Athanasia dan Felix kini berjalan di lorong istana kediaman raja. Athanasia bingung kenapa Istana yang di tinggali oleh papa dan juga kakak nya ini sama sekali tidak ada penjaga ataupun pelayan.
" Kenapa tidak ada penjaga dan juga pelayan di istana papa?" Athanasia bertanya kepada sang penjaga merah itu, Felix tersenyum tipis lalu menjawab pertanyaan dari Athanasia itu.
"Karena yang mulia tak pernah mempercayakan yang mulia pangeran kepada siapa pun putri"
"Lalu untuk penjaga itu sendiri.... Itu tidak di butuhkan putri, karena yang mulia kaisar sendiri lah yang menjaga pangeran secara pribadi"
"Felix, Athy?"
Percakapan antara Penjaga pribadi sang kaisar itu dan putri terhenti ketika mereka berdua mendengar suara lembut yang ada di belakang mereka berdua.
"Pa-pangeran, terang bagi pelindung Obelia"
"Kakak"
"Senang bertemu dengan kalian berdua, Athy ingin masuk dan menemui ayah?" Tanya m/n pada Athanasia.
Oh pangeran andaikan kau tau kalau Adik mu Athanasia tidak ingin masuk kedalam ruangan yang ada di hadapan nya ini.
"Athy mau masuk sama kakak heheh"
Kini kedua saudara Obelia itu berada di dalam kamar sang kaisar, Athanasia terlihat penasaran dengan apa apa saja yang ada di dalam kamar itu. Sementara m/n tidak, dia hanya memperhatikan adik nya yang berlarian.
M/n melangkahkan kaki nya menuju Ranjang yang biasa nya dia tiduri bersama ayah nya, ranjang yang di tutupi tirai berwarna biru tua itu di pegang oleh tangan kecil nya perlahan m/n membuka tirai itu dan tidak mendapati ayah nya.
"Ayah tidak berada di ranjang, apa jangan jangan?"
Ucapan m/n terpotong ketika ia mendengar sebuah nyanyian dari Athanasia, ia berjalan menuju salah satu kursi yang ada di sana dan mendapati ayah nya yang terbaring di sana.
"Lagu apa itu?"
"Lagu selamat tinggal mimpi buruk"
"Kau belajar dari mana Athy?" M/n kini berdiri di samping kursi yang baru saja di jadikan tempat tidur Claude
"Ahitu---- akh selamat pagi papa" Bukan nya menjawab Athanasia malah langsung mengubah topik.
"Athy, sekarang temui Felix di luar kakak ingin bicara berdua dengan ayah"
Athanasia terdiam beberapa saat, oh dia baru ingat ada saat ia membaca buku bersampul merah itu ada bagian halaman yang mengatakan kalau sang pangeran tidak segan segan untuk memarahi ayah nya.
Athanasia langsung menganggukkan permintaan dari kakak nya, walaupun dia tidak bisa memukul Claude maka m/n pasti bisa memarahi kaisar itu.
Claude dan m/n sama sama terdiam untuk beberapa saat, seperti nya Claude tahu apa yang membuat Mutiara nya memasang ekspresi yang berbeda.
"Mutiara k-"
"Ayah, demi sang agung berapa kali aku harus mengatakan kalau tidur di sofa itu tidak baik"
Oh lihatlah sekarang M/n kesal pada nya sekarang, tidak tidak Claude tidak takut pada ancaman atau pun raut wajah m/n sekarang, melihat Mutiara nya yang memasang wajah kesal malah jatuh nya imut di mata Claude.
"Jangan marah begitu Mutiara ku, aku tak sengaja tertidur di sofa ini"
M/n masih mendiamkan Claude, melihat ke arah mata milik sang ayah untuk mencari kebohongan di sana tapi nihil dia tak mendapatkan nya.
"Maaf m/n Mutiara ku"
"Hahhh baiklah tapi ayah jangan pernah melakukan itu lagi, nanti ayah sakit"
"Tentu M/n,ayo kita keruang makan aku sudah lapar"
------------
Kini Claude, m/n dan juga Athanasia sedang ada di meja makan dengan hidangan yang menggugah selera di sana.
Terjadi sedikit pembicaraan antara Athanasia dan juga Claude, semantara m/n hanya diam mendengarkan pembicaraan antara ayah dan juga adik nya.
Terlihat kalau Athanasia sangat kesusahan untuk memotong sebuah daging yang ada di piring nya.
Dan benar saja beberapa saat kemudian pisau dan garpu itu terlempar dan jatuh ke lantai.
"Kau harus belajar tata krama lagi ya.... Besok akan ku Kirim kan orang nya ke Istana, gara gara kau belajar dari orang orang yang tidak memiliki dasar, mulai sekarang terimalah pendidikan selanjutnya"
"Ayah sudah lah, Athy kan baru pertama kali memakai pisau dan juga garpu, pasti dia akan kesulitan di awal pertama nya" M/n tersenyum ketika mengatakan itu membuat Athanasia semakin yakin kalau kakak nya ini adalah sungguh sungguh adalah seorang malaikat.
M/n turun dari kursi nya dan berjalan ke arah Athanasia sambil membawa peralatan makan milik nya. Dengan trampil m/n memotong daging itu dan menyodorkan nya pada Athanasia.
"Bilang Aaaaaa Athy"
Athanasia terharu sekarang, dia dengan perlahan membuka mulut nya dan menerima suapan dari kakak nya dengan senang hati.
"M/n suapi aku juga"
Mendengar perkataan dari ayah nya membuat m/n dan juga Athanasia bingung serta kaget.
"Ayah, Athy kan tak bisa melakukan Etiket jadi aku harus membantu nya"
Entah lah perkataan dari Mutiara nya itu membuat nya sedikit agak kesal, Athanasia memasang wajah sombongnya. Claude dengan sadis menusuk daging yang ada di hadapan nya membuat m/n kini hanya menghela nafas.
"Baiklah, tapi setelah aku selesai dengan Athanasia aku akan menyuapi mu"
Perkataan dan m/n seketika itu juga membuat Claude tenang dan kaisar itu pun makan dengan perlahan.
Skip time--
M/n berjalan melalui lorong istana yang gelap, m/n baru saja selesai membersihkan diri nya dan berniat untuk tidur bersama Claude.
"Segala keagungan dan berkat Obelia"
"Felix"
Felix yang ada di depan pintu kamar kaisar itu pun langsung mengalihkan perhatian nya ke arah sang pangeran yang tengah memperhatikan nya.
"Terang bagi pelindung Obelia"
M/n langsung memeluk Felix, tentu saja tindakan tiba tiba sang pangeran membuat pria dengan rambut Merah membara itu memerah.
"Aku sayang Felix, terimakasih untuk hari ini jangan lupa untuk beristirahat dengan benar selamat malam Felix"
Setelah berkata demikian m/n langsung masuk ke dalam kamar ayah nya dan langsung menutup pintu itu. Lalu bagaimana dengan Felix yang di tinggalkan?
Wajah nya sudah memerah hampir sama seperti rambut nya sekarang, Felix hanya tersenyum melihat pedang kecil nya tumbuh dengan baik.
'Lady, pangeran benar benar mirip seperti anda'
Sementara itu......
M/n hanya memandangi ayah nya dengan jengah, kebiasaan Claude untuk tidur di sofa itu benar benar tidak bisa diselamatkan.
Baru saja m/n ingin menyentuh rambut Claude, tiba tiba saja kaisar Obelia itu langsung meraih m/n kedalam pelukan nya dan langsung berdiri lalu berjalan menuju kasur milik nya.
Dengan perlahan Claude meletakan m/n di samping dirinya dan tidur sambil memeluk m/n dan sesekali menciumi pipi itu.
"Jangan tinggal kan aku m/n"
"Aku sudah bersumpah atas nama ku ayah, aku tidak akan meninggalkan mu"
Pada akhir nya Claude dan M/n pun tidur sambil berpelukan.
Skip time
Kini Keluarga Obelia itu menghabiskan waktu dengan waktu minum teh di bawah pohon.
Mata Athanasia tidak lepas dari m/n, Athanasia merasa kalau kakak nya ini adalah laki laki tercantik yang pernah ia temui saat ini.
Athanasia juga tidak luput untuk melihat interaksi antara m/n dan juga Claude. Bagaimana cara Kaisar tiran itu memandang m/n dengan tatapan yang berbeda dan bagaimana cara Claude menyiapkan teh untuk m/n.
"Papa, apa itu enak?" Pertanyaan Athanasia membuat Claude dan juga m/n memandang nya
"Aku tidak menikmati nya karena rasanya tapi karena m/n ingin menikmati nya"
"Athy juga mau minum sama seperti kakak dan juga ayah"
"Wanginya akan sedikit kuat untuk tuan putri" Ucap Felix yang ada di belakang Athanasia
"Aku mau minum yang sama!"
M/n memandang Claude, Claude yang dipandangi oleh m/n membalas pandangan itu, Claude mengambil Nafas nya sejenak lalu mulai kembali berucap.
"Berikan saja, kalau dia mau tidak ada alasan untuk ku melarangnya"
Athanasia tentu saja langsung menerima teh itu, ia menghirup Aroma yang di keluar kan oleh teh itu.
"Athy juga suka ini"
M/n yang mendengar kalau adik nya menyukai teh itu hanya menggelengkan Kepala nya sambil tersenyum, lalu tangan nya mengambil beberapa kue kering yang tersedia di meja.
"Seperti ada bunga yang mekar di mulut Athy"
Deg?!
Claude dan Felix langsung memasang wajah terkejut, sementara m/n yang baru saja ingin memakan kue kering itu kini meletakkan nya kembali ke pring milik nya dengan raut wajah yang sedih.
"... Kelihatan nya anda juga menyukai nya ya, ini adalah teh Lippe yang di saran kan oleh Pangeran untuk di minum yang mulia dan juga menjadi teh kesukaan yang mulia..... Nona Diana juga sangat menyukai nya, seperti ada bunga yang mekar di dalam mulut nya... Beliau juga mengatakan yang demikian " Athanasia mulai memperhatikan wajah Claude dan juga m/n, memang Claude tidak menunjukkan emosi sama sekali tapi beda hal nya dengan m/n yang sudah memasang wajah sedih.
M/n tidak lagi mendengarkan pembicaraan itu, ia tiba tiba saja bernostalgia sekarang. M/n masih ingat bagaimana ibu nya tersenyum saat ia meminum teh yang sama dengan Diana.
"Aku tidak ingat hal itu"
Lamunan m/n terhenti ketika Ayah nya berucap dengan nada dingin,ini bahaya kalau di biarkan.
"Hari ini kau terlalu banyak bicara hal yang tidak berguna, Kau berisik pergi sana"
"........"
"Segala keagungan dan berkat Obelia"
M/n yang kebetulan duduk di samping Claude langsung memegang tangan besar ayah nya dan mengusapnya pelan agar mengurangi kemarahan Claude. Claude yang melihat putra nya berusaha untuk menenangkan diri nya kini menggenggam balik tangan kecil m/n.
TBC