"Jangan bertingkah di luar batas, karena kamu tidak akan pernah tau bahaya apa yang ada di depanmu saat ini"
-Destiyana Zarea Holder
***
Zarea hanya menampilkan senyum smirknya. Ia berjalan perlahan mendekat ke arah Bianca dan dayang-dayangnya. Wajah datar dan dingin itu membuat mereka bergidik ngeri.
Dan tangan yang mulus itu terangkat menyelipkan rambut ke belakang telinga seseorang yang berani memancing kemarahannya.
Rea mendekatkan bibir ranumnya ke telinga Bianca, dan membisikkan kalimat yang membuat nyali lawan yang didepannya ini menciut seketika, sikap yang sombong itu seketika menegang.
"Gue akui lo emang berani, tapi sikap yang lo tunjukin udah di luar batas Bianca Willneson!". Ucap Rea berbisik
"A..apa maksud lo?"
"Lo gak pernah tau ada bahaya apa yang akan terjadi saat ini, jadi jangan kurang ajar!"
Bianca, Clara, dan Stela sudah keringat dingin. Tak dapat di pungkiri peringatan dari Zarea sangat berdampak bagi mereka.
Walaupun gugup dan sedikit takut, tapi Bianca tidak akan kalah begitu saja. Harga dirinya di pertaruhkan saat ini. Ia maju selangkah ke depan, membuat dua wanita ini saling melemparkan tatapan tajam.
"Lo pikir gue takut sama ancaman lo itu? Cuihhh sampah tau gak"
Rea semakin marah dengan sikap Bianca yang sudah melebihi kurang ajar. Ia menampilkan senyum smirk yang menakutkan, bahkan The Vagos yang melihat itu hanya meneguk ludah mereka kasar.
"Kayaknya menarik jika wajah yang cantik ini gue ukir sedikit. Gimana menurut lo?". Tanya Rea yang sudah membelai halus wajah Bianca.
Sirla yang ingin menghentikan Rea langsung di tahan oleh Alfi dan Rana.
"Jangan nambah masalah!". Peringat Alfi dan di angguki oleh Rana
Sirla tahu akan hal itu, namun Rea akan terkena masalah jika melukai Bianca dan teman-temannya. Sirla ingin mengakhiri semua ini, tapi nyalinya tak cukup besar untuk mendekati Zarea.
"Lo pikir lo siapa huh? Bahkan tangan lo itu gak pantas nyentuh gue". Ucap Bianca sinis sambil menghempaskan tangan Rea dengan kasar.
Rea kembali mengangkat tangannya. Mengelus pelan rambut Bianca dan..
"Akhhh. Apa yang lo lakuin bangsat!!". Teriak Bianca kesakitan karena saat ini rambutnya di tarik dengan kencang.
"Ini baru permulaan dude. Kenapa kau berlebihan sekali huh?"
Bianca berusaha melepaskan jambakan di rambutnya, namun semua sia-sia. Ia tak bisa menandingi kekuatan Zarea.
"Apa yang lo lihat, bantuin gue!". Teriak Bianca kepada Clara dan Stela, sahabatnya.
Clara dan Stela mendekat, berusaha untuk menolong Bianca yang tengah kesakitan saat ini. Mereka pastikan banyak rambut Bianca yang rontok melihat betapa kuatnya Rea menarik rambut tersebut.
"Rea lepasin tangan lo. Lo gak tau siapa bokapnya Bianca?". Tanya Clara
"Terus apa hubungannya dengan gue?". Balas Rea dengan santai sambil menarik lebih keras rambut Bianca
"Akhhh. Lepasin rambut guee setaan!!". Teriak Bianca kesakitan
Zalvin mendekat ke arah pertengkaran itu. Ia tak mau keributan ini semakin ricuh. Anak The Vagos yang melihat Zalvin akan bertindak pun turut mendekat. Sirla, Rana, Alfi, dan Salsa tetap diam di tempat.
"Rea lepasin tangan lo yaa. Kasihan Bianca Re". Ucap Zalvin dengan lembut
"Ohh yaa? Lo pikir gue akan lepasin dia begitu saja setelah semua yang di lakuin ke temen gue?"
"Jangan di lanjut yaa Re. Nanti Bu Sinta bisa marahin lo". Lanjut Azka
Bu Sinta adalah guru BK di Holder International High School yang terkenal kejam dan tak segan-segan untuk memberi hukuman pada siswa yang melanggar aturan.
"Terus gue harus takut sama guru itu?"
"Bukannya gitu Rea, tapi lo udah bikin keributan disini".
Mendengar ucapan Zalvin yang sedikit menyinggung, Rea melepaskan tangannya. Mereka semua terlihat menghembuskan napas lega.
Stela dan Clara membantu Bianca untuk merapikan rambutnya kembali, gadis itu sedikit meringis saat menyentuh kulit kepalanya.
Zarea berjalan mendekat ke arah Zalvin dan teman-temannya. Ia berhenti tepat di depan wajah pria itu.
"Jadi maksud lo gue yang salah disini? Apa kabar dengan teman-teman gue yang di sakitin?". Tanya Rea dengan dada naik turun, emosi gadis itu semakin memuncak.
"Tapi kan itu karena lo juga Re. Lo yang bilang untuk gak ikut campur". Jawab Zalvin dan di angguki yang lain.
Rea diam sebentar untuk menormalkan deru napasnya.
"Jangan lo pikir gue bakal takut karena lo anak pemilik sekolah_". Zarea berjalan mengitari anak The Vagos.
"_JANGAN KALIAN PIKIR GUE TAKUT. GUE GAK PERNAH TAKUT SAMA SIAPAPUN, SAMA ANAK THE VAGOS SEKALIPUN". Teriaknya
Terlihat anak The Vagos mulai tersulut emosi, menurut mereka Zarea sudah menghina The Vagos.
"Jaga mulut lo Rea. Jangan harap gue gak bakal sakitin lo walaupun lo perempuan". Kecam rendi
Jujur, Elang juga sedikit tersentil dengan ucapan Rea. Tapi ia berusaha menahan emosi itu.
Melihat keadaan semakin kacau, Alfi, Rana, Sirla, dan Salsa ikut mendekat ke arah Rea.
"Jangan pernah sakitin teman gue kalau gak mau tangan lo gue patahin". Kecam Rana
Anak The Vagos semakin emosi. Elang sudah mengepalkan tangannya.
Saat ini kantin semakin ramai, banyak siswa dan siswi yang datang untuk menonton pertengkaran hebat antara Bianca and the geng, The Vagos, dan murid baru yang akhir-akhir ini menjadi pusat perhatian. Siapa lagi kalau bukan Zarea beserta teman-temannya.
Para guru sedang rapat rutin, sehingga tidak ada seorang pun guru yang datang melerai.
"Ternyata kalian gak tau di untung yaa. Udah enak deket ama kita-kita". Ucap Riko
Alfi tersenyum sinis mendengar perkataan Riko barusan.
"Apa lo bilang? Gak tau di untung? Lo pikir siapa juga yang ngebet deket sama kalian?". Balas Alfi dengan nada meremehkan.
"Emang bener-bener lo yaa!". Tunjuk Dion yang hendak maju namun di halangi zarea
"Lo sentuh temen gue, jangan harap lo masih hidup besok".
"Maksud lo apa?_". Tanya Elang yang sudah kehabisan kesabaran.
"_Jangan buat ini semakin rumit ZAREA!". Lanjutnya
"Yang bikin rumit siapa? Gue gak ada urusan sama kalian". Ucap Rea lalu berjalan mendekat ke arah Bianca, Stela, dan Clara.
Plakk
"Itu balasan karena lo udah berani sentuh sahabat gue". Kecamnya
"LO BERANI NAMPAR GUE!". Teriak Bianca sambil menunjuk Rea tepat di wajah gadis pemilik netra biru itu.
Rea menyentuh jari telunjuk Bianca dan..
Krekkk
"Akhhhh".
Bunyi retakan tulang berirama dengan suara teriakan Bianca yang menggema. Stela dan Clara menjauh, sepertinya mereka salah berurusan dengan Zarea.
Elang berjalan mendekati Rea diikuti Zalvin. Ia sedikit prihatin dengan Bianca.
"lo udah keterlaluan ZAREA!!". Teriak Elang
"Jangan ikut campur kalau lo gak mau bernasib sama".
Zalvin maju dan berdiri tepat di hadapan Zarea. Wajahnya sangat datar.
"Lo pikir lo siapa? Lo itu cuman murid baru disini. Jangan belaga sok hebat. Lo mau jadi pembunuh huh?". Tanya Zalvin dengan sinis.
"lo mau gue jadi pembunuh? Okee gue tunjukin gimana caranya ngebunuh orang". Sinis Zarea dengan senyum smirknya.
Hollaaa para readers. Gimana part ini??. Greget gak??
Jangan lupa VOTE yaaa. Gratis kok
FOLLOW akun MEIS KILO yaaa.
Tunggu kelanjutan cerita di part selanjutnya.
Terima kasih buat dukungan kalian selama ini.
Salam dari pena penghujung bumi,
Mey