MY TIME

By Jeyyswities

64.6K 6.1K 849

[Sequel Cerita 'THREE HUSBAND' & Mature Content]. Seandainya saja pada malam itu dirinya tidak pulang melalui... More

INTRO
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17

PROLOG

8.1K 594 146
By Jeyyswities

Malam itu, tepat dimana penderitaanku dimulai. Penderitaan, penyesalan, kecewa, marah, sekaligus sedih yang berkepanjangan. Aku membenci kehidupan ini, dimana seharusnya aku menikmati masa-masa yang sederhana namun indah jika dibayangkan, seperti melewati hari yang panjang dibawah gulungan selimut ditemani rintikan hujan yang dan juga secangkir susu coklat panas, dilanjutkan keesokan harinya, bangun di pagi hari yang begitu cerah dan disambut oleh ribuan kicauan burung gereja dan menemani diriku pada pagi harinya untuk bersemangat dalam menjalani berbagai aktivitas.

Tetapi, itu adalah bayangan semu yang terlintas di pikiranku saja. Tidak bisa dipungkiri jika Tuhan telah mempermainkan setiap jengkal kehidupanku, aku membencinya, sungguh. Aku membenci diriku, aku membenci kehidupan ini, dan aku membenci dia.

Dia yang kusebut, telah merusak segala-galanya dalam diriku, bukan hanya kehidupanku tetapi juga fisikku. Hatiku sakit telah dibuang oleh kedua orang tuaku saat aku masih berumur 1 minggu, dan sekarang hatiku kembali tergores sangat dalam ketika pria itu kembali berusaha membuka luka di dalam hatiku, tetapi berbeda masalah.

Dulu saja aku berusaha mengikhlaskan dan mencoba menghilangkan pikiran negatifku terhadap kedua orangtua ku yang telah membuangku, itu masih bisa diobati dengan cara melupakan nya secara perlahan-lahan. Tapi untuk ini, aku sungguh tidak bisa berpikir jernih bahkan bernafas normal sekalipun, tiap harinya yang aku lewati, aku selalu berpikir "Apakah aku telah lahir, hanya untuk sebuah penderitaan saja?" . Lucu sekali jika ini hanyalah sebuah halusinasi yang tidak ada gunannya.

Kenyataannya memang begitu, terlepas dari itu semua, 1 hal yang kujaga saat ini adalah janin yang saat ini tengah terlelap didalam rahim ku. Janin yang tumbuh tidak disengaja, walaupun hal ini adalah ketidaksengajaan tetapi aku mencoba menerimanya. Janin ini adalah darah dagingku, anakku sendiri. Umurnya baru saja menginjak 3 bulan, hanya menunggu 6 bulan lagi, anakku akan lahir kedunia ini dan akan memanggilku dengan sebutan 'Mommy'. Umurku baru 16 tahun, tetapi aku sudah hamil tanpa bersuami, ck lucu sekali bukan?

Jangan tanyakan Ayahnya siapa! Dia adalah biang dari semua permasalahan ini. Jika saja saat itu aku tidak menolongnya dari gerombolan preman itu, semua ini tidak akan pernah terjadi, bahkan janin ini tidak akan ada. Tapi secuil pun aku tidak menyalahkan siapapun, biarpun pria itu bersalah juga, tetapi aku lah yang paling bersalah disini. Aku adalah wanita lemah dan butuh cinta dari orang terkasih, aku juga manusia sudah pastinya akan mengalami hal-hal sulit seperti ini.

Aku menjadi gadis kotor setelah kejadian itu, kejadian dimana pria tersebut merenggut segalanya dariku, hingga beberapa minggu kemudian jiwa kami semakin terikat seiringan dengan janin yang tumbuh dalam perutku. Karena janin inilah, kami semakin dekat, padahal aku sudah berusaha menjauh dari dirinya. Karena dia bukan tandinganku, kami berbeda kasta, status maupun derajat kami pun sangat jauh. Aku hanya seorang wanita pekerja paruh waktu sebagai pengantar susu dan menerima gaji untuk mencukupi setiap kebutuhanku, sedangkan pria yang menghamiliku saat ini berumur sangat jauh dari dariku, 21 tahun. Dia adalah seorang CEO muda dalam dunia perbisnisan yang sangat terkenal di beberapa negara asing.

Andai saja waktu bisa berputar kembali, aku ingin kembali dimana diriku sedang tersenyum dan menaiki sepeda keranjangku menikmati setiap sentuhan angin yang berpijak menyentuh kulitku, dengan setiap helai rambutku yang menari kesana kemari mengikuti tiap nada yang diciptakan oleh angin itu sendiri.

But, inilah kehidupanku sekarang, tujuan ku saat ini adalah menjadi sosok ibu yang baik untuk anakku kelak, memberikan anakku kasih sayang dan juga cinta tanpa melupakan kecupan manis setiap bayiku terbangun dari tidurnya. Mengajarkan dirinya tentang kehormatan dan juga keadilan kepada setiap manusia, dan mengajarkan dirinya arti cinta yang sesungguhnya.

Jeon Jungsoo, pria yang menghamiliku saat itu, aku tahu selama 3 bulan ini dia berusaha meminta maaf kepadaku dan akan mempertanggung jawabkan kesalahan yang ia ciptakan ini. Jujur saja, aku sudah memaafkannya, tapi untuk menerimanya sebagai sebagian dalam hidupku, aku masih sedikit tidak percaya dan ragu tentunya. Ini bukan perkara hal yang sulit ditentukan, Jeon Jungsoo adalah Ayah biologis dari bayi yang ku kandung, jadi tidak ada salahnya untuk memaafkan dirinya, walaupun hatiku masih sangat terluka.

Dan, aku masih ingat saat Jungsoo memperkosaku didalam mobil dengan keadaan dirimya yang sedang mabuk berat.

Flashback.

3 bulan yang lalu. Masih ingatkah dimana Jeon Soojung mengajak Jungsoo pergi bersamanya ke club untuk datang ke pesta ulang tahun Dylan? Yeah, disanalah awal mulanya terjadi masalah ini.

Saat itu, setelah memita ijin kepada Hyesoo yang barus sadar dari komanya dan juga Ayah mereka untuk pergi ke club karena pesta tersebut, atas bantuan dan bujukan dari Jungsoo akhirnya Hyesoo dan juga Ayah mereka mengijinkan kedua putra kembarnya pergi ke tempat terkutuk itu.

Bukannya apa-apa, hanya saja mereka para orang tua sedikit was-was dengan kejadian yang tidak mereka inginkan terjadi kepada Jungsoo ataupun Soojung. Yah, walaupun mereka tahu, kedua putra kembar mereka mampu mengendalika diri dan juga tahu batasan yang harus diperbuat dan yang tidak harus diperbuat didalam club malam itu.

Namun, apa yang harus diperbuat lagi ketika menemukan Jungsoo yang sudah ketagihan dengan berbagai jenis minuman beralkohol dengan kadar yang cukup tinggi, bukan hanya itu saja, bahkan Jungsoo sudah kehilangan akal sehatnya saat sedang berbicara kepada Soojung. Soojung yang saat itupun tengah mabuk tertidur disofa dalam club tersebut. Sedangkan, Jungsoo terus saja melanjutkan acara minum-minumnya, Jungsoo sedang kecanduan alkohol. Padahal hal ini, sudah diwanti-wanti oleh sang Ayah ketika si kembar akan pergi ke club, namun gara-gara Dylan yang memaksa mereka minum, akhirnya mereka berdua pun semakin ketagihan meminumnya hingga mabuk berat.

Tiba-tiba saja ada notifikasi masuk kedalam ponsel yang berada di samping Jungsoo, Jungsoo yang saat itu tidak sengaja melihatnya pun langsung membuka pesan yang tertera dari adiknya, Jeon Soohye.

'Oppa! Cepatlah pulang! Jihye sejak tadi menangis karena ingin tidur dipelukanmu, katakan pada Oppa Soojung untuk pulang juga, karena ada sesuatu yang ingin Daddy Kim bicarakan padanya tentang masalah perusahaan. I love you Oppa!'

Jungsoo tersenyum tipis setelah membaca isi pesan dari sang adik, walaupun kepalanya benar-benar pusing ia pun mencoba berdiri dari posisi duduknya. Ia ragu untuk pulang, apakah ia bisa pulang dengan keadaan yang seperti ini?

Sekilas melirik Soojung yang tertidur pulas dengan mulut yang terbuka membuat Jungsoo berdecak kesal, pasalnya ia tidak bisa menyetir dengan keadaan mabuk berat seperti ini. Jungsoo pun meninggalkan sang adik begitu saja, dengan dirinya berusaha berjalan dengan baik menuju parkiran club tersebut, entah sudah berapa kali Jungsoo terjatuh dengan tidak adanya keseimbangan tubuh akibat pengaruh alkohol.

Setibanya diparkiran club tersebut, Jungsoo tidak sengaja berpapasan dengan gerombolan para preman pasaran yang mencoba meringkus semua harta yang dibawa Jungsoo sendiri, dari ponsel, dompet, hingga
kunci mobilnya sendiri.

"Hei, anak muda! Berikan semua yang kau punya padaku, cepat!" kata pria baya tersebut sembari mencoba merogoh saku celana Jungsoo.

Jungsoo yang saat itu bingung pun, tiba-tiba tertawa renyah, "Hei, pak tua! Kau mencoba memalakku ha?" tanya Jungsoo dengan nada tingginya, padahal itu terlihat lucu dengan keadaannya yang mabuk dan berwajah merah padam.

"Kau mabuk eoh?" tanya pria tersebut.

"Kalau aku mabuk, apa masalah kalian? Yang satu bertubuh pendek, yang satunya lagi berperut buncit, yang itu berkepala botak, dan satunya lagi berjanggut seperti perosotan taman kanak-kanak. Ck, kalian benar-benar payah! " ucap Jungsoo dengan sembrononya tanpa tahu resiko apa yang akan ia terima setelahnya.

Tiba-tiba saja keempat preman baya itu mengepalkan kedua tangannya kuat dengan rahang yang mengetat, mereka tidak suka dengan apa yang di ucapkan oleh Jungsoo saat itu. Dengan bogem mentah yang didaratkan oleh preman berkepala botak itu mampu membuat Jungsoo tersungkur kebawah.

"Kau yang payah anak muda!" kata pria berkepala botak itu.

Saat itu Jungsoo benar-benar tidak tahu harus berbuat apa selain terdiam sembari memegangi kepalanya yang berdenyut sakit akibat pusing yang mendera, bahkan pukulan itu tidak terasa sakit baginya.

Mencoba bangun, tetapi terjatuh kembali akibat preman itu kembali memukulnya. Jungsoo yang saat itu dikroyok oleh preman tersebut tidak tahu menahu jika ada seorang gadis remaja yang memandangi kejadian itu dengan mata melebar dan mulut terbuka.

"Astaga, kasihan sekali pria itu. Apa aku harus membantunya? Tapi, bagaimana caranya?" keluh gadis yang memberhentikan sepedanya tepat di pinggir jalan.

Kedua manik gadis muda itupun melebar dikala ada sesuatu hal yang tiba-tiba saja melintas di pikirannya setelah melihat siapakah gerangan pria yang sedang dikroyok oleh para preman itu.

"Yaampun, bukankah itu Kakak tertuanya Soohye?" kejutnya dengan mata melebar.

"Kalau tidak salah, namanya Jeon Jungsoo. Tapi, kenapa dia hanya diam saja? Ck, dasar payah!" gerutunya semakin tidak karuan setelah melihat preman itu memukul Jungsoo kembali. "Aku tidak tahu apa yang dipikirannya saat ini, aku ingin menolongnya...tapi bagaimana caranya?!" kesalnya sembari menggigit kuku jari-jarinya.

"Ais, Jeon Jungsoo bodoh, pantas saja Soohye selalu kesal dengan tingkahmu! Terpaksa aku harus melakukannya dengan cara lain, selain menghampiri preman itu dan mengeluarkan jurus ularku," katanya.

Setelah gadis itu melihat kondisi di kanan dan kirinya, ia pun berteriak sangat kencang sambil berpura-pura panik.

"Tolong, tolong! Ada yang sedang melakukan kekerasan terhadap pria tua disini!" teriak gadis muda itu.

Sedangkan, para preman itu setelah mendengarkan teriakan yang dibuat-buat oleh gadis cantik itupun langsung lari terbirit-birit meninggalkan tempat itu. Lain halnya dengan gadis remaja tersebut yang sudah tertawa terbahak-bahak setelah berhasil menggunakan cara jitunya.

"Hahahaha, pertunjukkan yang sangat lucu," ucap gadis tersebut. Sesudahnya gadis itu tertawa ia pun mulai menghampiri keberadaan Jungsoo yang masih bersusah payah untuk bangun dari atas aspal tebal tersebut.

Baru saja ingin bangun dari posisi duduknya, tiba-tiba saja ada sebuah tangan halus seputih susu menyentuh pergelangan tangan Jungsoo.

"Tubuhmu saja yang terlihat dewasa, tetapi pikiranmu seperti anak kecil. Kenapa tidak menghajar para preman-preman tua itu?" tanya gadis tersebut dengan suara lembutnya sambil membantu Jungsoo untuk sampai ke mobilnya.

"Hmm, dimana mobilmu?" tanya gadis itu tanpa basa-basi lagi.

"Kau tahu aku mengendarai mobil? Wow sangat mengejutkan! Apa kau seorang peramal?" gurau Jungsoo dengan suara khas mabuknya.

Seperti itulah orang mabuk, jika sudah seperti itu tingkat kewarasannya sudah diatas oktaf. Cara bicaranya pun sangat tidak bermutu sama sekali.

Gadis itu hanya tersenyum tipis, saat tahu jika Jungsoo mabuk berat. "Siapa kau?" tanya Jungsoo dan membuat gadis itu berhenti berpijak dan sejenak menoleh kearah samping dimana wajah Jungsoo sangat dekat dengannya.

"Aku Han Hyecha teman seangkatan adikmu, Jeon Soohye." jawabnya jujur.

"Mobilku disebelah kiri, yang berwarna putih." kata Jungsoo sambil memegang kepalanya sedikiy berat akibat pengaruh alkohol.

Setibanya mereka di samping pintu mobil Jungsoo, Hyecha pun berdecak kesal saat dirinya sedikit terkejut mendapatkan gerak refleks, Jungsoo yang tiba-tiba saja memeluknya dan meletakkan kepalanya tepat di ceruk leher sang gadis.

"Aku yakin kau tidak bisa pulang dengan keadaan yang seperti ini," ucap Hyecha dan sejenak berpikir. "Kemana ponselmu? Aku akan menghubungi keluargamu menggunakan ponselmu, karena ponselku rusak." ujar Hyecha.

Bukannya menjawab pertanyaan Hyecha, Jungsoo malah semakin mempererat pelukannya di tubuh Hyecha, semakin meringsek bahkan dengan beraninya menyesap leher Hyecha sehingga membuat tanda keunguan disana. Hyecha jelas terkejut sekaligus takut dengan perlakuan Jungsoo yang sudah mulai meremas pantatnya.

Tubuh Hyecha merinding sekaligus bergemetar hebat, bukan hal ini yang ia inginkan. Ia hanya ingin membantu Kakak dari temannya itu, hanya takut jika keluarganya akan khawatir terhadap pria ini. Apalagi jam sudah menunjukka pukul 1 malam dini hari, sudah pastinya Soohye pun akan khawatir terhadap Kakaknya, karena Hyecha tahu bahwa Soohye sangat menyayangi Kakak tertuanya ini.

"Ma--maaf" kata Hyecha sambil melepas paksa pelukan itu disaat tangan kekar Jungsoo yang mulai mengelus area intimnya.

Hyecha salah tingkah dengan keringat dingin yang membanjiri dahinya, "Kau mengendarai mobilkan? Dan kau juga membawa ponselmu, hmm kalau begitu aku--aku pamit," ucap Hyecha gugup. Jelas, karena kejadian ini membuatnya semakin kalang kabut.

Baru saja Hyecha membalik tubuhnya dan siap akan pergi dari wilayah itu, tiba-tiba saja tubuh ringkihnya terpelanting kearah pintu mobil tersebut seiringan dengan tubuh Jungsoo yang semaki meringsek memeluk tubuhnya posesif.

Bau alkohol sangat tercium jelas di indra penciuman Hyecha, sangat menyengat sekaligus memabukkan dengan tercampurnya aroma keringat dan maskulin pria tersebut.

"Ka--kau, apa yang akan kau lakukan?" tanya Hyecha dengan pandangan berkaca-kaca.

Jungsoo tertawa renyah, dan dalam seperkian detik Jungsoo pun langsung menyambar bibir mungil gadis tersebut dengan bibir sexy nya. Sangat bringas dan tak terkendali membuat Hyecha memberontak ingin dilepaskan dan menangis terisak. Ia tidak tahu hal ini akan terasa sangat menjijikan baginya.

Pintu mobil itu dibukan secara paksa oleh sang adam tanpa melepaskan tautan bibirnya dan masih memeluk sang hawa dengan sangat erat membuat gadis itu semakin membenci keadaan nya yang seperti ini.

Dihempasnya tubuh ringkih itu di jok mobil bagian belakang, ditindihnya tubuh tersebut tanpa melepaskan tautan bibir mereka, tak lupa untuk menutup pintu mobil itu kembali dan menguncinya dari dalam.

Satu persatu pakaian yang menempel pada tubuh Hyecha pun dilepas paksa oleh Jungsoo, setelahnya pria tersebut pun melepas setiap helai pakaian yang ia pakai sehingga keduanya benar-benar telanjang bulat.

Tanpa aba-aba, Jungsoo pun langsung memasukkan kejantanannya yang sudah tegang sejak tadi kedalam labirin vagina Hyecha.

Disaat itu pula, teriakan yang begitu mencekam, desahan yang saling bersahutan, air mata yang luruh akibat penyesalan yang baru saja terjadi.

Desahan yang harusnya ia tahan seharusnya ia tak bisikkan, itu semakin membuat sang adam gencar bergerak cepat dibawah sana. Tangisan yang seharusnya ia tahan agar tidak membuat dirinya semakin lemah tak berdaya penuh penyesala. Teriakan yang seharusnya ia tidak kencangkan semakin membuatnya terperosok semakin jauh merasakan kesakitan yang begitu mendalam. Dan, keringat ini...keringat yang seharusnya tidak keluar dari dalam tubuhnya yang sudah kotor layaknya seekor hewan.

Ternyata menjadi pemberontak bukanlah jalan yang terbaik. Itu semakin mempersulit keadaan yang semestinya sudah terjadi hanya biasa-biasa saja.

Jeon Jungsoo, nama itu adalah awal dari kehancuranku.

Flashback end.

Tbc,

Bagaimana? Aku harap kalian menyukainya ya...

Mau tanya nih, di cerita ini kalian berharap Jungsoo dan Hyecha ada konflik atau bahagia2 aja terus tanpa
konflik?👀👀

CerhliKristianti

Continue Reading

You'll Also Like

1M 76.2K 57
[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia de...
AZURA By Semesta

Fanfiction

220K 10.6K 23
Menceritakan sebuah dua keluarga besar yang berkuasa dan bersatu yang dimana leluhur keluarga tersebut selalu mendapatkan anak laki-laki tanpa mendap...
90.5K 10K 30
"Tunggu perang selesai, maka semuanya akan kembali ketempat semula". . "Tak akan kubiarkan kalian terluka sekalipun aku harus bermandikan darah, kali...
809K 59.3K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...