[Todoroki Shouto | Bakugou Ka...

נכתב על ידי _uglyduck

17.6K 2.9K 349

[Book 1/3 Suffocating Series] COMPLETED: 2020/11/30-2020/12/27 [Baca bab [Disclaimer] dulu buat keterangan d... עוד

[Disclaimer]
Chapter 1. Someone, Girls' Bet, and You-Ei
Chapter 2. Locker and A Cockroach
Chapter 3. Teenager
Chapter 4. Rat
Chapter 5. Uraraka and A Picture
Chapter 6. Sunny Sunday
Chapter 7. Bad Day
Chapter 9. (Another) Bad Day
Chapter 10. Aoyama, A Kiss, and The Rumor
Chapter 11. Stalker and A Secret
Chapter 12. Special Movie(s)
Chapter 13. Overcast
[𝐽𝑢𝑠𝑡 𝑓𝑜𝑟 𝐹𝑢𝑛(?)]
Chapter 14. Aizawa's Assignment and A Thunderbolt
Chapter 15. The Informan and Sugar Lil Brother
Chapter 16. Half-Open Pandora Box
Chapter 17. Nightmare
Chapter 18. Mental Breakdown
Chapter 19. Home (Isn't Always) Sweet Home
Chapter 20. Sentimental Trip (1)
Chapter 21. Sentimental Trip (2)
Chapter 22. Lost Feeling, Feeling Lost
Chapter 23. Phonecall
Chapter 24. Crumbles
Chapter 25. Good Person
[Author's Note]

Chapter 8. Expectations

521 108 19
נכתב על ידי _uglyduck

⌜𝙎𝙪𝙛𝙛𝙤𝙘𝙖𝙩𝙚𝙙 (adj.) 𝑓𝑒𝑒𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑟𝑎𝑝𝑝𝑒𝑑 𝑎𝑛𝑑 𝑜𝑝𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑⌟

─────────────────────

(Notes: Ini cuma side story (bonus gitu ceritanya wkwkw)--bisa di-skip kalau mau, karena enggak mengubah alur cerita, tq!)

---------------

Sewaktu kecil, Bakugou dan Midoriya pernah tidak sengaja bertemu dengan seorang anak lelaki di taman komplek rumah mereka. Ia duduk pada ayunan seorang diri, memandangi senja yang oranye di kejauhan. Ketika ia dan Midoriya menghampirinya, mereka bisa melihat sebuah perban menutupi sebagian wajah sebelah kirinya. Ujung bibirnya memar keunguan dan beberapa bagian lengannya lebam. Alih-alih bertanya 'siapa kalian?' atau bilang, 'hai, namaku ...', Bakugou dan Midoriya masih sama-sama ingat hal pertama yang anak itu katakan.

"Bisa dorongin ayunannya? Aku enggak bisa, kaki enggak sampai tanah."

Mereka ingat anak itu meluruskan kaki, memberi bukti jika kakinya memang tidak cukup panjang menapaki tanah. Waktu itu mereka bisa lihat lebam yang sama ungu pada kakinya. Bakugou dan Midoriya kecil pada saat itu saling melirik, mendadak ada yang mekar di hati mereka hingga tidak sadar keduanya melebarkan senyum.

"Bisa!" anak lelaki pada ayunan itu tersenyum lebar.

Beberapa hari dari pertemuan itu Bakugou akhirnya tahu jika anak itu bernama Todoroki Shouto. Tinggal pada rumah yang sangat besar di ujung komplek. Ayahnya sangat terkenal, sering muncul di televisi setiap kali olimpiade Taekwondo diadakan, sedangkan ibunya (katanya) baru meninggal dua minggu lalu karena sakit. Sejak saat itu juga Bakugou mulai bertanya-tanya tentang mengapa begitu sering ambulans melewati rumahnya, membawa Todoroki atau kakaknya yang paling tua ke rumah sakit.

Suatu malam, ketika Bakugou berlari ke sembarang arah dari rumahnya--ketakutan setengah mati setelah mendapat beberapa pukulan gagang sapu dari ibunya--ia lagi-lagi mendapati Todoroki sedang duduk di ayunan taman komplek. Memandangi bulan bulat yang seolah ingin ia tuju. Setelah Bakugou kecil mengelap semua air mata dan ingus dengan kausnya, ia menghampiri Todoroki yang langsung menyambutnya dengan senyuman. Perban pada wajahnya sudah tidak ada, tetapi di sekitar mata kirinya ia melihat warna gelap pada kulit yang agak keriput. Bakugou bertanya-tanya, apakah itu sakit? Kenapa warna lensa mata kirinya begitu pudar?

"Kamu oke?"

Bakugou menggeleng, ia melihat Todoroki susah payah turun dari dudukan ayunan. Anak dengan rambut merah itu menunjuk tungkai kakinya, "Sakit, ayah pukul soalnya belum bisa dol--doll apa, hmm--dollyo chagi hari ini." katanya sambil tercengir-cengir. Sementara Bakugou mengernyit, tidak paham dengan istilah yang Todoroki katakan.

Todoroki tiba-tiba menarik tangan Bakugou, mengajaknya duduk pada pinggiran pembatas kolam pasir. Ia menunjuk beberapa bagian pada kedua lengan Bakugou yang kelihatan mulai hijau, "Itu sakit?" tanyanya, membuat Bakugou segera menggigit bibir, mengangguk sambil menahan air mata.

"Oh, Bakugou, is' okay, nanti ilang." Todoroki menepuk-nepuk pundak Bakugou lalu mengeluarkan sesuatu dari saku celana pendeknya, "Fuyumi-nee punya obat ajaib, sekali oles, sakitnya ilang." ia menyapukan sejumput krim memar pada lengan Bakugou, memberikan tube krim memar itu pada Bakugou setelah menutupnya kembali dengan rapat, "Untuk Bakugou." katanya.

Malam itu ayah Bakugou dengan ibu Midoriya memanggilnya dari kejauhan, Bakugou berhenti memainkan pasirnya dengan Todoroki, menyerbu ayahnya sambil menangis. Ia ingat ayahnya berterima kasih pada Todoroki untuk menemani Bakugou, menawarkan diri untuk mengantarnya pulang, tetapi Todoroki menggeleng. Pada waktu yang bersamaan, dari kejauhan seorang perempuan dengan rambut silver muncul, menghampiri mereka dan segera memberi pelukan pada Todoroki.

Perempuan itu membungkuk sebentar pada ayahnya dan ibu Midoriya, mereka sempat berbicara sebentar. Waktu itu Bakugou, untuk pertama kalinya, melihat langsung Todoroki Fuyumi si pemilik obat ajaib. Waktu itu, untuk pertama kalinya juga, Bakugou baru tahu kalau mata kiri Todoroki tidak bisa melihat--

"Congrats, Todoroki-bro lo lolos di babak penyisihan prefektur! Lo beruntung banget punya bokap atlet pro, bakat lo jadi keren banget!" Bakugou memperhatikan Tetsutetsu yang mengulurkan tangan, melihat Todoroki meraihnya erat sambil tertawa kecil.

"Thanks, Man. Kirishima juga lolos, jangan lupa kasih selamat buat dia oke?" Todoroki mengambil ransel dari lokernya setelah melambai pada Tetsutetsu yang pergi dari sana.

"Lo masih suka pake kontak lensa?" Bakugou menaikkan sebelah alisnya.

Todoroki yang berjalan ke arah cermin berdehem, "Kenapa enggak? See, seenggaknya gue jadi ngerasa masih punya mata kiri yang normal." ia mengedipkan sebelah mata setelah menempelkan kontak lensanya.

"Tch. By the way, Deku bilang katanya pertandingan lo bulan depan bakal ditonton bokap lo?" Todoroki mengangguk sebagai respons, "Berarti seenggaknya lo harus lolos sampe penyisihan nasional." Bakugou berjalan ke arah lokernya.

"Gue emang pengen lolos. Tapi bukan karena gue takut bakal dihajar bokap gue kalau kalah." Todoroki memasukkan seragam taekwondonya ke dalam ransel.

"Gue mau menang buat kakak-kakak gue," Todoroki bicara lagi sambil menghampiri Bakugou, "buat Momo, buat Midoriya, sama buat lo." ia menepuk kening Bakugou dengan cukup keras lalu berlari keluar ruang ganti sambil tertawa.

"Anjir!" Bakugou mengeluh, mengusap keningnya dan segera menyelendangkan tasnya. Ia tidak segan-segan akan meninju kening Todoroki nanti.[]

***

Ruang kelas A di suatu siang pernah sangat riuh, festival sekolah akan diadakan beberapa minggu lagi dan kelasnya dapat bagian untuk mementaskan drama. Tim kostum sibuk mengikuti semua saran Bakugou, beberapa dari mereka berbisik-bisik hingga membuat Bakugou agak jengkel. Bakugou akhirnya diam beberapa saat, mendinginkan kepala sebelum bertanya apa masih ada yang perlu didiskusikan.

"Uh, enggak ada." Tsuyu merespons, "Gue seneng lo di tim ini, I mean, nyokap lo desainer ternama dan bakatnya nurun sama lo. Kostum anak-anak semuanya jadi aman." di sebelahnya Hagakure mengangguk cepat.

"Sense lo di fashion keren banget," Kaminari berkomentar, "kalau punya nyokap berbakat kayak nyokapnya Kacchan tuh enak banget ya."

Bakugou terdiam, ingatannya terlempar jauh ke belakang ketika ia baru dua minggu masuk sekolah dasar. Ia masih ingat nada suara ibunya yang menggelegar--marah besar karena Bakugou tidak sengaja membuat sketsa desain ibunya basah. Waktu itu ayahnya belum pulang dari kafe, Bakugou berusaha meminta ampun, meminta maaf habis-habisan, tetapi ibunya tidak mau mendengar.

"Kamu pikir ini enggak makan waktu lama buatnya?!"

"Mom maaf--enggak sengaja!"

"Kalau kamu minta maaf sketsanya bisa balik lagi?!"

"Mom--jangan--please!"

Waktu itu Bakugou tidak ingat kapan ibunya meraih vas bunga dari kabinet meja, ia cuma ingat sudah terbangun di ruang rawat dengan lima jahitan di kening. Ayahnya kelihatan sangat khawatir, sedangkan ibunya tidak ada di sana. Besoknya Bakugou baru tahu kalau ibunya sudah terbang ke Prancis untuk pekerjaannya. Wanita itu sempat berkata kepada ayahnya bahwa Bakugou terluka karena bandel memainkan vas bunga. Ayahnya tidak percaya, tentu, tetapi juga kebingungan harus melakukan apa.

Di sebelah ayahnya ia melihat ibu Midoriya dan Fuyumi berdiri, menuntun Midoriya dan Todoroki yang kelihatan baru selesai menangis. Midoriya dan Todoroki saat itu segera berlari ke arahnya, recok bertanya sesuatu yang tidak bisa Bakugou tangkap karena keningnya mulai berdenyut nyeri.

Seminggu setelahnya ia baru bisa kembali datang ke sekolah, dijadikan contoh 'jangan bermain dengan barang pecah seperti vas bunga sembarangan' untuk anak-anak di kelasnya. Seperti Midoriya yang lebih dulu dijadikan contoh 'anak mandiri dan tetap ceria meski ayahnya sudah meninggal' atau Todoroki yang dijadikan model 'tidak pantang menyerah meskipun hobinya di Taekwondo sangat keras'.

Bakugou tertawa kecil, 'Oh, yeah, how 'lucky' I am.'[]

***

Bakugou pernah bersumpah untuk tidak lagi mengajak Midoriya menyelinap keluar asrama dan minum sake di salah satu kedai yang tidak jauh dari Yuuei. Sebab terakhir kali ia pergi dengan Midoriya dan Todoroki, Todoroki hampir mati dirangkul kencang Midoriya.

" ... salah gue, Kacchan."

"Stop it Deku," Bakugou berusaha membuat Midoriya diam, "jangan berisik, anjir!" ia mengintip lorong menuju kamar Midoriya, memastikan tidak ada yang sedang patroli mengecek kamar.

Midoriya terisak, "Salah gue, Kacchan! Bokap gue enggak bakal gitu k-kalau enggak pergi, h-harusnya gue larang pergi--huu," ia menepuk-nepuk punggung Todoroki, "Dad, Dad, maafin Izuku. Ya?"

"

Yes, yes, Dad forgive ya, so just sleep okay, Izuku?" Todoroki menghela napas, mengeratkan pegangannya pada Midoriya di punggung, tinggal berbelok ke lorong di depan dan mereka bisa menggeletakkan Midoriya di kamarnya.

Namun, Midoriya tiba-tiba mengerjap, "Bener, Dad?" ia merangkul leher Todoroki dengan sangat kencang, "Seriously, Dad? Aku--aku--Dad--" pemuda itu menangis sesenggukkan.

"Anji--Midori--fuck leher gu--" Todoroki terbatuk, "Baku--Bak! Tolo--uhuk-uhuk!" ia ambruk ke bawah, tetapi Midoriya masih tidak melepaskan rangkulannya.

Di depannya Bakugou panik, "Deku?! Lepasin, Todoroki nanti mati, anjir! Deku, sadar woy!" ia menepuk-nepuk keras pipi Midoriya, lalu berusaha menarik lengan Midoriya supaya melepaskan Todoroki.

"Huh?" Midoriya mendadak ikut panik, "Todoro-doki-kun mati?! Huh?! Kapan? Kaccha--gue--Todo--huu! Todo dimatiin om Enji! Roki--Kacchan jangan mati Kacch--dipukul Tante Mitsuki--huu--" Midoriya bergeser dari punggung Todoroki, meringkuk di lantai.

Bakugou buru-buru membantu Todoroki yang masih terbatuk-batuk duduk, setelahnya ia meraih bahu Midoriya, menepuk-nepuk punggungnya supaya tidak terus berteriak dan menangis.

"Uhhuk--pfft--" di sebelah Midoriya ia melihat Todoroki tertawa-tawa.

"Berisik anjir! Kalau ketahuan--" Bakugou membentak, tetapi segera diam saat ia sadar suaranya juga keras.

"Pfft, astaga, sorry Bakug--uhuk--ini cuma lucu banget," Todoroki bersender pada tembok, ia menatap Midoriya yang mulai tenang.

Bakugou yang masih bingung hanya mengernyitkan alis, "Apanya?" ia mencoba mendudukkan Midoriya pelan-pelan.

"Yang di kelas paling ceria," Todoroki bergeser mendekati Midoriya, "jauh di dalem dirinya ancur kayak gini." ia menepuk-nepuk puncak kepala Midoriya pelan.

Bakugou tertawa kecil, "Bukannya Deku banyak belajar faking smile dari lo, ya?" -- karena dari kecil lo yang enggak pernah nangis di antara kita bertiga sebabak belur apapun lo.

Todoroki menggeleng, "Enggak, Bakugou, gue enggak pernah bikin fake smile." ia menempatkan kedua telunjuknya di ujung-ujung bibir yang tersenyum, "Mendiang nyokap gue pernah bilang, 'Shouto, ini cuma mimpi buruk. Buat apa kita nangisin mimpi yang enggak nyata?' Jadi, dari dulu gue cuma pretend kalau bogeman bokap gue itu mimpi buruk dan gue enggak perlu nangisin apa-apa." ia terkikik.

"Denial lo!" Bakugou menyeringai di depannya.

"Ya--hngg--kita denial, fuc--" Midoriya tiba-tiba ikut berkomentar sebelum benar-benar ketiduran.

Bakugou dan Todoroki saling melirik, tertawa sebentar sebelum bangkit dan memboyong kembali Midoriya menuju kamarnya. Waktu itu Bakugou menyesal mengajak Midoriya, tetapi juga senang. Ia jadi mengerti kenapa mereka bertiga bisa berteman baik; karena jauh di dalam sana mereka sama-sama hancur.[]

-------
Hey!
Aku mau bilang makasih buat yang udah baca dan masukin tulisan(ngaco)ku ke library/reading list kalian <3

Aku bakal update lagi sekitar akhir Desember, seems like 2 minggu ke depan aku bakal sibuk </3

See you next time!

המשך קריאה

You'll Also Like

29.2K 3.9K 29
Bakugo Katsuki adalah seorang murid yang duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama. Tahun ini adalah tahun terakhirnya di sekolah tersebut ia berbaur...
37.3K 4.9K 35
[Asakru Fanfiction] [Wilujeng_Arthur] [Completed] Sebuah pesan asing yang diterima Karma dan Gakushuu membuat keduanya dipaksa masuk kesebuah portal...
249K 36.9K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
9.1K 1K 14
Masing-masing dari mereka hanya berharap untuk tidakー ーjangan berhenti mencintai.