๐‘ฐ๐’๐’๐’†๐’“๐’Ž๐’๐’”๐’•

By pluviolaa

422K 53.5K 11.4K

(Sudah Diterbitkan) Note: karena restock fanbook habis, untuk pembelian versi pdf bisa DM di ig *pluveejey ... More

0; PROLOGUE
1; Curious
2; Pregnant?
3; Make It Deep
4; Bathtub 17+
5; Damn It!
6; Terror
7; Betrayed
8; Flavour
9; Awake
10; Riddle
11; Speechless
12; Bring The Pain
13; Innermost
14; Memory
15; Change
16; This Time
17; Because Of You
18; Unknown
19; Playing Around
20; Know
21; Suivre
22; Me and My Broken Heart
23; Choose
24; One Side
25 ; Bad Flowers
26; Crazy Morning
27. Blushing
28; Mistake
29; Unbeatable
30; Latte
31; The Same
32; Dark on all fours
33; Tear
34; EVANESCENT
35; Dumb & Doubt
36; Red Wife
37; Prison
38; Clandestine
39; 3 AM
40; Dangerous Room
41; Witness
42; Eucalyptus
44; Anxious
45; Healing
46; Black & Blue
47; Code Name
48; Tragic Secret
49; Burn
50; Vilest
51; The Deepest Wound
52; Disease
53; Eternal regret
54; Agreement
55; Madly / Epilogue

43; Killed by hope

3.4K 684 200
By pluviolaa


“Kau berjanji tidak akan membuangku setelah ini, ‘kan?”

Song Hani menahan dada Jeon Jungkook sebelum lelaki itu bergerak lagi, sebelum tuan mudanya benar-benar mengacak hidupnya untuk yang kesekian kali. Meski pada akhirnya kasta di antara mereka menjadi partisi tebal yang mustahil didobrak kendati Hani telah memberikan segalanya, termasuk dunianya. Toh, Jeon Jungkook mampu dapati segalanya dengan mudah tanpa perlu mengorbankan apapun.  Para gadis mencintainya tanpa Jungkook merespons perasaannya. Sebab dalam hidupnya kini, ada Heo Yeobin, sahabatnya yang ia jaga setengah mati. Gadis yang sangat beruntung berada dalam rangkulnya setiap waktu.

“Kenapa bertanya begitu?”

Sebab, tidak tahu. Hani hanya cemas setelah memberikan segalanya lantas pemuda Jeon ini malah mengasingkan dirinya. “Kau benar-benar menyayangiku?”

Jeon Jungkook mengangguk. “Aku tidak bisa mengabaikanmu dan terbiasa melihatmu setiap hari. Kau gadis yang cantik dan baik, aku mengagumi itu.” Menelan saliva sejenak, mengintenskan pandangannya. “Tetapi kalau ditanya cinta atau tidak, aku tidak tahu.” Ada semburat ragu melintas samar. “Aku tidak bisa menyimpulkan cinta, jika perasaanku tak sebesar seseorang yang takut kehilanganmu. Dan, kudengar seseorang itu kini sudah menjelma jadi kekasihmu, ya?”

Sempat terbelalak sekejap, Hani mengalihkan bola matanya yang telah terperangkap dalam manik Jeon Jungkook. Lantas masih sama, sekat di antara perasaan mereka pun masih abu-abu. Kendati kini telah menggelap bersama kabut gairah yang mengukung mereka, Hani berusaha tak egois dan sadar, perasaan ini harus segera dibunuh dan fokus pada satu lelaki saja. Dalam sekon yang terlampau lambat, ia tersenyum samar dan berkata, “Lanjutkan, Jung. Pelan-pelan saja.”

Hani pikir, hal ini adalah kesempatan besarnya untuk membuat satu kenangan yang akan abadi dalam kotak memorinya, bersama suara madu yang memuja keelokannya. Bersama peluh yang menjadi saksi menyatunya raga mereka dalam deras hujan akhir Desember. Juga Song Yura, yang mendengarkan vokal sakral mereka dari balik pintu kamar Jeon Jungkook, tepat ketika ia sedang menjawab panggilan  Taehyung, “Kenapa kakakmu tidak menjawab teleponku, Yura?”

Tanpa Yura mengerti situasi yang merugikan keluarganya datang. Jeon Dahyun yang sepenuhnya ia kenal sebagai wanita bak malaikat berubah menjadi sosok yang berbeda setelah mendengar insiden tersebut dan langsung pulang setelah tepat 300 hari menyibukkan diri di Texas.

“Pada akhirnya, semuanya akan saling memanfaatkan dan menindas yang lemah.”

***

Menghempaskan memori tujuh tahun yang lalu, ia menitikkan air mata seraya memukul dada Taehyung waktu berujar,
“Sampai kapan, Tae?” vokalnya terdengar lemah. “Sampai kapan kau akan mempermainkan semua ini? Tidakkah kau merasa bahwa dirimu lemah?”

Taehyung dengan raut yang sulit diartikan berdiri tegap menerima pukulan Yura bertubi-tubi. Gadis yang bersamanya selama tujuh tahun ini tak pernah menangis sekeras ini setelah kematian Hani. Gadis ini mungkin lelah hidup dengannya. Ia menyadari selama ini Yura yang ada untuknya di setiap napas beratnya. Gadis ini mungkin bertahan karena tak ingin kehilangan dirinya. Tetapi Taehyung juga lelah, cintanya selalu berakhir sama.

“Tidakkah kau merasa perlu menghancurkan sesuatu untuk melegakan perasaanmu?” Memandang ke bawah, mengikat Yura dengan tatapan sendunya. “Tujuh tahun yang lalu, saat keluargamu angkat kaki dari rumah keluarga Jeon. Saat ibu dan ayahmu tak hentinya memojokkan Hani, membuatnya tak berdaya dan berlari padaku membawa bayi dua minggu. Hani bilang mencintaiku, akan hidup untukku, tetapi pada akhirnya dia bunuh diri dan aku—” Taehyung menjatuhkan pandangannya pada marmer teras yang ia pijak. Matanya berurat merah dan berembun, memberikan sepucuk surat yang telah menguning dimakan waktu. “Aku baru menemukannya.”

Yura meraihnya, membacanya. Meski ia telah menduga sejak awal isi pesan tersebut.

“Aku sengaja menaruh surat ini di tempat yang mustahil kau jangkau. Supaya ketika kau membaca ini kau tidak merasa sangat sedih. Mungkin setelah menemukan ini kau telah merelakan dan menemukan penggantiku. Kau tahu, aku lelah karena semua orang mengasingkanku, tak menganggapku ada. Ini memang bukan keputusan yang tepat, aku tiba-tiba ingin menggantung diriku saat pikiranku tak hentinya menunjuk bahwa aku adalah petaka nyata.

Aku merasa tak pantas menyandingmu di saat aku juga mencintai lelaki lain. Seharusnya aku sadar dan menjauh saat dia bilang tidak mencintaiku. Tetapi aku telah memberikan segalanya, berharap dia membalas perasaanku. Ini memalukan, kan? Padahal aku sudah memilikimu yang mecintaiku. Maafkan aku karena tidak merasa puas dengan apa yang aku punya. Maafkan aku karena pergi dengan cara begini. Aku berharap kau mendapatkan gadis yang lebih kuat dariku.

Ini salahku, maafkan aku karena mencintai Jeon Jungkook.”

Taehyung meraihnya kembali, membiarkan Yura bernapas sejenak setelah manik gadis ini berubah sulit saat membaca nama Jeon Jungkook. Memang tak terkejut, tetapi untuk situasi saat ini rasanya akan membuat segalanya jadi semakin kacau. Dan saat ia kembali menatap Taehyung yang telah memusatkan seluruh atensi untukunya, Yura mengerti bahwa Taehyung mendadak menyimpan dendam untuk Jeon Jungkook.

“Ini sebabnya aku menerima tawaran orang itu. Mungkin sama sepertinya, aku juga membenci Jeon Jungkook.” Taehyung menengadah, membiarkan cairan yang hendak keluar kembali masuk ke dalam matanya. “Setelah membaca itu, kau merasa jadi ingin ikut bermain denganku, kan?”

Yura tertawa lirih. “Sesungguhnya tidak. Kau sudah melewati batas. Meski kau merasa seseorang menghancurkan hidupmu, kau tidak berhak menghancurkan hidup orang lain.”

“Tetapi karena Jeon Jungkook, Hani jadi bunuh diri.”

“Benarkah semua ini salah Jeon Jungkook?” Yura melangkah mendakat, menatap kecewa pada sosok di hadapannya. “Derita yang Hani hadapi hari itu adalah pilihannya di hari kemarin. Andai Hani tak egois mencintai dua lelaki di waktu yang sama, andai Hani berhenti saat Jungkook bilang tidak mencintainya, andai ia tak memberikan segalanya dan berharap lebih pada manusia. Pada akhirnya ia terbunuh oleh harapannya sendiri.”

Taehyung terdiam, terus menatap Yura begitu lekat dengan tangan terkepal erat. Ia tak pernah melihat Yura sekacau ini gara-gara perilakunya.

“Kenapa? Kenapa manusia suka sekali menyalahkan orang lain di saat ia juga memilih jalan yang tidak benar? Bukankah lebih baik manusia bercermin dan menurunkan egonya?” Mengernyih dengan mata yang telah membengkak. Yura muak dengan segala egoisme manusia. “Baiklah, kalau memang kau akan melanjutkan dendam tersebut. Kuharap kau tidak berakhir seperti Hani.”

Yura melangkah menjauhi Taehyung. “Dan, jangan pernah membawa anak yang tak berdosa untuk menjalani misi gilamu!” hardiknya sesaat sebelum menutup pintu dengan kencang.

Gadis itu menahan napas dan menyemburkannya pelan bersama derai air matanya. Ia juga mendengar isakan Taehyung yang terlepas dan mencoba diredam. Padahal setelah Hani tewas, ia kabur dari rumah demi merawat bayi tersebut bersama Taehyung. Menemani sekaligus menguatkan Taehyung. Ia juga berharap sekiranya ada sedikit perasaan yang menyelinap dalam dada Taehyung.

Sialnya saat Hyora berusia empat tahun, anak itu harus dirawat dan mendapatkan dokter khusus, Shin Hyoji. Ia tak mengira wanita itu dengan mudah membuat Taehyung terpesona. Tiga tahun yang lalu adalah masa sulit baginya. Saat ia bersusah payah menahan perasaan dan membuat Taehyung membaik sejak Hani pergi. Justru lelaki itu malah jatuh cinta dengan Hyoji. Cinta yang gila, cinta yang membuatnya egois dan serakah. Kendati begitu, Yura tetap berada di sisinya sampai saat ini, kembali menguatkan Kim Taehyung yang terpuruk setelah mendapat kabar Shin Hyoji akan menikah dengan Jeon Jungkook.

Jeon Jungkook, itu alasan ia tidak datang dalam pernikahan mereka dan selalu berusaha untuk tidak bertemu lelaki itu. Sebab mungkin sama seperti yang Taehyung rasakan, ia membenci keluarga Jeon.

Tatkala mesin mobil terdengar, Yura buru-buru menghapus air matanya dan mengintip dari jendela. Mobil Taehyung keluar dari garasi. Tak lama setelah mobil Taehyung melaju ke utara, jantungnya berdegup kencang dan cemas tatkala mobil lain menyusul dari arah selatan dengan kecepatan yang sama. “Jeon Jungkook?”

***

“Kawanku yang sedang berpatroli melihatmu mengemudi melewati batas kecepatan.”

“Ya, memang.”

“Kau sedang dikejar polisi sekarang.”

Jungkook refleks menatap spion dan berdecak tatkala mobil polisi telah tampak dari kejauhan dan berusaha mengejarnya. “Kau di dalam mobil itu? Aku sedang mengejar Taehyung!”

“Kalau begitu kita kejar-kejaran.”

Jeon Jungkook mendengus kesal saat mobil patroli tersebut semakin mendekatinya dan ia telah kehilangan arah mobil Taehyung melaju. Ia spontan memukul stir dan mengumpat. “Apa kau turun pangkat menjadi polisi lalu lintas, Min Yoongi?”

Min Yoongi memutus sambungan dan menaikkan kecepatannya. Ia membunyikan klakson berkali-kali tatkala mobilnya tepat berada di belakang Jeon Jungkook dan menyalip dalam hitungan detik.

“Kau pikir jalan ini milik nenek moyangmu?” Yoongi memekik setelah menurunkan kaca mobil. “Kalau menabrak pengendara lain bagaimana? Bagusnya kalau tidak mati di saat situasi lagi genting begini! Kalau Hyoji jadi janda, kau rela dia menikah lagi?”

Jungkook refleks menurunkan lajunya, menatap Min Yoongi dengan sinis.

“Menepilah, ada yang lebih penting daripada mengejar Kim Taehyung.”

Lelaki itu terpaksa berdecak lagi menaikkan kaca mobilnya kembali. Menepi di suatu tempat yang agak sunyi dengan suasana sejuk sesuai petunjuk Min Yoongi.

Ia keluar dari mobil dan masuk ke dalam mobil Jeon Jungkook. Meraih ponselnya dan mengetikkan sesuatu. Tak lama, ia menelepon kawannya. “Halo? aku sudah menangkap dan memberinya sangsi. Tetapi aku harus pergi ke suatu tempat dan meninggalkan mobil patroli, aku sudah mengirimkan lokasinya padamu.”

“Jadi, kenapa? Apa yang lebih penting?” selorohnya setelah Min Yoongi menenggelamkan gawai pada saku jaket.

Lelaki itu menunjukkan satu pil obat—berwarna putih berbentuk tabung yang telah dibungkus dalam plastik. “Semalam Hoseok benar-benar mengajakku minum, aku menjemputnya di gedung agensi dan meminta izin untuk masuk ke studio Kim Taehyung. Dan ini yang aku temukan. Kau bisa membawanya ke laboratorium.”

Kepala Jungkook rasa-rasanya dihantam secara kontan oleh insiden janggal yang saling berkesinambung. Suara Hyora samar-samar berdengung dalam pikirannya tatkala mengucapkan, “Hyora hanya merasa sakit bila Mama tidak di sini.”

Sejak awal ada yang tidak beres di rumah Kim Taehyung.

“Min Yoongi, Hyora sedang bermain drama seperti Kim Taehyung. Itu sebabnya sebelum dia bicara denganku di kamarnya, dia seolah memastikan tidak ada yang melihat dan pada akhirnya memutuskan untuk berbisik.” Jeon Jungkook menatap lelaki di sampingnya dengan raut serius. “Aku tahu kau paham dengan kalimatku.”

“Bagaimana kondisi Hyora saat itu?”

“Taehyung bilang Hyora sakit, tetapi Hyora bahkan bilang dia hanya merasa sakit bila Hyoji tidak dengannya.”

Manik Yoongi terbelalak. “Bermain drama? Saat seseorang  sedang shooting sebuah drama, tubuhnya harus tetap fit. Produser akan mengarahkannya dan ... tidakkah kau mengecek apakah di sana ada kamera tersembunyi?”

Jungkook tahu Yoongi satu pemikiran dalam hal kepekaan. “Kalau aku berusaha mencarinya dan menatap kamera tersebut, yang terjadi pada Hyora mungkin akan lebih berbahaya lagi.” Jungkook memejamkan mata, merasakan seolah beban benar-benar bergelayut pada setiap inchi tubuhnya. “Aku menyadarinya, mungkin terletak di setiap sudut dalam rumah. Sebab saat itu Yura juga membawa Hyoji keluar hanya untuk berbicara. Taehyung dan Yura juga berbicara di teras. Yang jelas, pembicaraan mereka sangat genting.”

Min Yoongi menatap kembali pil obat tersebut dengan pandangan yang sangat sulit. Mungkin seperti Jeon Jungkook, rasanya begitu mendebarkan dan menghimpit dada. Baru kali ini ia merasa takut. “Kalau begitu jangan mengecek obat ini di Lab rumah sakit, besar kemungkinan Hyoji akan tahu. Hanya saja, aku merasa cemas bila dugaanku tentang obat ini ternyata benar.”

***

Sory, kesehatanku menurun. Biasanya jam segini belum tidur, tp ini malah kebangun karena td tidur jam 9. Jadi aku nyempetin update.

Buat yang udah komentar banyak banget, aku mohon maaf telat dr jadwal yg seharusnya. Makasih banyak jg karena udah sesukaa itu sm cerita ini.

Kalian jaga kesehatan, ya :)

Maaf kalo ada typo juga, aku ngetiknya sambil pusing-pusing, hehe.

Continue Reading

You'll Also Like

64.8K 7.8K 21
[Mature Content] Memiliki kakak tiri yang misteriusnya mengalahkan segitiga bermuda dan dejavu membuat Shin Soyoung menggila. Semakin dia memikirkan...
170K 19.4K 31
Life is too short for shitty sex and bad relationships. So go find someone who fucks you right and treats you how you deserve to be treated
33K 1.9K 44
Menikah dengan Robi yang merupakan adik tingkat yang usianya lebih muda memang hal yang biasa, tapi bagaimana jika dia adalah adik ipar dari orang ya...
9.3K 1.7K 15
[๐ฃ๐ž๐จ๐ง ๐ฃ๐ฎ๐ง๐ ๐ค๐จ๐จ๐ค] Ada yang bilang bahwa Jia dan Jungkook itu ibarat prangko, melekat selalu, pergi ke mana-mana selalu berdua, tidak ingin...