PROMISE 2

By hafidzah1312

54K 6.8K 734

"Inikah caramu menghukum ku?Jika iya, kau benar-benar berhasil melakukannya." "Mengapa kau tak mengatakannya... More

Flashback
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32 ( Flashback)
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36 (End)
CERITA BARU
NEW STORY

Part 9

1.4K 193 34
By hafidzah1312

Tak bisa di pungkiri jika mereka sangat merindukan tempat yang sudah dua tahun lebih mereka tinggalkan. Tak ada yang berubah, semua masih sama seperti terakhir mereka tinggalkan. Rumah mewah keluarga Hwang. Rumah itu masih di huni beberapa asisten rumah tangga yang sengaja mereka pekerjakan untuk merawat rumah mereka. Lisa menolak saat kedua orang tuanya berniat untuk menjual rumah itu. Menurut Lisa terlalu banyak kenangan hingga ia tak rela kehilangan rumah itu.

Berdiri sejenak lalu menatap bangunan tak terlalu megah tapi mewah di hadapannya, pria empat anak itu menghembuskan nafas lelah. Perjalanan yang cukup melelahkan untuknya. Apalagi sebelumnya ia harus menyelesaikan tumpukan pekerjaan agar tak mengganggu selama ia berada di Indonesia.

"Kau merindukan suasana di sini?"

Ucapan Tiffany membuyarkan lamunan Donghae. Tiffany terlihat berjalan menghampirinya.

"Fanny, ku rasa kita sudah mengambil keputusan yang salah."

Tiffany mengerti maksud ucapan suaminya. Saat dulu mereka berencana untuk pindah, mereka sama sekali tak memberi tahu Yeri. Mereka kira Yeri akan tetap bersama mereka. Tapi ternyata Yeri memilih kembali pada keluarga kandungnya sebelum mereka sempat mengajak Yeri pindah.

"Mungkin jika dulu kita lebih cepat pindah, Yeri masih tetap bersama kita. Dan kecelakaan itu tak akan terjadi."

Membayangkan bagaimana parahnya kondisi Yeri hingga anak angkatnya itu koma selama dua tahun lebih. Dan lebih parahnya lagi, ia sama sekali tak mengetahui kejadian itu. Membuatnya merasa menjadi Ayah yang buruk untuk anak-anaknya.

Tangan Tiffany terulur, mengusap lembut bahu tegap suaminya. Dirinya masih ingat saat kemarin untuk pertama kalinya Donghae menangis di hadapannya. Pria itu benar-benar menyesal atas kesalahannya pada Yeri.

"Bagaimanapun kita tak akan mampu melawan takdir. Setidaknya Tuhan masih memberi kita kesempatan untuk meminta maaf pada Yeri."

Donghae menatap Tiffany. Wanita yang  sudah mendampinginya selama hampir 30 tahun. Hanya Tiffany yang mampu menenangkan hatinya. Ia meraih tubuh istrinya untuk ia dekap.

"Menurutmu, apa Yeri akan memaafkan kita?" tanya Donghae masih dengan mendekap Tiffany.

"Yeri anak yang baik. Meski aku tak yakin kesalahan kita bisa di maafkan."

......

"Awssh..."

Joy menghentikan pergerakan tangannya yang sedang mengobati luka di lengan Jisoo.

"Lebih baik kita ke rumah sakit. Mengapa kau keras kepala sekali." ucap Joy kesal. Gadis itu sudah berulang kali mengajak Jisoo ke rumah sakit. Namun sulung Hwang itu menolak. Joy sempat menyesali kecerobohannya hingga mengakibatkan Jisoo terserempet motor. Meski petugas kesehatan kampus yang memeriksa Jisoo mengatakan jika tak ada luka serius, tetap saja melihatnya membuat Joy ngilu.

"Kau tadi dengar sendiri kan tak ada yang perlu di khawatirkan." ucap Jisoo di sela menahan rasa sakit di beberapa bagian tubuhnya. Sudah di pastikan ia akan mendapat tanda biru keunguan besok.

"Tapi sedari tadi kau tidak berhenti merintih. Pasti sangat sakit."
Joy kembali mengobati luka Jisoo. Tentunya dengan lebih hati-hati.

"Bukankah kau sudah mengobatinya. Ini akan membaik besok." ucap Jisoo mencoba meyakinkan Joy bahwa ia baik-baik saja. Dalam hati ia bersorak senang. Meski harus dengan mengalami insiden tak mengenakkan, setidaknya hal itu mampu membuat hati Joy luluh. Jisoo tersenyum melihat raut kekhawatiran dari wajah Joy.

"Seharusnya kau tak mengejarku tadi."
Joy menutup luka Jisoo dengan perban coklat. Tak begitu buruk, ia cukup berpengalaman menangani luka karna dulu sempat menjadi anggota PMR.

Jisoo masih setia menatap Joy. Kali ini giliran keningnya yang Joy tutup dengan plaster.

"Apa kau tak merasa sakit di bagian yang lain? Kau jatuh cukup keras di aspal."

Sebenarnya Jisoo merasa badannya benar-benar tidak enak. Ia pun sedari tadi berusaha menahan ringisannya. Tubuhnya sangat sakit saat di gerakkan.

"Aku baik-baik saja Joy. Jangan khawatir."

Huft

"Tentu saja aku khawatir. Kau seperti ini karna aku."

Jisoo tak menyangka jika orang yang sejak kemarin membencinya, ternyata masih menyimpan kepedulian terhadapnya.

"Aku tak menyalahkanmu. Tapi... bisakah kita berbaikan?"

Joy terdiam, menatap wajah penuh harap dari Jisoo. Mengingat bagaimana gadis di hadapannya itu begitu baik padanya. Bahkan dia rela berkali-kali datang pada Joy meski Joy selalu menolaknya. Hingga rasa menyesal itu berbalik pada Joy. Karna dirinya sudah membuat Jisoo celaka.

"Aku sedang tak ingin membahasnya. Lebih baik ku antar kau ke rumah sakit. Diamlah dan jangan membantah."

Joy terlihat menakutkan sekarang. Bahkan Jisoo tak lagi berani menolak. Joy memang sedang tak ingin di bantah.

Joy berjalan lebih dulu untuk keluar dari ruangan. Namun baru beberapa langkah, ia kembali menoleh pada Jisoo. Gadis itu masih terduduk di atas bangsal.

Jisoo tersenyum saat Joy kembali menatapnya.

"Ku rasa kaki ku terkilir."

Joy menghela nafas, ia berbalik untuk memapah Jisoo.

"Seperti ini yang kau bilang baik-baik saja?"

......

Lisa dan Jennie berjalan mengikuti kedua orang tuanya. Mereka berempat terlihat memasuki gedung rumah sakit. Lisa sedari tadi menggenggam erat tangan kakaknya. Hatinya bergemuruh tidak tenang, ia berharap keadaan Yeri tak seburuk yang ia bayangkan. Meski sebagian hatinya mengiyakan apa yang ia bayangkan. Apa bisa di katakan baik-baik saja? Orang yang koma lebih dari dua tahun.

Jennie membalas genggaman tangan adiknya. Ia jelas tau apa yang Lisa pikirkan. Sesekali Jennie mengusap tangan Lisa, mencoba memberi ketenangan untuk adiknya. Meski tak dapat di pungkiri jika dirinya juga gelisah memikirkan Yeri.

"Mama!"

Mereka berempat menoleh saat mendengar panggilan seseorang di ujung koridor.

Chaeyoung sedikit berlari untuk menghampiri keluarganya yang terlihat baru sampai rumah sakit. Gadis itu memang memutuskan untuk mencari penginapan tak jauh dari rumah sakit. Ia tidak pulang ke rumah lamanya. Tentu saja ia belum bertemu keluarganya sejak kemarin.

"Maaf aku tidak pulang."

Tiffany melepas pelukannya. Ia tentu tau alasan putrinya tidak pulang. Chaeyoung bilang dia ingin menemani Yeri. Meski salah satu kakak Yeri tak mengizinkannya untuk masuk.

"Apa kau menginap di rumah sakit?"

Chaeyoung menggeleng. Ia menjelaskan jika akan pulang ke penginapan saat jam menunjukkan waktu malam.

"Kau tau di mana ruangan Yeri?" kini giliran Donghae yang bertanya. Itu juga yang sejak tadi ingin mereka ketahui.

Chaeyoung mengangguk. Ia membawa anggota keluarganya ke ruangan tempat Yeri di rawat. Semakin membuat ke empatnya gelisah saat mereka tau kemana Chaeyoung membawa mereka.

Melihat dua orang yang cukup mereka kenal sedang duduk di depan ruang ICU. Mereka semakin yakin jika Yeri ada di ruangan mengerikan itu.

Suho mengangkat kepalanya saat mendengar langkah beberapa orang yang mendekat. Ia sedikit terkejut dengan kedatangan keluarga yang sempat mengangkat anak kandungnya menjadi bagian dari keluarga mereka.

Suho langsung berdiri, membuat Irene yang duduk di sebelahnya tersentak.

Dapat Donghae lihat tatapan tak menyenangkan dari seseorang yang tak lain adalah sahabat semasa kuliahnya. Suho terlihat sangat berbeda sekarang.

"Rene.."
Tiffany langsung menubruk tubuh Irene. Ia memeluk erat tubuh sahabatnya itu. Tanpa sadar air matanya turun. Ia merasa sangat bersalah dengan wanita di hadapannya itu.

"Maafkan aku..."

Irene belum membalas pelukan Tiffany. Ia menatap suami dan juga ketiga anak Tiffany yang berdiri tak jauh dari mereka.

Tiffany melepas pelukannya. Ia meraih kedua tangan Irene. Melihat Irene yang sama sekali tak merespon kedatangannya, membuat Tiffany semakin yakin jika mereka membencinya.

Lisa terlihat berjalan mendekati kaca pembatas. Di sana dapat ia lihat tubuh Yeri dengan banyak alat medis yang menempel. Tangannya terulur menyentuh kaca pembatas, rasanya kakinya tak mampu menopang beban tubuhnya.

"Yeri..." lirih Lisa. Entah mengapa dunianya serasa berputar. Chaeyoung yang berada di dekat adiknya langsung menahan tubuh Lisa yang akan limbung.

"Lisa."

"Kak, katakan jika yang di sana itu bukan Yeri." ucap Lisa dengan suara bergetar.

Melihat sang kakak hanya diam, Lisa beralih menatap anggota keluarganya yang juga ikut memandang Yeri dari balik kaca.

"Ma..."

Lisa melihat sang Ibu yang sudah menangis di pelukan Donghae, Jennie yang terduduk di kursi tunggu dengan kedua tangan menutup wajahnya.

"Kak, mengapa kita menangis? Di dalam sana bukan Yeri kan, kita pasti salah ruangan. Semalam kau bilang Yeri sudah membaik."

Chaeyoung semakin mengeratkan pelukannya. Hingga sebuah kata mampu membuat kaki Lisa tak mampu berpijak.

Yeri... jantungnya berhenti beberapa detik sebelum kalian datang.

......

"Bukan kah kita sudah sepakat untuk tidak membiarkan mereka kembali mendekati Yeri?"

Suasana di dalam mobil terasa mencekam karna untuk pertama kalinya pasangan suami istri itu bertengkat hebat.

"Suho, mereka sudah meminta maaf dan mengaku salah. Mengapa kita masih terus mengungkitnya?"

Suho mencengkram setir kemudi. Saat tadi Irene membiarkan keluarga Hwang melihat Yeri, Suho menarik tangan istrinya untuk ia ajak bicara. Dan di sinilah mereka sekarang, Suho membawa Irene masuk mobilnya yang terparkir di halaman rumah sakit.

"Apa kau tidak peduli pada Yeri? Mereka sudah jelas menyakiti hati anakku! Anak kita!"

"Suho berhentilah dan jangan berteriak."
Irene ikut emosi karna Suho terus berbicara dengan nada tinggi.

"Seharusnya kita berterima kasih pada mereka. Jika bukan karna mereka, mungkin sampai detik ini kita masih membenci Yeri."

Suho memejamkan matanya. Berusaha menahan amarahnya yang sejak tadi ingin ia ledakkan di hadapan keluarga Hwang.

"Aku tau, sangat tau jika mereka sudah menyakiti anakku. Tapi, bukankah mereka juga berhak mendapat kesempatan kedua seperti kita dulu."

......

"Kaki kanannya terkilir, juga beberapa luka di tubuhnya. Tapi tak ada yang perlu di khawatirkan, lukanya akan membaik seiring berjalannya waktu."

Joy mengangguk saat Dokter yang memeriksa Jisoo berbicara padanya. Gadis itu sedikit membungkukkan tubuhnya saat Dokter itu akan pamit. Ia pun segera masuk ke dalam ruangan tempat Jisoo di periksa. Terlihat Jisoo sedang berbaring dengan mata terpejam. Entah karna tertidur atau sedang menahan sakit.

Joy menatap lekat wajah gadis yang sempat ia anggap seperti kakaknya sendiri. Mungkin saat ini juga ia masih menganggapnya. Meski sedari tadi ia masih bersikap dingin, tapi sebenarnya ia begitu mengkhawatirkan Jisoo. Wajahnya sedikit pucat, dan itu membuat Joy semakin merasa bersalah.

"Maaf sudah membuatmu seperti ini." lirih Joy.

Jisoo mendengarnya, ia pun langsung membuka matanya. Sejak tadi memang ia tidak tertidur. Jisoo menatap Joy yang juga sedang menatapnya.

Menunggu kelanjutan ucapan Joy. Namun sepertinya gadis itu masih sedikit canggung.

Jisoo yang melihat itu langsung meraih tangan Joy. Ia tersenyum pada Joy.

"Aku baik-baik saja. Jadi tak perlu merasa bersalah. Yang ku pikirkan saat itu hanya ingin mendapat maaf darimu. Kau tau Joy, aku menyayangimu seperti adikku sendiri, seperti aku menyayangi Yeri. Keluargaku memang bersalah, tapi sedikitpun aku tak mengikuti mereka. Dan aku mohon, maafkan juga keluargaku."

Melihat ketulusan di wajah Jisoo membuat Joy luluh. Tanpa di jelaskan pun sebenarnya Joy juga percaya jika Jisoo berbeda dengan keluarga Hwang yang lain. Saat mereka semua membenci Yeri, hanya Jisoo yang tetap peduli pada Yeri, bahkan pada keluarga Kim yang lain.

Joy membalas genggaman tangan Jisoo, ia juga tersenyum.

"Maaf juga karna sempat tak percaya padamu Kak."

.
.
.
.
.
.
.
.


Terkadang sering senyum-senyum sendiri baca komen kalian 😁....

Continue Reading

You'll Also Like

22.4K 2.8K 21
Baca aja dulu siapa tau suka
52.2K 6.6K 70
'BREAKING NEWS' - 'BREAKING NEWS' "Dengan kabar yang mendadak, artis papan atas Jessica Jung dan Krystal Jung mengunjungi bandara untuk menyambut ked...
18.5K 1.4K 11
° Choi Siwon. °Bae joohyun. °kim yerim. °jennie kim. °Park Soo-young. °Kang Seulgi.
DETAK By milasari

Fanfiction

12.1K 2.1K 23
"Sejak saat itu, semua berubah. Mereka... tak menyayangiku lagi." Lee Yewon.