MIPA VS AKUNTANSI

De LuthfiSeptihana

24.3K 2.2K 282

Terlahir sebagai putri dari keluarga terpandang membuat Ivy merasa terkekang. Segala hidupnya selalu diatur... Mai multe

1. Prolog
2. MIPA
3. Akuntansi
4. Ivy's Family
5. Bintang'81
6. Terima Kasih!
7. Anastasya Shena Adipati
8. Ravinivy
9. SMA Galaksi
10. SMK Satu
11. No Progres
12. Bening Citra Lentera
13. Bimbingan Belajar Ivy
14. Pertengkaran
15. Cut Kayla Nazwa Ayuning
16. Lambe Turah!
17. Perihal Perasaan
18. Jawaban Ivy
19. Sebenarnya Ada Apa?
20. Pikiran Kayla
21. Kejadian Sebenarnya
22. Perubahan
23. Bluethetic Cafe
24. Cerita Ivy
25. Perkenalan Ivy
26. Full Day
28. Perseteruan
29. Ivy Ngambek
30. Kedatangan Darka
31. 143=8, Ivy!
32. Gertakan Darka
33. Pengorbanan
34. Salam Terakhir
35. Pengorbanan Ravin
36. Pengorbanan Ravin(2)
37. Rencana Pindah
38. Surat dari Ivy
39. Good Bye, Jakarta!
40. Welcome, Semarang!
41. Janji Ivy
42. Perjodohan
43. Rakaivy
44. SMA Trisatya
45. Bahan Bicaraan
46. Keadaan Ravin
47. Satu Tahun Kemudian
48. Kehidupan Baru
49. Epilog
S E Q U E L

27. Ketahuan!

290 42 0
De LuthfiSeptihana

"Ivy!"

Ivy yang merasa terpanggil langsung membalikkan badannya, gadis itu terdiam terpaku melihat siapa sosok yang memanggilnya. Sialan, mengapa harus hari ini?

"Mamah? Papah?" beo Ivy dengan bibir bawah yang sudah digigit, Ivy juga langsung meremas tangan Ravin. Gadis itu takut bukan main.

"Kamu ngapain di sini? Siapa cowok di sampingmu? Kenapa pakai acara gandengan tangan segala?" tanya Vanya dengan bertubi-tubi.

Oh ayolah, Ivy harus menjawab apa sekarang? Rasanya Ivy ingin menangis saja. Ivy tidak tahu harus berbuat apa, Tuhan.

"Tadi Ivy pulang lebih awal, Mah. Terus pas Ivy ke tempat les cuma dikasih materi sama kumpulan soal gitu, makanya Ivy mau jalan-jalan sebentar untuk menenangkan otak sejenak. Ini Ravin ...." Ivy nampak seperti menggantungkan jawabannya. Apa yang harus Ivy katakan? Apakah Ivy harus mengatakan yang sebenarnya? Atau seperti apa?

"Siapamu?" tanya Vero dengan tatapan menusuk.

"T—temen, Mah, Pah," jawab Ivy dengan gelagapan.

"Bohong!"

DEG!

Ucapan Vanya benar-benar langsung membuat Ivy semakin gemetar saja dibuatnya. Apakah insting seorang ibu begitu kuatnya sampai-sampai mengerti kalau Ivy tengah berbohong?

"Kata Mbok Darmi kamu pacaran sama dia, setiap hari antar jemput kamu." Kicep, Ivy benar-benar langsung kicep dibuatnya. Astaga, kenapa Mbok Darmi begitu menyebalkan?

"Kenapa gak mau dikenalin ke mamah sama papah?" tuding Vanya melanjutkan.

Ivy memutar otaknya, mencari alasan terbaik yang seharusnya bisa membuat Vanya kicep dan tidak bertanya lagi. "Bukan pacar, Mah. Cuma lagi deket aja," kilah Ivy. Akhirnya, Tuhan. Akhirnya Ivy bisa memutar otak di saat genting seperti ini.

"Saya Ravindra Atmawidjaya Pratama, Om." Ravin langsung meraih yang Vanya dan Vero, pria itu menyalami orang tua Ivy sebagai bentuk hormatnya. "Biasa dipanggil Ravin," lanjutnya.

Vanya dan Vero manggut-manggut. Mereka paham, pastinya seusia Ivy pantas melakukan hal tersebut. Mereka sama sekali tidak memaksa ataupun menentang.

"Ngapain kamu ke sini, Vy? Kamu lagi pengin beli kue?" tanya Vanya mulai mengalihkan topik pembicaraan. Vanya dan Vero nampak seperti sedang istirahat dari pekerjaan mereka. Walaupun tidak mengenakan jas putih kebanggaan mereka berdua, gaya mereka dua benar-benar menunjukkan kalau mereka adalah pasangan dokter.

Ivy mengangguk sebagai jawaban. "Lagi pengin beli kue balok, Mah."

"Ya udah, ayo sekalian. Biar papah kamu ngobrol sama Ravin dulu," kata Vanya langsung menggenggam tangan Ivy dan berjalan menuju tempat pemesanan. Sejujurnya mereka berdua nampak seperti kakak beradik saat berjalan berduaan seperti ini.

Ivy saja sampai heran. Sebenarnya Ivy yang muka tua atau Vanya yang mukanya terlalu muda dan awet muda?

"Mau kue balok satu atau dua?" tanya Vanya.

"Dua deh, Mah. Lagi pengin banget soalnya."

***

"Kamu satu sekolah sama Ivy?" tanya Vero yang sedang duduk, di hadapannya ada Ravin. Mereka berdua sedang menunggu Vanya dan Ivy yang tengah memesan kue.

"Pas SMP bareng, Om. Sekarang enggak," jawab Ravin dengan jujur.

Vero mengangguk. Ia langsung menanyakan pertanyaan berikutnya. "Terus kamu sekolah di mana sekarang?"

"Di SMK Satu, Om," jawab Ravin yang langsung membuat Vero tersentak.

Apa tadi katanya? SMK? Sekolah menengah kejuruan? Berarti bukan calon dokter, dong?

"SMK? Jurusan?" tanya Vero lagi.

"Akuntansi, Om."

Sudah pupus harapan Vero. Vero yakinkan ia tidak akan menyetujui hubungan Ivy dan Ravin lagi. Ia yakinkan tidak akan merestui hubungan mereka berdua lagi.

"Di keluarga kami, dokter yang utama. Kami semua harus menjadi dokter. Entah itu anak keluarga kami, atau menantu keluarga kami. Tentunya kamu paham kalau kami semua tidak bisa menerima seorang akuntan, putri kami Ivy saja tidak kami izinkan masuk akuntansi." Dengan penuh wibawa, Vero berbicara demikian.

Ravin benar-benar merasa tertampar. Ia tahu kalau keluarga Ivy adalah keluarga dokter. Seharusnya ia sadar diri. "Maaf, Om. Kami saling mencintai satu sama lain. Walaupun saya memang bukan berasal dari keluarga dokter ataupun berada di pendidikan dokter, saya yakin kalau suatu hari nanti saya bisa membahagiakan Ivy."

Vero memalingkan wajahnya, ia tidak percaya jika lagi-lagi Ivy menentang keras aturan di keluarga besar. Mengapa Ivy harus keras kepala seperti ini? Mengapa Ivy harus terus-terusan mencari masalah?

Melihat Ivy dan Vanya yang sudah berjalan mendekat ke arahnya, Vero langsung bangkit dan menarik mereka berdua. "Ayo pulang!" tegasnya.

"Loh, bukannya papah sama mamah mau balik ke rumah sakit? Ivy pulang sama Ravin aja, Pah," tolak Ivy yang mulai takut kalau papah mengetahui segalanya.

"Balik. Kita ke rumah sekarang!" tegas Vero langsung membawa mereka berdua ke mobil dan melajukan mobilnya dengan kecepatan cepat.

Ravin membisu di tempat, ia terdiam. Apakah memang ini akhir dari perjalanan yang memang belum sempat ia mulai bersama dengan Ivy? Apakah dirinya harus ditentang?

Suasana mencekam benar-benar terjadi di mobil. Vero mengepalkan tangan kirinya dan membanting setir. Pria itu juga mengeratkan tangan kanannya. Entah menahan amarah karena apa.

"Mas, kenapa?" tanya Vanya dengan mengusap tubuh Vero. "Cerita sama aku."

Namun Vero nampak tidak ingin bercerita dan lebih baik menahan segalanya. Ya Tuhan, Ivy benar-benar ingin menangis sekarang. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah mamah dan papah akan menentang hubungannya dengan Ravin?

***

Vero membanting tubuh Ivy di sofa, tulang-tulang Ivy benar-benar sakit rasanya. Tuhan tolong! Ivy takut bukan main.

"Kenapa?" tanya Vero dengan suara keras. "Kenapa kamu melanggar aturan keluarga yang emang mutlak hukumnya? Kenapa kamu selalu melakukan kesalahan? Kenapa kamu keras kepala?" lanjutnya penuh amarah.

Vero yang merasa Ivy tidak menjawab langsung berseru kembali. "Jawab, Ivy!"

"Karena Ivy cinta sama Ravin, Pah. Karena Ivy sayang sama Ravin. Papah pasti tau kalau Ivy sayang sama Ravin, papah pasti tau gimana rasanya sayang ke seseorang, kan? Coba papah posisikan posisi papah sama posisi Ivy. Gimana kalau saat itu mamah bukan dokter? Gimana kalau saat itu keluarga menentang hubungan kalian berdua? Cinta dan sayang gak ada yang tau mau berlabuh di hati siapa, Pah." Ivy menangis. Gadis itu menumpahkan segala air matanya.

Dengan cepat Ivy langsung memukul dadanya sangat keras. "Sakit, Pah. Sakit saat semua keinginan Ivy harus ditentang. Sakit saat kehidupan Ivy harus diputuskan sama kalian semua. Ivy selama ini berusaha menerima, berusaha seolah baik-baik saja. Tapi selalu aja salah di mata kalian, selalu aja ditolak sama kalian. Rasa cinta gak ada yang tau mau dateng kapan kan, Pah? Rasa cinta gak ada yang tau mau ke siapa kan, Pah? Kenapa keluarga gak pernah mengerti? Kenapa keluarga selalu menuntut, Pah?"

Ivy menjambak rambutnya sendiri. Gadis itu benar-benar tidak mengerti apa yang akan terjadi selanjutnya. Sudahlah, Ivy pasrah.

Vanya yang paham dengan keadaan dan permasalahan Ivy langsung duduk di lantai juga. Wanita cantik itu memeluk tubuh putrinya dengan penuh kasih sayang. "Gapapa, Sayang, mamah paham."

***

Hai, Guys! Selamat pagi, selamat siang, selamat sore, dan selamat malam buat kalian semua yang baca part ini!

Ada yang nangis?

Ada yang pernah cintanya ditentang sama keluarga?

Ada yang pernah ada di posisi Ivy? Selalu aja salah di mata keluarga?

Terima kasih telah mengapresiasi karya Ravinivy dengan cara memberikan bintang!

Love you semuanya ( ◜‿◝ )♡

See you di part selanjutnya!

Xoxo,

Luthfi Septihana🌹

Continuă lectura

O să-ți placă și

834 95 10
Enji pingsan karena kelelahan bermain basket pada suatu sore di sekolah. Saat itu sekolah benar-benar sepi. Siswa, guru, dan staf sekolah hampir semu...
1.5M 172K 66
[SUDAH TERBIT & PART MASIH LENGKAP] *** Apa hal yang bisa membuat kamu menjadi seorang pengagum rahasia? Apa alasan kamu bisa bertahan dalam kurun wa...
710 143 41
Setelah memenangkan pertandingan Badminton. Arletha Febiola mendadak dikagumi oleh beberapa murid di SMA Gemilang. Namun, sejak dulu dihatinya hanya...
2.4K 1.3K 43
Sinopsis : Biru mencoba melambai-lambaikan tangannya tepat di hadapannya tapi hasilnya tetap sama. Tatapan yang sama. Raga yang diam. Pikiran yang ke...