Trio Evil 2 (βœ”)

By Edodeff27

73K 5K 9.7K

πŸ…²πŸ…ΎπŸ…ΌπŸ…ΏπŸ…»πŸ…΄πŸ†ƒπŸ…΄πŸ…³ (Sequel dari Trio Evil (Boboiboy Elemental)! ) Akhirnya Gempa, Halilintar, Taufan, Blaze... More

Notice Author
Nama, Umur dan Foto Boboiboy Elemental & Rekan-Rekan
Nama, Umur dan Foto Anggota Geng Mercy (Bagian 1)
Nama, Umur, dan Foto Anggota Geng Mercy (Bagian 2)
Chapter 186 Keributan di Kamar Hotel Nomor 27
Chapter 187 Target Penculikkan
Chapter 188 Target Penculikkan 2
Chapter 189 Konspirasi Besar
Chapter 190 Kawan Atau Lawan??
Chapter 191 "Inikah Yang Dinamakan Kekuatan Tuhan?"
Chapter 192 Keadaan yang Tidak Menguntungkan
Chapter 193 Rencana Baba Li
Notice Author
Chapter 194 Misi Penyusupan
Chapter 195 Kesalahan yang Sama
Chapter 196 Aggresive & Furious : Geng BooMer VS Maul Rick & Simon Deff
Chapter 197 Fight & Escape : Geng BooMer VS Maul Rick & Simon Deff
Chapter 198 Forgiveness or Die? : Geng BooMer VS Maul Rick & Simon Deff
Chapter 199 Vonis Hukuman Mati
Chapter 200 Mandi & Main
Chapter 201 Sidang Simon Deff
Chapter 202 Hukuman Mati Maul Rick
Chapter 203 Konspirasi Besar 2
Chapter 204 Terciduk!
Chapter 205 Rencana Berdosa
Chapter 206 Terbongkarnya Identitas Lima Pengkhianat
Chapter 207 Bangkitnya Tiga Elemental & Bebasnya Tujuh Anggota Geng Mercy
Chapter 208 Memburu Zara Ra
Chapter 209 Ketegangan di Pulau Boss
Chapter 210 "HOMERUN...!!"
Chapter 211 "Tatto?"
Chapter 212 Persiapan Perang Galaksi 2
Chapter 213 Menuju Markas Zathura Star
Chapter 214 Peristiwa di Pulau Rintis
Chapter 215 Kakak & Kekasih
Chapter 216 Kedatangan Elsa Florensia & Yurika Pratiwi
Chapter 217 Guru & Murid
Chapter 218 Guru & Murid 2
Chapter 219 Cinta & Dendam di Negeri "Big Ben"
Notice Author
Chapter 220 CDNBB : Berawal dari Pulpen
Chapter 221 CDNBB : Rahasia Keluarga
Chapter 223 CDNBB : Sumpah & Balas Dendam
Chapter 224 CDNBB : Bar Hell
Chapter 225 CDNBB : Rencana
Chapter 226 CDNBB : Informasi yang Mengejutkan
Chapter 227 CDNBB : Langkah Awal
Chapter 228 "Hooaaamm... Ngantuknyaaa..."
Chapter 229 Sepasang Kekasih yang Dibatasi Tirai
Chapter 230 Permainan Petak Umpet
Chapter 231 Kedatangan Geng BooMer dan Semuanya di Markas Zathura Star
Chapter 232 Latihan di Markas Zathura Star
Chapter 233 Janji Abang & Adik
Chapter 234 "BlazHiy" & "SolRey"
Chapter 235 "IceRa" & "ThoKai"
Chapter 236 Lagu Pengusir Jenuh
Chapter 237 Kejutan Tak Terduga & "TauTan"
Chapter 238 "RaYa"
Chapter 239 "GeEl", Reuni Keluarga & "Cinta Persegi"
Chapter 240 Sumpah Simon Deff
Notice Author
Chapter 241 Pembagian Divisi
Chapter 242 Menuju Medan Perang
Chapter 243 "SEERRAANNGGG.....!!"
Chapter 244 Perang Galaksi - Blok A : Padu Du
Chapter 245 Perang Galaksi - Blok B : Trisula Taufan
Chapter 246 Perang Galaksi - Blok C : Pengorbanan yang Tertunda
Chapter 247 Perang Galaksi - Blok D : Kabar Duka
Chapter 248 Perang Galaksi - Blok E : Pembantaian Sadis
Notice Author
Chapter 249 Perang Galaksi - Blok GCD : Kematian Sementara
Chapter 250 Perang Galaksi - Blok A : Eksekusi
Chapter 251 Perang Galaksi - Blok B : Black Magic
Chapter 252 Perang Galaksi - Blok C : Pantycho
Chapter 253 Perang Galaksi - Blok D : Balas Dendam
Chapter 254 Perang Galaksi - Blok D : Forgiveness or Die?
Chapter 255 Perang Galaksi - Blok E : Terdesak
Chapter 256 Perang Galaksi - Blok E : Ledakkan Huru-Hara
Chapter 257 Perang Galaksi - Blok GCD : Divisi Gabungan
Chapter 258 Perang Galaksi - Markas ZS : Identitas Asli Maul Rick
Notice Author
Chapter 259 Perang Galaksi - Blok D : One By One
Chapter 260 Perang Galaksi - Markas ZS : Konflik Keluarga
Notice Author
Chapter 261 Epic Battle : Mencari Kelemahan
Chapter 262 Epic Battle : Penghancuran Besar
Chapter 263 Epic Battle : One Shot, One Kill !
Chapter 264 Epic Battle : Solar Tiada, Thorn Murka & Sumpah Gempa
Chapter 265 Epic Battle : "Apa?! Kau Serius ke?!"
Chapter 266 Epic Battle : Kekejaman Hendra Prayoga
Chapter 267 Flashback : God Prophet Family
πŸŽ₯ Chapter 268 Epic Battle (Final) : The Last Enemy πŸŽ₯
πŸŽ₯ Chapter 269 Epic Battle (Final 2) : "NEVER GIVE UP!!" πŸŽ₯
πŸŽ₯ Chapter 270 Sumpah Gempa di "Mata Tuhan" πŸŽ₯
Chapter 271 Nasehat dari Sang Adik
Chapter 272 (LAST CHAPTER) Flashback : Mata Indigo
πŸŽ₯ Epilog πŸŽ₯
❀ Notice Author : Ucapan Terima Kasih ❀
πŸ“’πŸ“• Promosi Buku πŸ“’πŸ“•

Chapter 222 CDNBB : Pesta Ulang Tahun

327 37 38
By Edodeff27

Cinta & Dendam di Negeri Big Ben

Bahasa : Indonesia (60%), Melayu (30%), dan Inggris (10%)

Narator : Simon Deff

No Power (Kuasa) in this story!

---------------------------------------

Mansion milik Keluarga dari Petir telah dipenuhi oleh beberapa tamu undangan. Kerabat terdekat hingga terjauh pun juga ikut hadir dalam  acara ulang tahun Sang Adik terkecil dari Keluarga yang berbahagia itu. Ayah, Ibu, Paman dan Bibi dari keluarga itu juga berada dalam pesta itu, termasuk juga Nisa, Angin, Api, Air dan Hanif yang sudah tiba di acara pesta ulang tahun Edo yang ke-17.

Edo Armando Dwiputra, sang Adik terkecil dari Tanah, Petir dan Air memulai acara ulang tahunnya dengan sepucuk pistol berjenis "Dessert Eagle" dan mengarahkan senjata itu ke target berbentuk "kuda pinata" berisi permen. Semua Anak kecil laki-laki dan perempuan dari komplek Berkeley Square bersiap mengambil permen dari kuda pinata yang telah digantung di pohon.

Edo Armando : "Anak-anak! Siap ya?!"

All Anak-anak : "SIAP BANG EDO!!/KAK EDO!!"

Edo Armando : "Ayah? Ibu? Abang? Paman? Bibi? Semuanya? Tolong bantu hitung mundurnya ya?"

All : "Oke, Edo!/Tuan Edo!/Bang Edo!/Kak Edo!/Boss Edo!"

Sang Ayah bernama Handoko Prasetya dan Sang Ibu bernama Regina Utami memulai hitung mundur.

Handoko Prasetya : "10!"

Regina Utami : "9!"

Sang Paman bernama Akiles Putranto dan Sang Bibi bernama Sekar Saraswati melanjutkan hitungan mundur dari Handoko dan Regina.

Akiles Putranto : "8!"

Sekar Saraswati : "7!"

Dua sahabat "Pena" dari Edo yang bernama Tom Watson dan Jerry Harvey juga melanjutkan hitungan mundur sesudah Akiles dan Sekar.

Tom Watson : "6!"

Jerry Harvey : "5!"

Sementara yang lainnya melanjutkan hitungan mundur sesudah Tom dan Jerry. Edo mulai mengacungkan sepucuk pistol kearah kuda pinata dengan satu tangan saat sudah hitungan kelima.

Nisa-Ang-Api-Daun-Han : "4!"

Farel Air : "3!... Hoek..!"

Tanah-Petir : *memegangi Farel Air* "2!"

All : "1! Shot the Pinata, Edo!/Brother!/Friend!/Master!/Boss!"

Edo Armando : "Bye, Pinata....."

Dor Dor Dor

All Anak-Anak : "SEEERBUUUUU......"

Anak-anak mulai berlari kearah pinata yang telah hancur ditembak oleh Edo sebanyak tiga kali dan permen dari berbagai jenis berjatuhan di dalam kuda pinata itu. Mereka semua tertawa riang melihat anak-anak berebut permen yang jatuh ke tanah di dekat pohon.

Edo Armando : "Tengok mereka semua! Dah kayak berebutan sembako!"

Akiles Putranto : "Keponakanku? Namanya juga anak-anak! Mereka pasti sangat senang melihat permen berjatuhan di atas tanah itu!"

Regina Utami : "Anakku? Selamat ulang tahun yang ke-17 ya? Sekarang kamu makin mirip dengan Ayahmu!"

Handoko Prasetya : "Eleh... Edo kan juga mirip dengan Ibunya yang cantik seperti kamu, Gina! Iyakan, Tanah? Petir? Air?"

Tanah-Petir : "Iya dong!"

Farel Air : "Iya! Edo? Mau minum Wine tak? Enak lho! Hoek... "

Fredi Tanah : "Eits! Adik kita yang paling kecil anti dengan Wine tau! Edo  hanya boleh minum Cokelat Panas! Kamu jangan kasih pengaruh yang buruk sama Adik kamu sendiri!"

Edo Armando : "Bang Air? Emang seberapa enaknya sih minum Wine tuh? Aku jadi penasaran!"

Petir Hazimi : "Edo! No! Jangan harap kamu mau minum itu! Itu tak baik untuk kamu!"

Sekar Saraswati : "Betul yang dibilang Petir, keponakanku! Kamu itu keponakan kesayangan kita! Kita gak akan biarin kamu terkena pengaruh buruk kayak Abangmu si Air!"

Farel Air : "Hoek... Pula! Hoek... "

??? : "HELLO EVERYBODY!! I'M BACK!!"

Semuanya melihat kearah belakang mereka dan datanglah seorang remaja laki-laki seumuran dengan Petir. Remaja itu memakai baju dan celana serba putih dan memakai topi berwarna putih. Tampak ia memakai kalung berbentuk "matahari" di lehernya. Keluarga Handoko menghampiri remaja serba putih itu.

Petir Hazimi : "Oh my god... Why so late, Cahaya? Kita semua menunggumu tau!"

Remaja laki-laki bernama Tristan Cahaya itu memandangi Abangnya dan tertawa kaku karena keterlambatannya datang ke pesta acara ulang Edo yang ke-17.

Tristan Cahaya : "Hahahaha..... Maaf! Tadi di jalan macet sangat! Udah gitu, aku mampir dulu ke toko susu!"

Handoko Prasetya : "Anak Ayah yang paling hensem dan putih cemerlang nih kenapa gak bagi kabar dulu? Mesti kamu penat sangat di Los Angeles ya? Mari peluk Ayah!"

Tristan Cahaya : "Ayah...!"

Cahaya memeluk Ayahnya karena sudah lama tidak berjumpa setelah beberapa tahun ia bekerja di kota Los Angeles sebagai Dokter Penyidik di kepolisian Los Angeles. Cahaya melepaskan pelukkan Ayahnya dan memandang para tamu undangan.

Fredi Tanah : "Kamu dapat cuti ya, Cahaya?"

Tristan Cahaya : "Ha'ah! Lumayan sih dapat cuti satu tahun!"

Farel Air : "Enak dong! Hoek... Nanti kita pesta miras ya? Hoek... "

Tristan Cahaya : "Pula Abang nih..! Tak habis-habis lagi dengan Wine ke? Ck.. Ck.. Ck.. Ck.. Kuat sangat candu Wine itu!"

Fredi Tanah : "Abangmu ini memang macam tuh! Sekali dia udah mabuk, pasti nambah Wine lagi!"

Farel Air : "Suka hati akulah! Hoek... "

Regina Utami : "Oh ya? Perayaan kuenya udah mau dimulai! Edo? Ayo kita kesana! Di meja itu sudah ada kue ulang tahunmu!"

Edo melihat kue ulang tahun berukuran raksasa di meja khusus yang berada dekat dengan posisi Nisa. Netra Merah Gelapnya membesar melihat keindahan kue berjenis Luxury Diamond. Angin, Api dan Daun mendorong meja khusus beroda yang telah ditaruh kue ulang tahun itu kearah Edo.

Angin-Api-Daun : "Selamat ulang tahun, Tuan Edo!"

Nisa-Hanif : "Tuan Edo suka ke?"

Edo Armando : "Suka sangat! Kalian yang buat kue untukku ya?"

Nisa Septiani : "Iya, Tuan!"

Akiles Putranto : "Keponakanku? Lihatlah kue yang sangat indah ini! Taburan Berlian, Cokelat, dan Bawang Goreng membuat kue ini menjadi sangat berkelas dan unik!"

Handoko Prasetya : "Kue ini spesial untukmu, Anakku!"

Fredi Tanah : "Edo? Kamu tahu tak siapa yang memilih kue ini?"

Edo Armando : "Hmm... Bang Tanah?"

Fredi Tanah : "Bukan! Tebak lagi deh!"

Edo Armando : "Hmm... Bang Petir?"

Fredi Tanah : "Betul...! Abangmu lah yang milih kue ini!"

Petir Hazimi : "Ha, Edo? Ayo potong kue-nya! Kita semua gak sabar lho mau makan kuenya!"

Tristan Cahaya : "Betul tuh! Ayo potong kue-nya, Edo!"

Edo Armando : "Oke!"

Marcel Daun : "Ini pisaunya..!"

Edo mengambil Pisau pemberian dari Daun untuk memotong kue ulang tahunnya. Mereka semua menyanyikan lagu saat Edo hendak memotong kue-nya.

All : "Potong kue-nya...
Potong kue-nya...
Potong kue-nya sekarang juga...
Sekarang juga...
Sekarang... Juga.....
Hoorreeee..... Tepuk tangan....."

Mereka semua bertepuk tangan saat Edo memotong kue ulang tahunnya yang ke-17. Kue hasil potongannya itu ditaruh di piring dan ingin membagikan kue pertamanya kepada dua orang dari mereka semua.

Edo Armando : "Kue pertama ini untuk Ibuku dan Ayahku yang tercinta! Karena Ibulah yang telah melahirkanku ke dunia ini dan Ayah yang selalu melindungi dan menjaga Ibuku saat Ibu sedang mengandung diriku"

Para tamu undangan terharu mendengar perkataan dari Edo, bahkan Angin, Api dan Daun menangis dan memeluk satu sama lain. Handoko dan Regina menghampiri Edo dan mencium pipi anak mereka yang sedang berulang tahun.

Regina Utami : "Terima kasih ya, Anakku! Semoga kamu merasa bahagia selalu!"

Handoko Prasetya : "Dan mendapat rahmat dari Tuhan...!"

Edo Armando : "Aamiinn... Terima kasih, Ibu! Ayah! Edo senaaaang banget.....!"

Fauzan Api : "Kata-kata dari Tuan Edo membuat kami semua tersentuh! Bagaikan panah arjuna yang datang melesat cepat dan menusuk perasaan kami semua!"

Hanif Nur : "Wow... Bang Api sangat puitis sekali!"

Tristan Cahaya : "Udah kayak orang bijak!"

Fauzan Api : "Hehehe... Biasa aja kok! Hehehe..."

Ayah dan Ibu dari Edo memakan kue pertama dari anak mereka dan semuanya bertepuk tangan sesudah Handoko dan Regina memakan kue ulang tahun dari Edo. Kue kedua mulai diambil oleh Edo dan bersiap membagikan kepada dua orang berikutnya.

Edo Armando : "Kue kedua untuk Paman dan Bibiku tersayang! Paman dan Bibi selalu baik kepadaku dan aku merasa kalau Paman dan Bibi udah kayak orang tua kandungku sendiri! Paman? Bibi? Terima kasih sudah menjaga dan menyayangi Edo!"

Akiles dan Sekar memeluk Edo dan mencium keponakan kesayangan mereka dengan penuh kasih sayang. Semua tamu undangan menangis terharu karena melihat kebahagiaan dari Anak  Bungsu keluarga Handoko.

Akiles Putranto : "Hiks... Terima kasih ya, Keponakanku!"

Sekar Saraswati : "Kamu memang keponakan kita yang paling baik!"

Edo Armando : "Sama-sama, Paman! Bibi! Edo menyayangi Paman Akiles dan Bibi Sekar!"

Petir Hazimi : "Edo? Untukku mana? Kan yang milih kue ini aku?"

Semuanya tertawa melihat Petir yang memohon untuk mendapatkan kue dari Adiknya yang sedang berulang tahun.

Fredi Tanah : "Hahaha... Petir Petir! Nanti juga kamu kebagian kok! Iyakan, Edo?"

Edo Armando : "Betul tuh!"

Akiles Putranto : "Keponakanku, Petir memang gak sabaran ya? Hahahaha....."

Petir Hazimi : "Habisnya aku pengen nyobain kue dari Edo! Mesti sedap!"

Edo memotong kue yang ketiga untuk dibagikan kepada dua orang berikutnya. Para tamu undangan merasa penasaran dengan dua orang yang akan mendapatkan kue ketiga dari Edo.

Edo Armando : "Kue ketiga ini khusus untuk dua orang yang sedang PDKT!"

Para tamu undangan bertambah penasaran dengan dua orang yang disebutkan oleh Edo. Bahkan, Keluarga Handoko juga penasaran dengan dua orang dimaksud oleh Edo.

Tristan Cahaya : "Siapa mereka, Edo? Aku jadi penasaran!"

Akiles Putranto : "Keponakanku? Siapa dua orang yang PDKT itu?"

Edo Armando : "Hmm... Kasih tahu gak ya..?"

Handoko Prasetya : "Kasih tahulah, Anakku! Biar kita tahu semua!"

Edo Armando : *tersenyum* "Hmm... "

Edo melirik kearah Petir dan seorang gadis pemilik toko kue di depan matanya. Sang Paman melihat isyarat mata dari Keponakan tercintanya dan tersenyum kearah dua orang itu.

Akiles Putranto : "Keponakanku? Sepertinya Paman tahu siapa dua orang yang kamu maksud?"

Edo Armando : *smirk* "Paman lihat isyarat aku ya?"

Akiles Putranto : "Tentu saja, Keponakanku! Paman kamu ini kan pandai kalau soal isyarat mata!"

Fredi Tanah : "Edo? Siapa sih orangnya? Kita penasaran nih!"

Tom-Jerry : "Come on, Friend! Who's that?"

Edo Armando : "Okay! Kue ketiga ini untuk Bang Petir dan Kak Nisa!"

Petir-Nisa : "Ha?! Kita?!"

Semuanya melihat kearah Petir dan Nisa yang telah dijawab oleh Edo. Rasa penasaran mereka akhirnya hilang saat mengetahui dua orang yang sedang mengalami "pendekatan asmara". Semuanya bersiul centil kearah Petir dan Nisa dan mereka berdua menjauhi satu sama lain. Wajah mereka berdua memerah karena malu.

Hanif Nur : "Cieee... Kakakku udah ada pacar!"

Angin-Api-Daun : "Selamat ya Boss atas prestasinya dalam hidup asmara!"

Nisa Septian : "Kalian nih merepek lah! Aku mana ada suka sama Tuan Petir!"

Fredi Tanah : *tersenyum* "Hmm... Ternyata Adikku yang satu ini udah punya belahan jiwa ya...?"

Tristan Cahaya : "Wajah kalian berdua merah tuh! Itu tandanya kalian sama-sama suka!"

Petir Hazimi : "Mengarutlah kamu nih, Cahaya! Edo! Kenapa kamu mikirnya begitu sih?!"

Edo Armando : "Seorang Edo Armando Dwiputra bisa mengetahui kedekatan kalian berdua! Abang ingat aku tak tahu? Aku ikutin Abang ke toko kue Kak Nisa dan aku melihat Abang Petir sedang berpandangan dengan Kak Nisa saat mengambil pulpen! Uuuu... Udah gitu mandangnya lama banget lagi! Ckckck..... Hal kayak gitu sih aku tahu banget dan kalian sedang PDKT!"

Petir Hazimi : "Pula... Kamu nih udah kayak mata-mata aja! Tadi itu kita berdua gak sengaja memegang....."

Edo Armando : *smirk* "..... Memegang tangan Kak Nisa kan?"

Nisa Septiani : "Tapi itu gak sengaja, Tuan! Kami berdua gak ada hubungan apa-apa kok!"

Edo Armando : "Really? Tapi... Kenapa wajah kalian merah? Hm?"

Petir-Nisa : "Itu karena malu! Bukan karena suka!"

Edo Armando : "Enggak tuh? Di mataku lain! Kalian justru merasa menyukai satu sama lain!"

Akiles Putranto : "Keponakanku? Mereka berdua tuh seperti Romeo dan Juliet! Mereka berdua punya kecocokkan! Ckckck.... "

Handoko Prasetya : "Bukan Romeo dan Juliet, Akiles! Tapi seperti Dua Burung Merpati yang selalu bersama-sama kemanapun mereka pergi!"

Petir Hazimi : "Ayah!! Paman!! Kita malulah!!"

Semua tamu undangan tertawa melihat Petir dan Nisa yang sedang menutupi wajah mereka dengan topi mereka masing-masing.

Edo Armando : "Bang Petir? Kak Nisa? Kue ketiga ini untuk kalian! Ayo makan kue ini! Atau aku suapin kalian berdua?"

Petir-Nisa : "Eh?! Enggak!! Jangan, Edo!/Tuan!"

Edo Armando : "Nah kalau begitu... Ayo makan kue ini!"

Petir dan Nisa mendekati Edo untuk mengambil kue ketiga hasil potongan dari Adik terkecil di Keluarga Handoko. Semuanya bertepuk tangan melihat mereka berdua sedang mengambil kue dari Edo walaupun mereka merasa malu-malu setelah mereka berdua mendekat satu sama lain. Edo

Edo Armando : "Jangan malu-malu napa sih? Sini tangan kalian!"

Edo menyatukan tangan Petir dan Nisa hingga mereka berpegangan tangan satu sama lain.
Mereka berdua ingin melepaskan pegangan pada tangan mereka, tetapi ditahan oleh Edo. Hal itu membuat mereka berdua semakin malu dan wajah mereka bertambah merah seperti kepiting rebus. Semua tamu undangan bersiul centil melihat momen romansa yang dibantu oleh Sang Adik dari Petir.

Edo Armando : "Dari wajah kalian, aku tahu kalau kalian saling menyukai! Remember this! Love is a blind but love can feeling! Dengarkanlah hati kalian!
Aku yakin kalau kalian itu pasangan yang cocok dan tidak akan tergantikan! Ayo! Dimakan kue-nya!"

Akiles Putranto : "Keponakanku? Paman ada ide! Bagaimana kalau mereka berdua makan kue-nya harus disuapi satu sama lain?"

Petir-Nisa : "Eh?! Paman!/Pak Cik! Jangan! Edo!/Tuan Edo! Jangan ya? Please....."

Edo Armando : "Paman nih memang gatal kalau soal romansa! Ckckck..... Tapi Edo setuju aja sih kalau ide Paman kayak gitu!"

Petir-Nisa : "Jangan, Edo!!/Tuan Edo!! Kita berdua gak ada hubungan apa-apa!..... Eh?!..."

Akiles Putranto : "Keponakanku? Lihatkan? Mereka aja ngomongnya  berbarengan! Udah jelas kalau mereka adalah
pasangan yang telah ditakdirkan oleh Tuhan!"

Edo Armando : "Pfftt... Aku bisa melihatnya, Paman! Pffttt....."

Meledaklah tawaan dari semua tamu undangan dan itu mmembuat mereka berdua bertambah malu dan menutup wajah mereka dengan topi mereka masing-masing.

Tristan Cahaya : "Udah...! Bang Petir? Kak Nisa? Ayo makan kue-nya! Sambil suap-menyuap ya?"

Fredi Tanah : "Makan! Makan! Makan! Makan! Makan!..... "

All : "Makan! Makan! Makan! Makan! Makan!..."

Edo Armando : "Kalau kalian gak mau makan, aku suapin ya?"

Petir Hazimi : "Eh?! Edo!! Jangan...!! Oke oke! Aku akan makan kue-nya!"

Edo Armando : "Sambil suap-menyuap!"

Petir-Nisa : "Jangan dong, Edo!/Tuan Edo!"

Edo Armando : "Ya udah! Aku suapin aja!"

Petir Hazimi : "Janganlah!! Baik baik! A.. Aku akan suapin Mbak Nisa!"

Nisa Septiani : "Ta.. Tapi sekali aja ya?"

Edo Armando : "Oke!"

Semuanya melihat dua insan yang baru saja berkenalan sedang bersiap memakan kue yang telah diberikan oleh Edo sambil disuapi satu sama lain. Cahaya mengambil ponselnya dan merekam kejadian "langka" yang terjadi di acara perayaan ulang tahun Edo yang ke-17.

Petir dan Nisa memakan kue yang telah diberikan oleh Edo. Tangan Petir bergetar saat hendak menyuapi Nisa. Begitu juga dengan tangan Nisa yang tidak jauh berbeda dengan Petir. Alunan musik romansa terdengar di kedua telinga mereka, tetapi tidak diketahui asal sumber suara romansa itu. Waktu seolah-olah berhenti saat mereka berdua menatap satu sama lain sambil menyuapi kue pemberian dari Edo. Muncul ikatan misterius yang menjalin perasaan mereka berdua. Kedua mata mereka tidak berkedip sama sekali saat sedang menyuapi kue ulang tahun. Angin halus menerpa mereka berdua hingga topi yang mereka taruh di atas kepala mereka terbang tertiup angin. Mereka berdua telah larut dalam alam romansa yang sebenarnya terjadi secara tidak terduga. Mereka berdua tidak mempedulikan para tamu undangan yang sedang mengambil foto mereka sesudah menyuapi kue ulang tahun.

Handoko Prasetya : *berbisik* ("Anakku? Kamu memang benar! Mereka saling menyukai satu sama lain!")

Edo Armando : ("Seorang Edo Armando Dwiputra gak akan pernah salah kalau udah memilih! Lihatlah mereka, Ayah! Mereka Co Cweet cekali...! Nanti kalau mereka nikah, Edo dapat Kakak Ipar perempuan deh!")

Akiles Putranto : ("Paman setuju kalau mereka menikah, Keponakanku! Tapi kita tanyakan dulu ama mereka berdua!")

Edo Armando : ("Jangan sekarang, Paman! Biarkan waktu yang mengurus mereka berdua! Kalau mereka udah sama-sama suka, baru deh kita tanya tentang hubungan mereka!")

Akiles Putranto : ("Keponakanku? Kamu memang saaangat bijak!")

Edo Armando : ("Hehehe... Biasa aja kok, Paman!")

Hanif Nur : *berdehem* "Ekhem... Ekhem... Hanif kesedak Biji Duren nih!"

Angin Rudiantara : "Aku pula kesedak Biji Salak!"

Fredi Tanah : "Kita semua udah kayak nyamuk ya?"

Marcel Daun : "Nyamuk?Bukannya kita manusia ya?"

Tristan Cahaya : "Itu adalah perumpamaan!"

Fauzan Api : "Indahnya melihat dua insan yang larut dalam kisah asmara!"

Tom-Jerry : "That's love!"

All : "WOOHHOO..... " *tepuk tangan*

Petir dan Nisa menghentikan aksi mereka dan kembali menjauhi satu sama lain setelah mereka mendengar tepuk tangan meriah dari para tamu undangan.

Edo Armando : "Asiiikk..."

Petir Hazimi : "Edo! Habis acara ini selesai, kamu akan tidur bersamaku! Gak ada penolakkan!"

Edo mulai merasa takut dan wajahnya memucat karena ia tahu maksud ancaman tersirat dari Abangnya itu. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya saat ia sedang diancam secara halus oleh Petir.

Edo Armando : "Uh... Abang? Jangan dong! Nanti aku gak bisa tidur kalo sama Abang!"

Petir Hazimi : "B.o.m.a.t.! Pokoknya aku gak peduli! Sini kamu, Edo!"

Edo Armando : "Ala.. Mak.. Waktunya siaga 12!! SELAMATKAN DIRI.....!!"

Petir Hazimi : "JANGAN LARI, EDO.....!!"

Terjadilah aksi kejar-kejaran antara Abang dan Asik di acara pesta ulang tahun. Mereka semua tertawa melihat tingkah laku mereka berdua.

Beberapa jam telah berlalu dan kini sudah petang hari. Pesta ulang tahun telah selesai sesudah mereka semua memakan kue ulang tahun milik Edo yang telah dipotong dan dibagikan oleh Tanah dan pegawai dari Toko Nisa. Para tamu undangan sudah kembali ke rumah masing-masing dengan perasaan senang. Nisa  berada di kamar mandi dan ia sendirian disana. Ia pun masih memikirkan tentang kejadian di acara pesta ulang tahun tadi. Perasaan aneh mulai timbul lagi di hati dan pikirannya setelah sebelumnya perasaan itu muncul di tempat toko-nya sendiri.

Nisa Septiani : (Kenapa aku selalu kepikiran kejadian tadi ya? Aaaaa... Aku malu sangat...! Tapi... Anehnya aku biasa aja saat aku menyuapi dia! Aduh... Kenapa jadi kayak gini sih..! Oke oke! Nisa! Calm down! Masalah ini akan hilang dengan sendirinya! Aku harus kontrol emosiku!)

Sementara di kamar Petir, Edo sedang mendapatkan "pengajaran khusus" dari Petir. Petir telah membuka baju, singlet dan celana panjang Adiknya secara paksa. Tersisa celana pendek sepaha berwarna hitam yang menjadi penutup tubuh bagian vitalnya. Badan Adiknya yang putih dan telah memiliki "six pack" di perutnya itu diraba secara halus oleh Petir dan Edo pun tertawa keras karena merasa geli oleh sentuhan halus dari Abangnya. Kedua tangannya ditahan oleh Petir agar tidak mengganggu "proses pengajaran".

Edo Armando : "HAHAHAHA.... ABANG PETIR...!! HAHAHAHAHA.... EDO MINTA MAAF...! HAHAHAHAHA.... ABANG!! EDO GELI!! HAHAHAHAHA....."

Petir Hazimi : "Ini akibatnya kalau kamu berani mempermalukan Abang! Rasain nih...!"

Edo Armando "HAHAHAHAHA.... ABANG!! STOP IT..!! I TIRED..!! HAHAHAHA.... ABANG!! HAHAHAHA.... EDO GELI..!! HAHAHAHAHAHA.....,

Petir menghentikan aksinya dan menindih tubuh Adiknya yang sedang lemas karena terus-menerus digelitik oleh Petir. Netra mata Cokelat Hazelnut dari Petir bertembung dengan Netra mata Merah Gelap milik Edo.

Petir Hazimi : "Edo? Kenapa kamu melakukan itu padaku?"

Edo Armando : "Karena aku tahu kalau Abang suka ama Kak Nisa! Dari cara Abang memegang tangan Kak Nisa saat mengambil pulpen dan saat Abang menyuapi kue untuk Kak Nisa, aku jadi yakin kalau Abang sedang..... "

Petir menutup mulut Adiknya dengan jari telunjuk kanannya. Edo terdiam saat Abangnya menutup mulutnya dan menatap mata Abangnya.

Petir Hazimi : "Edo? Siapa yang mengajarimu hal kayak gitu?"

Edo Armando : "Hmm... Kasih tahu gak ya...?"

Petir Hazimi : "Bagi tahu jelah! Kalau tak, aku kelitik lagi badanmu!"

Edo Armando : "Jangan, Bang!! Aku gak mau dikelitik lagi!! Nanti aku ngompol!!"

Petir Hazimi : "Biarin! Kasih tahu atau aku kelitik lagi!"

Edo Armando : "Oke oke! Aku akan bagi tahu!"

Edo menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya kembali sebelum menjawab pertanyaan dari Abangnya. Petir menunggu jawaban dari Adiknya itu sambil mengelus rambut putih bersurai hitam milik Adiknya.

Edo Armando : "Sebenarnya aku tahu sendiri! Dan aku bisa memahami perasaan Abang!"

Edo memegang dada Abangnya dan merasakan detak jantung dari Abangnya. Petir tidak keberatan kalau dadanya dipegang oleh Adiknya dan ia merasakan sentuhan hangat dari tangan Edo.

Edo Armando : "Bagaikan api yang membara dan membakar seluruh yang ada di dekatnya! Sama halnya dengan perasaan yang membara dan membakar gairah hidup seseorang saat berada dalam alam bawah sadar"

Petir Hazimi : "Aku gak ngerti! Edo? Cobalah bicara yang jelas!"

Edo Armando : "Jantung.. Pikiran.. Dan jiwa Abang udah memilih satu orang! Aku bisa merasakan jantung Abang berdegup kencang! Lalu..."

Edo beralih memegang perut Abangnya yang sedang memompa untuk mendapatkan oksigen setelah sebelumnya memegangi dada Petir.

Edo Armando : "... Perut Abang terus memompa untuk mendapatkan oksigen! Tapi sebenarnya bukan itu! Ada sesuatu yang membuat perut Abang terus memompa dan mengempis dengan cepat! Biasanya orang yang sedang memikirkan sesuatu yang ia sayangi, pasti yang terlihat adalah di bagian perutnya, lalu dadanya dan berakhir di.."

Edo beralih lagi dari memegangi perut Petir menuju bagian kepala Abangnya, lebih tepatnya di bagian dahi Petir.

Edo Armando : "... Sini! Di otak atau pikiran Abang! Sekarang aku mau tanya Abang! Saat ini, Abang lagi mikirin siapa?"

Petir menuruti perkataan Adiknya dan memikirkan tentang sesuatu. Sesuatu yang bersifat "menyayangi", "perempuan", dan "wajah dari seseorang".

Petir Hazimi : "Aku... Hmm... Mikirin... Hmm... Uh... Hmm... "

Edo Armando : "Kenapa? Kenapa ragu-ragu? Apa Abang takut? Aku gak gigit kok!"

Petir Hazimi : "Ck.. Kamu nih! Jangan main-mainlah!"

Edo Armando : "Ya udah deh! Ha! Abang lagi mikirin apa?"

Petir Hazimi : "Aku... Hmm... Mikirin... Hmm... Tapi kamu jangan kasih tahu siapa-siapa ya?"

Edo Armando : "Abang tenang aja! Aku ini Edo Armando Dwiputra, seorang Adik yang selalu menuruti perkataan Abang Petir! Ha! Siapa yang Abang pikirin?"

Petir menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nafasnya. Ia menyiapkan semua kekuatan mentalnya untuk menjawab pertanyaan Adiknya itu. Edo menunggu jawaban dari Petir sambil menatap mata Abangnya.

Petir Hazimi : "Huuuhh..... Aku mikirin... Mbak Nisa..!"

Edo Armando : *tersenyum* "Hati, pikiran dan jiwa tidak bisa berbohong, Bang! Dan Abang udah mengatakannya melalui perasaan Abang? Aku betulkan?"

Petir mengangguk pelan dan Edo pun mengelus rambut Abangnya yang berwarna hitam dengan surai putih pada bagian depan rambutnya.

Edo Armando : "Itu adalah babak awal dari kisah Abang! Tapi akan ada rintangan yang akan menghalangi Abang untuk mendapatkan Kak Nisa! Dan mungkin aja Kak Nisa..... "

Petir menatap heran kearah Adiknya yang menghentikan perkataannya secara sengaja. Edo menghela nafas sebelum melanjutkan perkataannya dan membisikkan perkataannya melalui telinga Abangnya.

Edo Armando :
("..... akan membunuh semua anggota keluarga kita, termasuk kita berdua...")

Petir Hazimi : *terkejut* "HAH?!! APA!!?"

{•°•BERSAMBUNG•°•}

Hai readers! Bagaimana pendapat readers tentang chapter khusus berjudul "Cinta & Dendam di Negeri Big Ben"? Kalau ada kesalahan atau kekurangan dari chapter ini, author minta maaf yang sebesar-besarnya ya? Okay! Jangan lupa vote dan comment ya? See you next time! Sampai jumpa lagi! Bye Bye!

Continue Reading

You'll Also Like

15K 701 8
Petualangan boboiboy 7 bersaudara yang di berikan misi mencari harta karun di planet Alam. ini hanya cerita fikti belaka, jika ada kelahan mohon di m...
75.1K 6K 48
Cerita pertama author jadi maaf kalo aneh
1.7K 109 20
[COMPLETED] Di suatu masa, seorang siswa baru, pindahan dari Kota Hilir, mengacaukan segalanya. Bermodalkan kristal kegelapan yang ia miliki, ia ingi...
19.5K 2.8K 33
Hali, Taufan, Gempa, Blaze, Ice, Thorn, dan Solar pindah ke rumah barunya. Banyak kejadian-kejadian aneh tidak terduga. Penasaran? Ayo baca ceritany...