Hari ini Shasha sama Renjun harus bimbing anak kelas 11 ngerjain soal buat olimpiade sebentar lagi. Jadinya, mereka nggak bisa istirahat dan makan siang.
"Bang, yang ini masi bingung." Renjun yang dari tadi ngeliatin HP nya yang langsung ditaro dan fokus natap soal di lembar latihan soal OSN fisika punya Esa, anak kelas 11 IPA 4.
"Oh ini sih gampang." Renjun diem sebentar, nyari kertas jelek buat coretan dan nggak lama kemudian kertas putih kosong itu udah penuh sama angka. "Jadi kalo ngadepin yang begitu caranya kaya gini. Kan di soal ada keterangan jika setelah menempuh jarak 60 m mobil A melambat dengan besar perlambatan yang sama dengan besar percepatan ketika awal perjalanan, kapan dan di manakah mobil B berhasil menyusul mobil A?
Waktu yang diperlukan mobil A menempuh 60 m adalah:
x = 2t + 1/4t2
60 = 2t + 1/4t2
t2 + 8t - 240 = 0
(t + 20)(t - 12) = 0
Ambil t = 12 sekon.
Jarak tempuh A dan B masing-masing saat t = 12 s adalah
xoA = 60 m
xoB = 4t = 4(12) = 48 m
Kecepatan mobil A dan B masing-masing t = 12 s adalah:
VtA = vo + at = 2 + (0,5)12 = 8 m/s → menjadi Vo untuk gerak sejak diperlambat
VB = 4 m/s konstan
Waktu yang diperlukan mobil B menyusul mobil A sejak diperlambat adalah
xA = xB
xoA + VoA t - 1/2 a t2 = xoB + VB t
60 + 8t - 1/2 (0,5)t2 = 48 + 4t
12 + 4t - 1/4t2 = 0
t2 - 16t - 48 = 0
Dengan rumus ABC diperoleh t = (8 + 4√7) sekon
Dalam waktu (8 + 4√7) sekon tersebut jarak tempuh B adalah 4(8 + 4√7) = 32 + 16√7 meter.
Sehingga dari awal gerak waktu yang diperlukan adalah 12 + (8 + 4√7) = 20 + 4√7 sekon pada jarak 48 + (32 + 16√7) = 80 + 16√7 m ≈ 122,33 m.
Cecking jarak tempuh mobil A dari mulai diperlambat untuk t = 8 + 4√7 sekon :
x = Vot - 1/2 at2
x = 8 (8 + 4√7) - 1/2 (1/2)(8 + 4√7)2 = 148,66 - 86,33 ≈ 62,33 m
Jarak dihitung dari awal gerak dengan demikian adalah 60 + 62,33 = 122,33 m. Gitu, simple sih ini sebenernya, dek. Lo udah paham kan?"
"Ooh, iya iya ngerti Bang. Thanks ya."
"Sisanya kerjain dirumah aja ya? Atau kalau butuh bantuan lo WhastApp gua aja. Soal olimpiade emang rada rumit tapi sebenernya penyelesaiannya sama aja kaya soal biasa. Lo cuman harus paham sama inti pertanyaannya aja."
"Iya, bang. Duh, gua takut. Soalnya olim sebelumnya lu yang maju hasilnya bagus. Jujur gua takut ngacurin harapan guru."
"Ga apa-apa kok, gua udah tau lo berusaha keras. Jadi apapun hasilnya jangan berkecil hati. Kelas 11 yang dipilih fisika lo aja nih?"
"Sebenarnya kelas gua ada yang lebih pinter. Tapi dia sakit, jadinya gua yang dipilih."
"Oh, berarti lo udah orang pilihan. Jadi jangan putus asa dulu."
"Oke bang, thanks yoo. Gua balik ke kelas. Duluan kak Sha."
"Eh, iya duluan aja Esa." Shasha melambaikan tangannya kemudian lanjut menghadap Jihan. Peserta olimpiade biologi. Kayaknya dari tadi asik banget itu cewek berdua ngerjain soal.
Sementara Renjun, dia terus berdecak sambil mantengin HP.
"Kita udahan dulu ya, Soal yang lainnya kalau ada yang susah tanya aja via chat." Kata Shasha ke Jihan
"Iya kak Sha. Makasih udah kasi waktu ke kantin. Aku laper bangeeeet." Jihan merengek. Shasha ketawa gemes.
Setelah Jihan pergi. Di Lab sisa Renjun sama Shasha berdua doang. Shasha pindah duduk di depan Renjun.
"Kenapa sih? Kok bete gitu?"
"Orang kalo keracunan susu kadaluwarsa bisa mati nggak sih, Sha? Itukan pelajaran biologi, lo pasti tau."
"Wait.. tenang. Kenapa? Ada masalah apa?" Shasha ikutan panik.
"Eng, itu, itu gua, ADEK, iya adek gua semalem keracunan susu kadaluwarsa dan ngeluh sakit perut. Terus sekarang gua chat belum bales. Dia mati nggak ya?"
"Pppffffttttt." Shasha nahan ketawa. Kok Renjun sebodoh ini.... hello? Ini beneran saudara Renjun? Ngga kerasukan?
"Jangan ketawa." Renjun ngambek. Masukin HP ke saku celana. Dia udah nggak peduli lagi yang disana mau bales chatnya atau gak. Beneran gak peduli. Kalo ternyata emang mati ya nanti pulang sekolah dikubur. Gitu batinnya.
"Hmmmm... kalau mati sih enggak deh kayaknya. Mungkin dia masih tidur karena kebanyakan sakit perut?"
"Gak peduli lagi deh gua."
Shasha nyengir. "Maaf, gua nggak maksud ngetawain. Cuman bingung dikit soalmya lo tiba-tiba aneh. Masa iya sih, gitu aja bisa mati."
"Iya iya. Gak usah di bahas."
"Btw Jun, tumben hari ini lo ngga kesel?"
"Maksudnya?"
"Ya dahi lo nggak berkerut kayak biasanya. Belom berantem ya sama Rena?"
"Dia sakit. Nggak masuk."
"OOHㅡ"
"Apasih? Yang tadi gua khawtirin mati itu bukan Rena. Emang adek gua beneran. Gua punya adek."
"Dek.... Rena?"
"SHA PLIS, gua ledakin juga nih lab."
"Ya jangan salting dong!" Shasha ngakak.
"Lo sendiri? Kenapa hari ini? Moodnya bagus banget?" Renjun kepo juga ternyata.
"GUE.... ah malu ah."
"Dih? Sehat lu?"
"Cowok tuh suka diapain si sama ceweknya?" Tanya Shasha.
"Ditemenin belajar? Diajak ngerjain soal bareng? Diajak praktikum fisika bareng?" Jawab Renjun.
"Maksud gua cowok yang normal."
"Maksudnya gua nggak normal, Sha?"
"......Sedikit......"
"Kalo cewek? Harus diapain biar suka sama cowok?" Renjun balik tanya.
"Diajak ngobrol soal organ dalam manusia kali ya? Soalmya gua suka diajak ngobrolin gituan." Sahut Shasha.
"Ternyata lo juga sedikit gak normal." Celoteh Renjun.
Shasha lagi lagi ketawa. "Bayangin kalo kita ternyata jodoh."
Renjun diem. Ngetuk-ngetukin pensilnya ke meja. "Hidup gua pasti lebih baik sih kalo punya jodoh kayak lu, soalnya lu pasti nggak akan nyusahin gua."
"Bener banget. Tapi lo suka dimanja nggak sih? Kayak misal ditempelin banget sama cewek gitu?"
"Nggak. Ngerepotin banget cewek yang kayak gitu."
"Ih gak seru lo, beda sama seseorang." Shasha senyum-senyum sendiri.
"Apasih? Siapa? Si Gafian masa? Lo kan wakt itu bilang kaloㅡ"
"Ssst, iya iya jangan diterusin. Jadi.....gua.....udah....pacaran...sama dia."
"SUMPAH. GERAK CEPAT BANGET. Gimana ceritanya? Kapan?"
"Ya gitu.... di jepang weekend kemaren."
"Apa...?"
"Iya...Jepang...????"
"Kalian....weekend liburan sekolah hari sabtu minggu itu ke jepang...????"
"Iya...???? Ada yang salah?"
"Nggak sih. Tapi... rada kaget gua."
"Ih kenapa. Itu deket tau. Jangan bikin gua merasa kaya raya banget dong Jun. Ish!"
"Kalo lo berdua sama gua di lab dia nggak marah?"
"Gafian ngerti kok gua emang kayak gini. Dia punya temen deket juga. Aisha itu, tapi gua juga nggak apa-apa sih kalau mereka deket. Soalnya emang sahabat."
"Lah! Iya! Dulu anak-anak sekelas perna gosipin Gafian sama Aisha tau. Gua kira emang tuh berdua pacaran. Taunya sama lu jadinya."
"Ih masa sedeket itu si?"
"Banget. Ya tapi lo percaya aja sama cowok lo. Dia juga di kelas deket sama Aisha sama Nancy aja. Soalnya kayak udah komplotan gitu."
"Oooh, Jun...."
"Apa? Dih, kok ngeliatin gua kayak gitu. Lo ada maunya ya?"
"Bantu awasin Gafian dong." Ucap Shasha sambil mukanya kayak gini :;(
"Gak gak gak, males ah. Inikan rumah tangga lo. Ngapain gua ikut campur."
"Pleasee... nanti gua bantu juga urusan rumah tangga lu..."
"Gak."
"Tapi gua tau caranya biar disukai cewek kayak Rena."
"... gimana?"
"Bantu awasin Gafian atau gak dikasih tau?"
"Ck. Gak jelas. Gausah dikasih tau juga gak masalah. Lagian ngapain gua mau tau soal itu." Renjun berdiri. Mau balik ke kelas.
"Cewek cuek kayak Rena suka di perhatiin dan dibaikin. Sesekali puji dia dan..."
Renjun berhenti di ambang pintu. "Dan apa?" Katanya tanpa noleh.
"Dan kita bikin kesepakatan dulu kalo mau tau."
Belum juga Renjun ngejawab. Pas banget Chenle sama Jisung lewat lab berduaan kayak ginjal.
"Cung, bantu bawa buku ini ke kantor. Chenle bantu Shasha bawa bukunya juga ke kantor. Buku guru Biologi."
"Lah......." Chenle mau ngeluh tapi udah ditinggal.
"Yang mana kak yang dibantu?"
"Duh jangan deh nggak apa-apa. Gua bisa kok sendiri."
"Yakin? Ah nggak deh, kurus gitu mana kuat. Yang mana buku gurunya, Ale bantu bawa."
"GAK usah ya gak usah!" Shasha tiba-tiba sensi. Cemburu soalnya Yireon masangin bocah ini sama Gafian.
Chenlenya langsung :o :o :o :o alias bingung tiba-tiba di bentak.