Ivy.

Senyumnya terbit tat kala gadis ayu yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu memasuki rumah dengan murungnya.

"Assalamualaikum, Bu! Dara pulang!" teriak gadis dengan rambut dikepang tersebut.

"Waalaikumsalam, loh kamu kenapa mukanya murung gitu?" tanya Sella dengan raut khawatir.

Dara langsung memeluk tubuh ibunya, ia mengeluarkan kartu dengan kertas berwarna hijau. "Uang sekolah dan uang ujian udah ditagih, Bu. Sekolah cuma kasih tenggat sampai besok, kalau enggak dibayar, Dara bisa dikeluarkan dari sekolah."

Ravin yang mendengar ucapan Dara langsung bangkit dari duduknya. "Dikeluarkan?" Sama sekali tidak ada di benak Ravin jika adiknya harus dikeluarkan dari sekolah. Itu tidak semestinya terjadi. "Biar Mas Ravin yang cari uangnya, ya. Nanti malam Mas Ravin akan berikan ke Dara," ujar Ravin lirih.

Sella langsung menggeleng cepat mendengar ucapan Ravin. "Ini tugas ibu sama ayahmu untuk membiayai sekolah kalian berdua, Ravin. Biar kita yang cari," tolak Sella dengan senyum manis, padahal hatinya benar-benar teriris sakit mendengar tangisan Dara yang pecah.

Darka langsung mengambil ancang-ancang untuk keluar, ia sedang mencari waktu yang tepat saja.

***

"Halo, Nat? Kenapa telepon? Gue lagi di jalan nih, lo telepon nanti aja ya?" Ivy yang sedang mengendarai mobilnya terpaksa mengangkat telepon saat Natasya menghubunginya.

"Jangan, Vy. Ini penting. Opa udah ada di rumah Ravin, dia udah berhasil buat kepala sekolahnya Dara untuk nagih uang sekolah dan kasih tempo waktu sampai besok, kalau Dara sampai gak bayar, dia akan dikeluarkan dari sekolah. Opa mencari kesempatan itu untuk meminjamkan uang dan meminta Ravin untuk menjauhi lo."

Dada Ivy langsung bergemuruh hebat. Ia mengepalkan tangannya di setir kemudi. "Gue ke rumah Ravin sekarang."

Darka benar-benar keterlaluan! Tak akan pernah Ivy biarkan ia membuat keluarga Ravin hancur. Tak akan pernah Ivy biarkan Darka berbuat hal semengejamkan ini.

Ivy menginjak gas mobilnya, ia melajukan mobilnya di atas rata-rata, menerobos semuanya, bahkan tak memedulikan lampu merah yang menyala. Ini adalah situasi genting yang harus Ivy hadapi.

***

"Bu, tapi ini penting dan genting, biar Ravin cari uang untuk lunasi biaya sekolah Dara, biar Ravin yang kerja keras, ibu jaga rumah aja, Ravin pasti bisa kok, Bu." Ravin meyakinkan ibunya jika ia bisa. Ia akan mencari cara agar Dara bisa tetap bersekolah tanpa hutang.

"Saya akan meminjamkan kalian uang," ujar Darka dengan tegas, Darka bersama beberapa bodyguardnya sudah siap menjalankan rencana mereka.

"Maaf, bapak siapa?" tanya Sella dengan sopan. Pasalnya ia sama sekali tidak mengenali pria di hadapannya ini. Pria yang mungkin seumuran dengan ayahnya.

"Darka, saya akan membiayai sekolah putri Anda jika Anda mau, bahkan saya akan memberikannya gratis." Benar-benar seperti malaikat penolong, padahal niat Darka adalah keji. Darka yang menjadi dalang di balik peristiwa ini semua.

Sella bukanlah orang bodoh yang akan percaya dengan ini semua. "Maaf, memangnya kita kenal? Saya rasa saya sama sekali belum pernah mengenali Anda."

Darka terkekeh, apa yang akan menjadi respon mereka jika mengetahui siapa Darka sebenarnya. Apakah menghormati Darka? Atau opsi lainnya?

"Saya Darka, saya adalah—"

"Opa, jangan!"

***

Hai, Guys! Selamat pagi, selamat siang, selamat sore, dan selamat malam buat kalian semua yang baca cerita ini!

Apa yang akan menjadi respon keluarganya Ravin ya?

See you!

Xoxo,

Luthfi Septihana🌹

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

958K 52.2K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
797K 58.3K 34
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
51.1K 2.8K 70
• Based on true story • Don't copy my story, please be creative. Happy reading. ------ Aku hanya seorang perempuan yang menyayangimu dalam diam,dalam...
580 59 19
[ Cermin & Cerpen ] Hanya kumpulan cerita berbeda genre. Di setiap cerita kalian akan menemukan cerita-cerita yang sedikit aneh dan berbeda dari bia...