"𝑫𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒂, 𝒍𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒌𝒂."
.
.
.
-✍︎-
Pintu kamar Bara sudah terbuka karena di dobrak. Bara menoleh dan mendapati Arsen dan seorang bodyguard.
Arsen dengan cepat mengambil pistol dari tangan Bara dan membuangnya asal.
Bugh!
Arsen meninju rahang Bara hingga Bara tersungkur. "BANCI!" tindas Arsen meremehkan Bara.
Bara hanya memegang sudut bibirnya yang berdarah. "Dengan kau bunuh diri seperti tadi, bisa membuatmu bahagia, hah!"
"Bisa membuat orang tuamu dan adikmu bangga? Bisa membuat Lara memaafkan mu? TIDAK BARA!!! BERPIKIRLAH SECARA CERDAS!!" teriak Arsen.
"Anda tidak akan tau apa yang saya rasakan, Om! Anda tidak akan tau! KARENA SAYA YANG MERASAKANNYA!!"
"Setiap hari saya harus melewati hari-hari yang suram! Tidak ada seseorang yang mendukung saya! Keluarga saya sudah tiada. Hingga Lara datang. Lara yang menjadi alasan saya untuk terus berjuang menghadapi takdir yang kejam ini!"
"Tapi sekarang? Sekarang dia juga pergi menjauhi ku!!! ANDA TIDAK AKAN TAHU, SEBERAPA HANCURNYA SAYA!!!"
"Tapi Lara pergi karena kesalahanmu sendiri! Kau yang membuatnya menjauh! Jangan salahkan takdir! Salahkan dirimu!" jawab Arsen yang seketika membuat Bara bungkam.
Arsen menepuk pundak Bara. "Ayahmu yang meminta saya untuk menjagamu. Jika kau terus seperti ini, saya juga akan merasa bersalah Bara! Berpikir lah dewasa!"
Bara hanya menunduk dalam dengan nafas yang tidak beraturan. Pikirannya kacau dengan semua hal yang harus ia hadapi seorang diri. Bara juga manusia yang butuh seseorang yang mendukungnya.
Kaki Bara terasa lemas dan terduduk dengan semangat yang tersisa. "Saya capek."
Arsen juga ikut berjongkok, kembali menepuk pundak Bara.
"Jika kau memang ingin Lara kembali, kejar dia! Bukan malah uring-uringan hampir bunuh diri seperti ini! Kau tidak lebih dari seorang pecundang!"
"Kau yang membuat Lara seperti itu, maka kau juga harus membuatnya kembali! Contoh ayahmu bukan pamanmu!"
Arsen berdiri dan bersiap untuk pergi. Arsen mulai melangkah keluar dari kamar Bara.
"Pikir sebelum bertindak!" katanya lalu keluar dari kamar Bara.
Bara hanya diam. Mulai menggeluti semua kesalahannya dan apa yang harus dia lakukan untuk membuat Lara kembali.
Bara berjalan ke arah balkon kamarnya, duduk di salah satu kursi dan mengeluarkan sebatang rokok dari saku celananya dan mulai menghisap rokok setelah dia nyalakan.
"Kau harus memberiku kesempatan Lara! Harus!" Bara segera mematikan rokoknya lalu kembali ke dalam kamar dan mengeluarkan ponselnya.
"Siapkan satu rumah yang terletak jauh dari kota!"
"Baik Tuan!"
Tut... Tut...
"Jika dengan cara baik-baik aku tidak bisa mendapatkan kesempatan untukku, mungkin dengan aku menculik mu aku bisa mendapatkan mu!"
Bara tersenyum sangat puas. Kini, suasana hatinya sudah hampir membaik. Karena sebentar lagi, Lara akan kembali dengannya.
))((
Hari-hari bara selama dua hari ini hanya terus fokus pada skripsi kuliahnya dan untuk persiapan wisuda. Dan sesekali, Bara juga mengurus beberapa berkas perusahaan.
Seperti saat ini, Bara sedang duduk di kamarnya dan sedang duduk sambil menyandarkan punggungnya di sofa.
"Ah, aku tidak sabar!" gumam Bara tersenyum.
Tidak lama, suar deringan ponsel mengusiknya. Bara mengangkatnya.
"Apa?"
"Nona Lara di jadwalkan pulang sore nanti, Tuan!"
Bara kembali tersenyum dengan senang. "Kerja bagus! Terus awasi dia!"
"Baik Tuan!"
Tut... Tut...
Bara menghela nafasnya. Sebentar lagi dia akan mendapatkan Lara kembali.
))((
Setelah hampir dua Minggu Lara di rawat di rumah sakit, kini Lara sudah di perbolehkan untuk pulang. Sebenarnya, dua hari yang lalu, Lara sudah di perbolehkan pulang. Hanya saja, Alex yang kekeh agar Lara harus benar-benar sudah pulih sepenuhnya.
"Nggak mau!" dengus Lara dengan pipi yang menggembung sebal.
"Ini demi kebaikan lo! Sekali-kali nurut sama Abang sendiri susah amat!"
"Tapi, Lara nggak mauuu!"
"Harus mau!"
"Tapi, Lara nggak mauu," lirih Lara menunduk dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya.
Alex kemudian membawa tubuh mungil Lara ke dalam dekapan hangatnya. Mengusap punggung Lara sayang.
"Ini untuk sementara aja. Kalau lo udah bener-bener sehat, lo boleh tidur di kamar lo yang di atas," jelas Alex lembut untuk memberi pengertian kepada Lara.
Setelah Lara pulang, Alex minta Lara tidur di kamar bawah agar tidak bolak-balik naik turun tangga. Tapi, Lara tidak mau. Dan jadilah perdebatan antara kakak beradik itu yang berujung Lara yang menangis.
"T-tapi, Lara nggak mau Bang Alex, hiks..."
"Udah nurut aja sama gue. Gue janji besok gue ajak lo jalan-jalan."
Lara mendongak dengan mata yang berbinar. "Beneran??"
"Hm."
"Nggak boong??"
"Hm."
"Nggak tipu-tipu??"
"Hm."
"Sayang Bang Alex banyak-banyak!!" Lara menubruk dada bidang Alex dan memeluknya.
"Gosok gigi, cuci kaki, cuci tangan terus bobo. Gue mau buatin lo susu dulu."
"Iya!"
"Good!" Alex mengacak rambut Lara gemas lalu melangkah menuju dapur untuk membuatkan susu.
Lara segera bangkit dari duduknya menuju kamar mandi mengikuti semua perintah dari Alex. Setelah Alex kembali, Lara sangatlah merasa senang karena memiliki seseorang untuk memanjakannya dan melindunginya.
"Lara!!"
Lara keluar dari kamar mandi dengan sudah mengenakan piyama berkarakter Minions setelah mendengar panggilan dari Alex.
"Habisin," titah Alex yang lagi-lagi di turuti oleh Lara.
"Udah," Lara memberikan gelas yang sudah kosong itu kepada Alex.
Alex hendak keluar dari kamar Lara, tapi tangannya di tahan. "Kenapa?"
Lara memeluk Alex. "Lara mau bobo di temenin sama Bang Alex!"
Alex menaruh gelas di atas nakas lalu menuruti perkataan Lara tadi.
"Merem, terus bobo," Alex memeluk tubuh mungil Lara dan mengusap-usap rambut sang adik.
Setelah beberapa saat, Alex merasakan deru nafas Lara yang sudah teratur menandakan dia sudah tertidur. Alex segera mengecup puncak kepala Lara.
Cup
"Good night, baby girl," Alex mulai bangkit dari tidurnya pelan-pelan agar Lara tidak terbangun. Berjalan menuju kamarnya untuk menyelesaikan beberapa tugas kuliahnya.
))((
Seseorang dengan pakaian serba hitam itu mengendarai mobil dengan kecepatan yang normal. Jalan yang renggang membuatnya leluasa untuk berkendara. Bagiamana tidak? Dia berkendara di jam satu dini hari.
Setelah beberapa saat dia berkendara, akhirnya mobil itu berhenti di tepi jalan. Orang berpakaian serba hitam itu keluar dari mobil lalu kembali berjalan kaki. Dia kini berhenti di depan salah satu rumah. Dan dengan berani, dia memanjat pintu gerbang rumah itu.
Ctakk
Dirinya sudah berhasil membuka salah satu jendela kamar rumah itu menggunakan linggis. Kini, orang itu seperti seorang pencuri. Tapi, bukan itu tujuannya. Dia ingin mengambil sesuatu tapi bukan barang. Melainkan seseorang.
"Kita akan kembali bersama, baby," orang itu mendekati Lara yang sedang tertidur pulas.
Cup
"Aku sangat merindukanmu," tuturnya setelah mengecup kening Lara.
Setelah beberapa menit dia memandang wajah damai Lara yang tertidur, dirinya lalu menggendong tubuh ringan Lara dengan sangat hati-hati.
"Eunghh," lenguh Lara sedikit menggeliat dalam gendongan orang itu namun masih dalam keadaan tertidur.
Dengan cepat, orang itu keluar dari kamar Lara melalui jendela dan menuju gerbang. Dia dengan mudah membuka pagar untuk keluar tanpa harus menaiki pagar lagi.
Dirinya berjalan dengan santai menuju mobilnya yang tidak jauh di seberang jalan. Suasana malam membuatnya mudah menjalankan rencananya ini.
"You're mine!" orang itu membaringkan tubuh Lara di kursi belakang lalu segera duduk di kursi kemudi dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi.
Senyumnya terus mengembang sepanjang perjalanan. Mobilnya terus melaju semakin menjauh dari daerah perkotaan. Terus melaju hingga akhirnya berhenti di daerah yang teramat sepi dan cenderung agak gelap. Disana juga terdapat satu rumah. Suasana disana terlihat seperti sebuah hutan atau semacamnya.
Dengan sigap, dia kembali menggendong tubuh Lara memasuki rumah itu. Merebahkan dengan hati-hati tubuh Lara di ranjang. Dia melepas jaketnya lalu ikut merebahkan tubuhnya di sebelah Lara.
"Semoga caraku tidak salah."
Cup
Dia mengecup bibir Lara singkat. Membelai lembut pipi Lara lalu mengecupnya.
Cup
Cup
Dengan gemas, dia membawa tubuh Lara kedalam dekapannya. Mengelus rambut Lara membuat tidur Lara semakin nyenyak.
"I love you, Clara Rain Wilson!"
T.B.C
Dahlah, ga tau lagi sama jalan pikirannya Bara 😭✊ Orang kok maksa mulu kerjaannya_-
Hujat Bara!😌✊
Oh iya, di part sebelumnya ada yang minta buat GC 👉👈
Sebenarnya author mau-mau aja:v
Cuman nanti takutnya anggota GC nya dikit:"
Menurut kalian gmn?
Spam 'NEXT' banyak-banyak lagi yaaa
Valid! No debat, Ni kecot!
🤧😚😚
j a n g a n l u p a
➳ 𝓥𝓞𝓣𝓔
➳ 𝓒𝓞𝓜𝓜𝓔𝓝𝓣
➳ 𝓕𝓞𝓛𝓛𝓞𝓦
Vote yang banyak-banyak!
❀⃝ ɢ∞פ ɴⅈɢhт ❀⃝
s w e e t d r e a m s