A Song Written Easily 🎶

بواسطة Rienstory

301 50 37

----------------------------------- Spin-off Boorjeo Idol -Baek Jiah- ----------------------------------- Doy... المزيد

~1~
~2~
~3~
~4~
~5~
~6~
~8~
~9~
~10~

~7~

12 2 0
بواسطة Rienstory

It's a freezing cold taste. Did someone freeze me?
**

Jere meraih waist bag miliknya dengan cepat dan berjalan keluar ruangan. Ruang manajer ini hanya tersisa beberapa orang saja. Dapat dipastikan mereka pergi ke kantin atau mungkin makan ke luar perusahaan.

Setengah jam yang lalu Doyoung menghubungi Jere kalau ia tengah berada di jalan menuju BoorJeo Entertainment. Alhasil Jere menunggu beberapa saat di dalam ruangan.

Pagi tadi Jere berangkat ke perusahaan diantar oleh Doyoung menggunakan mobil karena ia memiliki keperluan lain. Pertama Doyoung memberi tahu, kalau ia memiliki janji dengan temannya di dekat Apgujeong rodeo. Kedua, saat perjalanan berangkat ke perusahaan tadi Doyoung juga mengatakan kalau ia akan pergi Gangdong-gu. Entahlah seberapa jauh lagi Doyoung pergi. Padahal jarak dua tempat itu hanya 45 menit dengan mengendarai mobil. Itupun kalau lancar.

Jere menunggu di depan lift dengan kaki sesekali mengetuk lantai. Sebenarnya ada berapa banyak pengguna lift hingga Jere harus menunggu lama untuk bisa menggunakannya. Padahal jam istirahat karyawan sudah dimulai sejak tadi. Seharusnya sekarang sudah lebih sepi bila dibandingkan dengan tadi.

"Baek Jiah! Follow me," panggil seseorang yang membuat Jere terkejut bukan main karena kemunculannya yang tiba-tiba.

Orang tersebut merangkul Jere dan berjalan maju bertepatan dengan pintu lift yang terbuka. Jere melihat ke arah laki-laki yang merangkulnya dan ternyata orang tersebut adalah James. Tangan kanan James tampak sibuk membawa beberapa lembar kertas.

"Kita ada revisi, mendadak." James menarik Jere keluar lift menuju sebuah ruangan. Jere tidak sempat menolak karena kekuatan James sangatlah kuat dibandingkan dirinya.

"But, aku sudah punya janji James," potong Jere tepat James memegang gagng pintu.

"Masuklah, aku harus ke kamar mandi," paksa James yang langsung berlari ke arah toilet berada.

Jere menggeram kesal dengan sikap James yang sedikit menyebalkan ini. Selalu seenaknya sendiri dan pemaksa. Terlebih apalagi ini? Revisi? Oh come on, Jere benci revisi.

Lantai tujuh sangat sepi dan tak ada orang yang berlalu lalang di sini. Tentu saja, di sini adalah tempat recording booth dan mixing room berada. Tentu saja setiap ruangan terdapat kedap suara dan tidak mungkin sekali menganggu ruangan lain.

Jere kesal bukan main terlebih dengan beberapa lembar kertas yang ia bawa. James sialan malah pergi ke kamar mandi. Jadi, ia terpaksa masuk ke dalam ruangan ini seorang diri.

Tugas apapun terasa menyebalkan terutama tugas yang mendadak. Tidak terencana bahkan merusak segala rencana.

Dengan malas, Jere membuka pintu recording room berada. Tanpa disangka, sudah ada orang di dalam sini. Biasanya singgah sana telah di isi Lee Donghae ketua timnya. Namun, tidak dengan sekarang. Ada seorang laki-laki tengah duduk di sofa yang sibuk dengan ponsel di tangannya.

"Kak Donghae ke mana?" tanya Jere seraya meletakkan kertas milik James ke atas meja.

Laki-laki itu mendongak dan memasukkan ponselnya ke dalam saku. Dia menyandarkan punggungnya pada sofa tanpa menoleh ke arah Jere lagi. Jere terus mengamati setiap pergerakan Namtae yang tampak enggan menjawab pertanyaannya dengan ujung mata.

"Ke kamar mandi," jawab Namtae singkat dan membuat Jere mengeluarkan dengusan secara spontan.

Mengenai janji, sepertinya Jere harus menghubungi Doyoung lebih dulu kalau ia memiliki pekerja dadakan dan sepertinya sulit ditinggal. Terlebih Donghae akan ada di tempat untuk memimpin rekaman revisi. Jere tidak akan bisa berkutik bila hal itu terjadi.

Jere meraih ponsel dan segera menghubungi Doyoung. Dering keempat sambungan telepon bordering, baru diangkat oleh Doyoung. Seperti dugaan Jere, Doyoung tengah menyetir menuju ke perusahaan saat ini. Tapi Jere malah memberikan informasi yang akan sangat tidak disukai oleh banyak orang. Penundaan waktu.

"Do, aku ada revisi sebentar. Dadakan," ucap Jere langsung pada poinnya tanpa sadar ia menggaruk hidungnya karena merasa bersalah.

"Santai saja, aku masih jauh kok. Aku akan menunggu di Rao Saeco," jawab Doyoung yang membuat Jere menghebuskan napasnya lega.

Rao Saeco adalah caffe restaurant yang disediakan perusahaan yang tempanya berada di samping lobby. Sehingga Jere dapat menemukan Doyoung dengan mudah di sana.

"Jiah, langsung depan komputer," suara Donghae menyadarkan Jere dari lamunan singkatnya. Ia hampir saja menjatuhkan ponsel saking terkejutnya.

Ketika ia berbalik, ternyata Namtae sudah masuk ke recording booth dan Donghae duduk di kursi kebesarannya. Tugas Jere ada di depan komputer. Berhadapan dengan berbagai komponen lagu dan suara. Tugas tambahan akan Jere dapatkan di sini.

"Okay, ready?" tanya Donghae seraya memencet sebuah interkom dan langsung tersambung langsung kepada Namtae yang ada di dalam sana.

Namtae mengangguk tanda ia sudah siap. Dia telah mengenakan headphone dan berdiri tepat di depan microphone. Jere perlahan menyalakan lagu dari intro.

"Jiah, stop. Go to the verse 2!" pinta Donghae membuat Jere menipiskan bibirnya dan tetap menuruti permintaan Donghae. Jere harus memberikan ekstra kesabaran untuk tugas ini.

Saat Namtae mulai menyanyikan bagian itu. Donghae hanya diam dan mendengarkan kembali apa ada yang kurang. Tepat saat itu, James kembali setelah sekian lama.

"Sampai mana?" tanya James tanpa mengeluarkan suara dan berjalan mendekat ke arah Jere.

James menggantikan posisi Jere dengan cepat. Sebelum Donghae menyadari ada yang hilang dari timnya. Wajah Donghae tampak serius dan kembali memencet interkom.

"Kerja yang bagus, Kim Namtae," puji Donghae yang sepertinya akan berpindah ke bagian lagu yang lain.

"Aku merasa ada crack di bagian ujung. Bolehkah aku mengulangnya," pinta Namtae yang langsung disetujui oleh Donghae.

Jere dan James saling bertukar pandang dan menggeram kesal satu sama lain. Seperti biasa, Kim Namtae selalu lama setiap rekaman lagu. Ketika produser mengatakan bagus, maka dia belum sepenuhnya puas.

Berbeda dengan anggota yang lain yang lebih mudah diajak bekerja sama. Terlebih manusia di dalam sana sangat irit bicara dan akan mengeluarkan suara bila ia memiliki kepentingan saja.

"Pergilah, aku yang akan mengerjakan sisanya." James mengajukan diri untuk mengerjakan lagu itu setelah rekaman selesai.

Kim Namtae sudah keluar sejak tadi, tetapi James dan Jere masih harus menempatkan beberapa suara Namtae ke tempatnya.

"Aku pergi dulu, kak Donghae," pamit Jere pada Donghae yang masih sibuk dengan kertas. "Ada yang mau titip makanan?"

"Nanti kukirim pesan jika aku ingin," jawab Donghae yang melirik sekilas pada Jere dan kembali fokus pada pekerjaannya.

Jere keluar ruangan dan berjalan menuju lift. Doyoung sudah menunggu Jere sejak lima belas menit yang lalu. Ia sengaja tidak membalas pesannya karena tahu ia akan segera selesai.

Rao Saecho tampak ramai pengunjung. Caffe dan Restaurant ini terbuka untuk umum terutama pengunjung BoorJeo Entertainment. Biasanya banyak penggemar yang datang hanya untuk membeli makanan yang disediakan karena memiliki hiasan idol mereka.

"Kim Doyoung, apa yang kamu lakukan?" tanya Jere yang berdiri tepat di belakang Doyoung.

Tadi ia sempat melihat Doyoung tengah bermain game di ponselnya. Saat tahu Jere datang, ia langsung mematikan ponsel dan menarik Jere untuk duduk di depannya.

"Ada apa sih, Do? Katanya mau makan, kenapa minta aku duduk. Jangan makan di sini," omel Jere seraya melihat wajah aneh dari Doyoung.

Doyoung tampak mencurigakan karena menoleh ke kanan dan kiri. "Aku dikira hidden trainee oleh beberapa penggemar anak high school," ucap Doyoung membuat Jere menatap aneh ke arah Doyoung, "Serius Re. Mereka hampir heboh kalau aku tidak mengeluarkan tanda pengenalmu."

Sebentar, tanda pengenal Jere yang mana. Tanda pengenal milik Jere masih tergantung manis di lehernya. Lalu tanda pengenal yang mana?

"Tanda pengenal yang mana, Do?" selidik Jere dan membuat Doyoung segera mengeluarkan benda kotak kecil dari dalam sakunya.

Aah. Ternyata tanda pengenal Jere saat masih di sini setahun yang lalu. Kenapa Doyoung bisa menemukan barang tersebut. Padahal sudah Jere simpan dalam kotak.

"Sudah sudah. Katanya mau makan, aku punya waktu lebih longgar setelah rekaman tadi," ucap Jere pada Doyoung seraya menariknya agar segera berjalan keluar tempat ini.

"Tapi serius deh Re. Memang ada berapa banyak trainee di perusahaan ini?" tanya Doyoung seraya mengubah posisinya menjadi sisi kanan. Tepat bersebelahan dengan sisi jalan raya.

"Empat puluh, lima puluh. Entahlah, Manajer Kim yang tahu jumlah pastinya," jawab Jere ragu, "tempat ini sangat ramah di kantong."

Jere menarik Doyoung untuk masuk ke dalam tempat makan yang tampak ramai di lantai dasar. Mereka berjalan menuju tempat memesan dan berjalan ke lantai atas yang memiliki bangku kosong.

Sebenarnya Jere menyukai tempat ini karena ia sangat suka dengan minuman yang disajikan di sini. Milkshake. Hampir semua rasa milkshake di sini kecuali yang tidak ada. Walau ia sangat menyukai rasa macha seperti yang ia pesan hari ini.

"Re, aku tadi bertemu Jang Eunsol. Dia sekarang sangat cantik, sangat berbeda saat kita sekolah dulu," ucap Doyoung heboh saat Jere menyeruput minumannya.

"Serius? Sekarang kabar dia bagaimana?" pekik Jere tertahan karena ia tahu posisinya tengah di tempat umum.

"Masih kuliah tingkat satu."

Kalau Jere ingat-ingat, sudah lama sekali Jere tidak mendengar kabar teman seumuran tapi tidak seangkatannya itu. Saat Jere dan Doyoung duduk di kelas 2 high school, Eunsol masih di kelas 2 junior high school.

Hal yang tidak wajar dilakukan adalah Jere dan Doyoung yang hobi melompat satu tahu di tiap jenjang sekolah.

"Lalu, apa dia mengungkapkan perasaannya lagi?" goda Jere dengan senyum lebar dan menatap Doyoung.

Doyoung yang digoda hanya berdecak malas. Mengingat hal itu sangat menggelikan sekali. Umur normal mereka masih kelas 3 junior high school tapi Eunsol sudah berani menyatakan perasaannya pada Doyoung. Hal gila yang membuat Jere tertawa terbahak-bahak karenanya.

"Awhh, apa ini?" Jere berdiri dengan cepat karena ada sesuatu yang basah mengenai punggungnya.

Ternyata seorang pengunjung tanpa sengaja menumpahkan sebuah minuman ke kaos Jere. Orang tersebut berjalan menjauh untuk memanggil pelayan untuk membersihkan setelah meminta maaf. Doyoung membantu Jere membersihkan bajunya dengan tissue yang ada. Dan menjauhkan Jere dari genangan air.

Tiba-tiba sebuah jaket tersampir di badan Jere. Orang tersebut mengikat bagian lengan jaket ke badan Jere melalui leher. Jere hanya bisa menahan napas atas perlakuan orang tersebut.

"Jangan biarkan orang lain melihatnya," ucap laki-laki bertopi itu seraya berjalan menjauh.

Melihat apa maksudnya? Ia melirik baju yang tengah ia kenakan, Jere lupa ia mengenakan kaos berwarna putih. Kenapa dia sangat bodoh sekali.

Jere kembali melirik ke arah laki-laki yang berjalan menjauh itu. Dia Kim Namtae, trainee yang akan debut di grup baru BoorJeo Entertainment. Sementara Jere, akan menjadi manajernya.

~끝~

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

262K 20.8K 100
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
77.9K 10K 107
This is just fanfiction, don't hate me! This is short story! Happy reading💜
101K 7.4K 50
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
76.4K 3.5K 7
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++