JENARO

By ayufaziraa

197K 25.1K 57.3K

Oife yang dijebloskan ke rumah sakit jiwa oleh cowok tak dikenal akhirnya memendam dendam. Hingga tujuan hidu... More

1. PENJEMPUTAN CALON ANGGOTA INTI
2. CEWEK SINTING DAN PERMINTAANNYA
3. KEBETULAN YANG MENGGIURKAN
4. GAK PINTER BOHONG
5. BUTUH UDARA SEGAR
6. WARUNG MBAK CIMOY
7. OIFE VS JENARO
8. ULARGA?
9. SEBUAH ULTIMATUM
10. SAKIT HATI PERTAMA
11. HIJAU TAPI BUKAN LUMUT
12. PERANG MULUT
13. MASIH TENTANG JENA
14. DI DALAM BUS
15. MALAM PELANTIKAN
17. ANTARA OIFE, JENARO DAN JENA
18. PENGHUNI BARU
19. TAK BISA BERKATA-KATA
20. TERKEJUT
21. MENGUNGKAPKAN
22. GOSIP MIRING
23. MERASA TERTAMPAR
24. PANAS HATI
25. LEBIH DARI BRENGSEK
26. DI TENGAH KELUARGA ROQU
27. SUATU MALAM
28. PERINGATAN TERAKHIR
29. BEGITU BERHARGA
30. RENCANA
31. I LOVE YOU MOMMY
32. MULAI MENYERANG
33. PERMINTAAN TERBERAT
34. MISI BERHASIL
35. PERUSAK HARI
36. JAGAIN BAYI KOLOT
37. KEMARAHAN JENARO
38. MALEFICENT
39. PENJAHAT YANG SESUNGGUHNYA
40. TIDAK BAIK-BAIK SAJA
41. PILIHAN YANG SULIT
42. KEPUTUSAN
43. BEBAS
44. BOCAH-BOCAH REWEL
45. SECEPAT ITU
46. MENJADI TAMENG
47. DISAKSIKAN OLEH TIGA KELINCI
48. DEAL?
49. PERTENGKARAN-PERTENGKARAN KECIL
50. PESTA KECIL-KECILAN BERAKHIR RIBUT
51. ULAR PALING BERBISA
52. ANCAMAN
53. AKHIR DARI SEGALANYA
54. TITIK TERANG
BUTUH PENDAPAT!
55. KARMA BERJALAN
56. KARMA YANG DIRENCANAKAN
57. TERBUANG
58. KEBENARAN YANG TERUNGKAP
59. HARI PENYESALAN
60. DALANG SEBENARNYA
CERITA RETRO CRYSTAL
61. TERTANGKAPNYA SANG DALANG
62. GAGAL SEBELUM BERJUANG
63. OIFE DAN KEMATIAN
64. ADA APA DENGAN DIRINYA?
CLOSE MEMBER GC JENARO!
65. INGIN DAN TIDAK INGIN
66. SPEECHLESS
67. GIVE ME A HUG
68. TERLALU SEMPURNA
69. SEPERTI PERTAMA KALI (ENDING)
70. JENAROIFE (EPILOG)
EXTRA PART JENAROIFE
VOTE COVER NOVEL JENARO!
PRE ORDER NOVEL JENARO RESMI DIBUKA!
NOVEL JENARO SUDAH ADA DI SHOPEE
CERITA BARU: NAGEN MY TOXIC BOYFRIEND

16. GAME SIALAN!

2.1K 318 123
By ayufaziraa

Kalian pilih mana, lama update tapi panjang atau cepat tapi pendek?

Maapin aku yak lama upnya, soalnya belakangan ini aku gak ada waktu buat nulis huhu.

➖➖➖

16. GAME SIALAN!

"Tadi itu...... Gue gak salah lihat, kan?"

Sumpah, jantung Oife serasa diskoan hanya karena melihat pemandangan yang sudah sering kali Oife temukan di setiap malam ketika Oife berada di klub. Tapi tidak dengan yang satu ini.

Jena ciuman sama Rain?! Yang benar saja!

Ini lebih gila daripada Jenaro yang menjembloskannya ke dalam Rumah Sakit Jiwa. Rain dan Jena? Apa hubungan diantara mereka sampai berani melakukan hal senonoh di tempat yang pastinya banyak penghuninya ini.

Bukankah Jena pacaran dengan Jenaro? Lantas kenapa Jena mau saja di cium sama teman pacarnya sendiri? Atau di belakang Jenaro, Jena berselingkuh dengan Rain dan Rain pun mengkhianati Jenaro yang notabenenya adalah teman dekatnya?

Woy! Asli ini Oife penasaran banget! Mengelus dada seakan bisa meredakan detak jantungnya yang bertalu-talu, Oife menyeka kasar bulir keringat di dahinya.

Kabur jalan ninjanya untuk bergabung bersama yang lain. Rain dan Jena tidak lagi ada di sana. Oife bernapas lega sembari bersandar di dinding.

Gosip menggemparkan ini apa sebaiknya Oife ceritakan saja ke Hebi? Ingin tahu bagaimana reaksi temannya itu. Ah, sudahlah! Oife akan menyimpannya seorang diri sebagai bentuk umpan kalau-kalau Jenaro menyakitinya lagi.

Menetralkan ekspresi seolah tidak terjadi apa-apa, Oife mengambil langkah lebar ke tempat semula yang mana Hebi sudah menunggu kedatangannya.

"Lama bener dah. Ngapain aja sih di toilet?"

Oife berdecak, "Benerin rambut lah, Bi. Gara-gara lo rambut gue jadi berantakan. Asal lo tau gue kalo perawatan bisa ngabisin sampe berjuta-juta. Eh malah main lo jambak-jambak segala. Telapak tangan lo tuh berkuman, Bi!"

"Kampret lo, Fe! Telapak tangan putih bersih gini lo kata berkuman! Tiap pagi gue gak pernah absen buat pake pelembab kulit ye!" Hebi jengkel. Rasanya pingin botakin rambut perak Oife biar nggak ada lagi yang bisa dia sombong-sombongkan. Apaan perawatan rambut doang sampai berjuta-juta? Nyari ribut emang!

"Ah, masaaaaa?" Oife menoel-noel dagu Hebi membuat cewek itu mendengus sebal.

"Kalo gak percaya lo bisa cium tangan gue buat mastiin wangi apa enggak." Hebi menyerahkan satu tangannya pada Oife dan tahu-tahu yang meraihnya bukan Oife, melainkan Rainer alias Min Jun.

Cowok bermata sipit dengan poni selamat datang tepat di samping Hebi itu membolak-balik tangannya sambil di ciumnya cukup lama. Kelima cewek yang kebetulan memenuhi sofa melingkar itu melongo. Termasuk pula Hebi yang mulutnya seperti ikan Koi. Mangap-mangap kayak orang kehabisan napas.

"Wangi, Bi. Banget malah." Rainer menyeletuk ringan tanpa beban. Tidak tahu saja kalau jantung Hebi lagi salto-salto dengan wajah memanas.

"Anjim, gue baper huaaaa!" rengek Oife dengan suara manja seraya memeluk lengan Hebi erat-erat. "Min Jun lo harus tanggung jawab. Hebi pasti juga baper lo sosorin gitu."

Hebi mendelik lalu memukul lengan Oife agar menjauh darinya, "Sembarangan lo kalo ngomong! Gue gak baper ya!" kilahnya. Rainer yang menyaksikan betapa imutnya Hebi saat pipinya memerah pun terkekeh kecil.

"Bohong dosa lho," sahut Rainer, tak lepas menatap Hebi yang langsung mengalihkan pandangannya.

"Apaan sih! Ngeselin banget!" gerutunya. Mencoba mengelak sekalipun, ekspresi malu-malunya sudah menjawab kalau Hebi terbawa perasaan akan apa yang Rainer lakukan.

Tawa Oife pecah menyaksikan gelagat canggung temannya itu, "Cieeee salah tingkah nih yeeeee. Min Jun jangan kabur loh. Kudu tanggung jawab pokoknya."

Rainer ikut tertawa dengan suaranya yang merdu hingga mampu membuat siapapun yang mendengarnya jadi insecure. Hebi tertegun menyadari ketampanan Rainer berkali-kali lipat saat tertawa apalagi matanya hanya tinggal segaris. Fix! Rainer itu Oppa Korea yang nyasar ke Jakarta.

"Mau gak Bi jadi cewek gue? Kalo lo takut gue cuma iseng doang, lo boleh pukul gue sebanyak yang lo mau. Bunuh gue sekalian juga gapapa. Dan lo harus tau kalo gue suka sama lo dari lama. Jauh sebelum gue masuk Galasky." Intinya, Rainer sedang mengakui perasaannya pada Hebi yang mematung. Memang benar jika Rainer sejak lama menyimpan rasa. Sewaktu Ajisaka---papanya menunjukkan foto Hebi sedang memakan es krim di bangku taman dan berkata Hebi merupakan anak dari sahabatnya bernama Haryaka. Rainer memutuskan untuk bersekolah di mana Hebi akan melanjutkan masa SMA-nya.

Sebut saja menyukai dalam diam. Walaupun tipe cewek Rainer kayak Rose Blackpink, tapi Hebi tak kalah cantik. Baginya apa yang ada di diri Hebi sudah sempurna.

Oife menggoda Hebi lagi, "Cieeeee ditembak nih yeeeee. Terima lah Bi. Beruntung banget lo dapetin Rainer. Rainer suka sama lo duluan dan gue yakin seiring berjalannya waktu hati lo terbuka untuk Rainer."

Bisakah Oife diam agar tidak membesarkan malunya yang tidak ada tempat lagi untuk bersembunyi dari Rainer? Oife setan! Untung Hebi sayang.

"Gimana, Bi?" Rainer bertanya. Bahkan cowok itu kembali menggenggam dua tangannya sekaligus. Hebi menatapnya lekat.

"Gue benci sama cowok yang mengganggap cewek semacam barang. Kalo bosen tinggal buang terus cari yang baru."

Rainer mengusung senyum paling manis sampai matanya menyipit, "Gue pengecualian, Bi. Gue serius mau jadiin lo pacar gue. Apa lo mau gue janjiin sesuatu?"

Hebi menggeleng, "Gak perlu. Gue gak butuh janji tapi pembuktian."

"Gue bakal buktiin ke lo kok Bi. Buat bawa lo ke hadapan orang tua gue aja gue jabani." Rainer menggerakkan pelan tangan Hebi yang tengah dia genggam, "So, apa jawaban lo, Bi?"

Hebi mengangguk dengan hati berbunga-bunga. Rainer yang kepalang senang pun tiba-tiba menggendong Hebi, membawa tubuh mereka berputar-putar. Menghadirkan riuh seluruh anggota RT yang ada di sana. Kecuali Jenaro yang titik fokusnya jatuh pada senyuman Oife.

➖➖➖

Jenaro meminta seluruh anggotanya untuk berkumpul dan duduk di lantai membentuk lingkaran besar yang di tengah-tengahnya terdapat meja juga dua kotak berukuran sedang di atasnya. Masih di area kolam renang yang menghantarkan pandangan mereka ke arah langit bertabur bintang.

Cowok yang sudah melepas celana jeansnya dengan celana santai sebatas lutut berdiri di dekat meja, mengarah tepat di mana Oife duduk. Di belakang Oife sudah pasti ada Galan yang katanya siap menjadi tamengnya kalau terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.

Jenaro mendengus kasar sebelum mulai menjelaskan tujuan dia mengumpulkan semuanya di sini. Jenaro menatap datar satu persatu wajah di sana.

"Sebagai penutup dari acara pelantikan ini, atas kesepakatan kita bersama, gue akan bawain sebuah game yang setiap tahun selalu ada di kegiatan RT. Di depan gue ada dua kotak berisi gulungan kertas. Satu kotak berisi nama-nama kalian. Dan satunya lagi berisi tantangan yang akan kalian jalani." Jenaro memutar arah tubuhnya untuk memastikan jika anggotanya memokuskan diri padanya, "Sistem permainannya gue yang nentuin. Jadi, siapapun yang mendapat giliran pertama mengambil kertas namanya beserta kertas tantangannya, harus menunjuk satu orang yang akan menjalankan tantangan tersebut. Gak boleh nolak apalagi mundur dari permainan. Gue gak butuh orang-orang pengecut di RT."

Jenaro melanjutkan, "Ada beberapa aturan lagi yang harus kalian pahami dan kalian dilarang protes. Siapapun nama yang udah kena, kertasnya wajib dimasukkan lagi ke dalam kotak. Artinya ada kemungkinan nama kalian akan dapat lagi. Dan yang menjalankan tantangan gantian mengambil bagiannya lalu kembali memilih siapa yang harus menjalankan tantangan tersebut."

"Paham semua?"

"Paham!" serentak mereka.

Jenaro menambahi, "Kalo semisal ada yang keberatan sama tantangannya, kalian bisa bebas kalau ada yang rela menggantikan kalian. Sampai sini ada yang mau ditanyakan?"

Mereka menggeleng dan permainan pun dimulai. Jenaro yang menjadi penentu awal dengan meraih dua gulungan sekaligus kemudian memberikannya pada Saguna untuk dibacanya.

Perlahan, Saguna membuka kedua gulungan lalu menjeda menyebutkan tulisan di kertasnya. Cowok itu malah tertawa. Bermaksud mengejek seseorang yang akan dia sebutkan ini.

"Maxen. Tantangannya yaitu melempar sepotong kue ke wajah si penerima tantangan," ucap Saguna, kepalang senang. Tampaknya cowok itu tidak memahami arti perkataan Jenaro di menit sebelumnya.

Maxen jelas saja langsung berdiri dan dengan bangganya karena mendapat giliran pertama. Tak membutuhkan waktu bermenit-menit untuk Maxen menunjuk seseorang yang bisa dibilang sebagai korban.

"Gue pilih Saguna!" serunya bersemangat. Saguna yang telat mikir pun semakin tertawa kencang. Membuat yang lain ikut tertawa, tak terkecuali Jenaro yang segera membekap mulutnya guna meredam suaranya.

"Eh dodol, bukan gitu aturannya! Lo tuh sebenarnya ngerti gak sih jalan permainannya?"

Maxen manggut-manggut santai lalu melirik Jenaro, "Maaf, Bos, otak Saguna ketinggalan di kamar. Dan, ya, gue tetap pilih Saguna," ujarnya menahan tawa.

Sepotong kue tak lama disediakan Jena yang Jenaro tunjuk sebagai penanggung jawab. Saguna yang baru saja mendapat pencerahan dari Rain pun misuh-misuh di posisinya.

"Gak bisa gitu lah! Ganti-ganti! Gue kan gak tau kalo sistemnya begini!"

Maxen menoyor kepala Saguna, "Makanya jangan goblok lu jadi orang! Hadeh, bikin malu Om Narto sama Tante Gebby aja lu!"

"Bisa kita lempar muka Saguna pake kue sekarang juga?" desis Jenaro membuat keduanya menyengir lebar. Di tangan kanan Maxen sudah ada kue penuh krim sementara Saguna berdiri pasrah di hadapan Maxen yang secepat kilat melayangkan kue itu ke wajah Saguna. Tidak memberi aba-aba alhasil matanya terkena krim.

"Sialan lu, Xen! Tidur nanti gue bacok lu! Awas aja!" sungut Saguna seraya berlalu, ingin membersihkan wajahnya.

"Gak takut, wleee!" ejek Maxen, kembali ke tempat duduknya.

Setelah Saguna kembali, Jenaro menyuruhnya mengambil dua kertas dan membukanya. Seringai tipis terukir di sudut bibirnya. Jenaro memerintahkan Saguna untuk membacanya keras-keras.

"Jenaro. Tantangannya yaitu mewarnai rambut dengan cat semprot permanen warna hitam."

Sudah tahu kan Jenaro memilih siapa? "Oife. Gue pilih Oife."

Oife yang namanya disebutkan pun maju dengan wajah angkuhnya, "Gue tau ini bagian dari rencana lo. Dipikir semudah itu apa gue menyerahkan rambut berharga gue ini untuk lo ubah-ubah? Mimpi aja sana! Gue gak mau!"

"Ingat, lo dilarang nolak." Jenaro bersidekap.

"Tetap aja gue gak mau. Siapa lo berani ngatur gue?"

Jenaro tersenyum sinis, "Jangan-jangan lo berharap salah satu diantara cowok-cowok ini ada yang mau ngumpanin dirinya demi lo? Kalo memang tebakan gue bener, mending lo ucapin selamat tinggal sama rambut perak lo ini! Karena apa? Karena gak akan ada yang mau ngegantiin lo! Yakali rambut udah hitam mau dihitamin lagi. Emangnya lo?" ujarnya skeptis.

"Siapa bilang gak ada?" Entah kapan bergeraknya, Galan tahu-tahu sudah berdiri di belakang Jenaro. Sorak-sorai menggema nyaring. Menyenangkan disuguhi pertunjukan sengit ini. "Cepat cat rambut gue."

Jenaro menarik satu sudut bibirnya ke atas, "Yakin lo?"

"Gak usah bacot. Lakuin aja. Kasihan Oife berdiri terus."

Oife menggeleng, "Lan, jangan. Biar gue aja. Tantangannya kan buat gue bukan buat lo."

Galan mengusap lembut rambut Oife, "Gue tau lo sayang banget sama warna rambut ini. Gue gapapa kok. Masalah kecil doang gue mah bisa nanganinya."

"Lo serius?"

Anggukkan mantap, menyakinkan Oife bahwa Galan adalah sosok yang sama baiknya dengan Ibunya. Pahlawan Oife.

"Thanks, ya, Lan."

"Udah sewajarnya gue ngelindungi apa yang ada di diri lo. Gue itu laki-laki. Gak tau sih kalo cowok di depan lo jenis kelaminnya apaan," sindir Galan, menusuk hati Jenaro.

Jenaro mendengus sembari melakukan perubahan terhadap rambut Galan. Rambutnya yang tadinya berwarna kecoklatan sudah berubah hitam karena kerjaan Jenaro.

Berhubung Galan yang menggantikan Oife, Jenaro menyuruh Galan untuk mencabut dua kertas.

"Oife. Tantangannya yaitu minum alkohol satu gelas dalam sekali tegak."

Oife yang hendak menjatuhkan bokongnya ke sofa empuk, terpaksa maju lagi, "Gue pilih lo, Jenaro. Mudah, kan?" ujarnya merasa sesak saat rasa benci Jenaro padanya semakin tidak terkendali.

Butuh tiga detik cairan putih itu membasahi tenggorokannya. Jenaro menatap Oife dengan tatapan yang sulit diartikan. Kata-kata pedasnya entah kenapa tidak bisa terangkai. Oife pergi dari hadapannya membuat Jenaro memperhatikan punggungnya.

Semakin larut semakin menghebohkan. Pasalnya ada sebagian dari mereka mendapatkan tantangan yang susah adapula yang asik di jalankan. Jenaro memutuskan kertas di tangannya ini yang terakhir.

"Rain. Tantangannya yaitu mengambil bola lampu di dasar kolam renang," ucapnya menyeringai.

Rain yang dapat giliran langsung menunjuk Galan yang mematung di tempatnya. Bisik-bisik pun terdengar nyaring sampai ke telinga Oife.

Kayaknya Rain sengaja deh milih Galan buat ngelakuin tantangan ini.

Gilasih, Rain kan tau Galan itu sepupunya Naro. Kenapa dia gitu banget sih?

Jelas-jelas Rain tau kalo Galan gak bisa berenang.

Palingan ulahnya Jenaro.

Ketebak sih. Hubungan Galan sama Jenaro kan emang gak pernah baik.

Kening Oife mengerut dalam. Emang ada apa sih antara Galan sama Jenaro? Hubungan mereka apa sekacau itu sampai Jenaro membenci Galan?

Tatapan Oife terus mengintai pergerakan kaku Galan yang seolah-olah ingin menolak. Jujur saja, Oife tidak tega Galan dimainin begitu.

Oife berbisik di telinga Hebi, "Galan beneran gak bisa renang, Bi?" tanyanya.

"Untuk dalam urusan olahraga dan bela diri Galan jago. Tapi berenang Galan lemah. Galan pas SD pernah tenggelam di kolam sampe hampir sepuluh menitan gitu. Untung aja Om Bagas datang tepat waktu. Kalo gak dia udah meninggal kali," papar Hebi.

"Kasihan banget Galan." Oife memandang tak suka Jenaro yang terlihat puas.

Galan berhenti di depan Jenaro, "Ternyata lo gak bisa diremehin, Ro. Dan buat lo, Rain, gue gak pernah nyari masalah sama lo tapi lo kayaknya juga menaruh benci ke gue sampai gak mempedulikan kelemahan gue. Biarpun gue gak bisa, setidaknya gue gak jadi pengecut di depan ketua sialan ini! Gue terima tantangannya!"

Selepas mengatakan itu, Galan melepas kaosnya lalu berjalan ke sisi kolam. Keringat dingin bercucuran di kening dan pelipisnya. Detak jantung Galan memompa kencang. Jari-jari kakinya mendadak lemas.

Saat Galan baru akan melompat, seseorang memegang lengannya. Galan menoleh, menemukan Oife yang tengah memasang ekspresi khawatir.

"Gue yang bakal gantiin lo," ucapnya membuat Galan terkejut. Tidak hanya Galan tapi semua orang.

"Gak bisa!" Jenaro menentang, "Lo gak berhak sedikitpun buat bantu Galan!"

Oife mendelik, "Gila lo ya?! Otak lo korslet apa gimana?! Ini kan memang aturan permainannya!"

"Minggir lo! Galan gak butuh rasa simpati lo!" Jenaro mendorong kasar bahu Oife.

"Lo tuh maunya apa sih?! Gue denger lo sepupunya Galan. Terus kenapa lo bersikap kejam ke dia? Galan salah apa sama lo?" tanya Oife, emosi.

"Kepo banget lo sama hidupnya Galan!" Jenaro berdecih, "Suka lo sama dia?"

Oife mengangkat dagunya lebih tinggi, "Kalo iya emang kenapa? Cemburu lo? Dah, ya, terserah apa kata lo aja. Gue bakal berenang buat Galan. Menyingkir lo dari hadapan gue!"

"Gue gapapa kok, Oife. Lo tenang aja gue gak akan mati malam ini." Di saat lemah begini pun Galan masih sempatnya tersenyum lembut ke arah Oife.

Oife menggeleng cepat kemudian dengan ligat meloloskan kaos yang dia pakai. Menyisakan bra hitam juga celana pendeknya yang bikin puluhan mata di sana tercengang. Jenaro saja menganga lebar. Bukan untuk mengagumi ciptaan Tuhan di depannya ini melainkan keberanian dan ketidakmaluan Oife. Bagi Oife sih sudah biasa. Waktu di Inggris pun Oife selalu memakai bikini kalau mau berenang.

Tapi, ini di Indonesia lho. Budaya timur. Oife tidak merasa malu sama sekali.

Ya, namanya juga Oife Katrina. Mana punya urat malu. Kalaupun punya, mungkin udah putus.

Oife terjun langsung ke dalam air. Jenaro mengepalkan tangannya dan Galan di sampingnya, spechless. Oife nekat juga. Galan mengulum senyum.

Lima menit.
Sepuluh menit.

Tidak ada tanda-tanda munculnya Oife. Hebi panik apalagi Galan yang ingin sekali menyusul Oife. Saat kaki Jenaro menapak di tepi, kepala Oife menyembul keluar. Suasana menegangkan beralih rileks. Bola lampu berada di genggaman Oife, dia tunjukkan ke Galan yang menampilkan deretan gigi putihnya.

Jenaro terbakar amarah lalu mengambil asal jaket yang Bella sampirkan di pundaknya. Kemudian nyebur ke kolam, menghampiri Oife. Oife diam saja saat Jenaro membungkus tubuh terbukanya dengan jaket tersebut.

"Dasar cewek sinting lo! Lo pikir udah bagus banget bentuk tubuh lo sampe lo umbar-umbar gini?!" ketus Jenaro.

"Kan, kenyataan."

Jenaro menghela napas, "Sakit jiwa lo?"

"Gue udah pernah masuk RSJ, btw."

Tak mengindahkan sindiran Oife, Jenaro berujar tegas, "Karena lo buka baju sembarangan, lo dapet hukuman dari gue."

"Oke, gue siap."

Jenaro berbisik pelan namun efeknya di Oife dahsyat sekali. "Kalo gitu lo udah resmi jadi pacar seorang Jenaro Kastara Roqu. Jangan coba-coba buka baju lo lagi di depan gue dan yang lain atau lo akan tau akibatnya."

➖➖➖

Tim #Jenaroife atau #Galanoife

Oife Katrina

Jenaro Kastara Roqu

VS

Galan Anjaksa

Continue Reading

You'll Also Like

1M 85.9K 80
[GENORAZORS SERIES 1] Kazanta Ellardio Dawana, sosok jenius yang menyembunyikan segala keburukannya dibalik prestasinya yang menganggumkan. Semua ora...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

4.3M 252K 54
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
116K 6.4K 25
[Follow Sebelum Membaca Yaa!! Gracias!!] Kehidupan seorang Gavin itu penuh misteri. Di hidupnya tidak ada warna lain selain hitam dan abu-abu. Semuan...
1.8M 194K 52
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...