My D || Backstreet (END) ✅

By S_Cha10

659K 27.7K 594

you're mine, I'm your's ~ whatever, up to you.. ~ Diandra Stefalina More

Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 15(2)
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Info
Bab 22
Bab 23
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30 (End)
CLARA IS CLARA
|| Keytrine ||

Bab 24

10.3K 520 26
By S_Cha10

***

Bagas dan Syila baru saja memasuki area kantin. Bagas tak ingin melibatkan Syila namun gadis itu tetep kekeuh ingin ikut mencari kenapa kedua sahabatnya tidak masuk hari ini bahkan tampa kabar.

Bukan tidak masuk tapi pikiran mereka mengatakan, jika keduanya bolos mengingat mobil Clara terparkir cantik di parkiran.

"Del lo tahu kemana Diandra dan Clara bolos nggak?"

Todong Bagas langsung begitu keduanya sampai di meja Deltan dan teman-teman nya berada.

"Bolos gimana, noh mobil Clara aja ada diparkiran." timpal Sandra.

"Karena itu kak. Mobilnya ada orangnya juga nggak ada. Udah aku tanya ke teman sekelas Diandra, dia nggak masuk dari pagi gitu juga Clara yang satu kelas sama Bagas."

Jelas Syila namun tersirat raut khawatir di wajahnya.

Deltan mengepal tangannya kuat kuat. Rahangnya mengeras, ia yakin pasti ada sesuatu yang tidak beres dengan kekasihnya saat ini.

Drtt drtt

Deltan menghentikan langkahnya ketika ponselnya bergetar

My D
Sharelocation

***

Diandra menghela nafas dalam. Ia menatap Clara yang tengah tertidur di atas ranjang dengan tangan yang terikat di kepala ranjang, kondisi nya tak jauh berbeda dengan Clara hanya saja ia duduk di kursi tangan dan kakinya juga terikat.

"Ra bangun dong Ra!" seru Diandra dengan suara tinggi berharap sahabatnya itu membuka mata.

"Percuma lo teriak teriak sampai suara lo habis, tu cewek juga nggak bakalan bangun"

Ujar Arsen santai yang tengah duduk di sofa menghadap Diandra.

" Sen please bebasin Clara. Terserah lo mau apain gue, mau lo bunuh juga terserah deh tapi tolong jangan sakitin sahabat gue. Bebasin dia Sen, dia nggak tahu apa-apa."

"Salah dia sendiri ikut campur."

"Gue mohon sama lo bebasin Clara Sen. Ini salah gue bukan Clara!"

Diandra tak bisa membendung air matanya lagi, Clara gadis itu tak akan pernah ia biarkan tersakiti apalagi karena dirinya.

"Please Sen" pinta Diandra dengan lirih.

Sedangkan Arsen cowok itu menatap miring Diandra, melihat gadis itu memohon dengan deraian air mata seperti itu memberikan ketenangan sendiri dalam dirinya.

"Gue heran kenapa Arkan bego banget, bisa luluh sama cewek kayak lo."

Arsen menatap lekat Diandra, meneliti dari atas hingga bawah apa yang menarik dari diri gadis ini hingga membuat Arsen mengakhiri hidupnya.

"Gue minta maaf tentang Arkan. Gue nggak bisa nerima dia karena gue cuma anggap dia sebatas sahabat Sen nggak pernah lebih."

"Gue nggak peduli sialan!"

"Kalau gue lukis wajah lo dikit aja apa Deltan bakalan tetap mau ya sama lo?"

Diandra merinding mendengar Arsen yang terbahak tampa sebab. Ia paham maksud dari kata- kata Arsen, ia menggeleng kuat. Jangan bilang nih cowok psychopath

"Tapi gue pengen langsung bunuh lo, gimana dong. "
Ujar Arsen dengan nada sedih yang di buat-buat.

"Ya udah bunuh aja, tapi tolong bebasin dan kembaliin Clara dulu kerumahnya. Setelah itu lo bebas mau bunuh gue."

Arsen menimbang-nimbang semua perkataan Diandra.
Ada benar nya juga toh jika gadis itu disini akan membuat nya sakit kepala mendengar suara mercon nya.

" lo pikirin lagi deh Sen. Lo udah Clara, nggak mungkin dia cepet bangun, bahkan dia bangun pun lo pasti udah selesai bunuh gue Sen."

Entah apa yang ada di pikiran Diandra, kenapa gadis itu malah memberi ide yang tentunya akan di setujui Arsen.

" please lo pertimbangin lagi saran gue Sen. Kalau pun Clara melaporkan lo ke polisi itu nggak penting juga kan?, bukan nya yang penting buat lo gue ini mati?"

Tampa membalas perkataan Diandra, Arsen berjalan kearah Clara. Ia menatap Clara dan Diandra secara bergantian, kemudian menarik tubuh Clara menggendongnya lalu membawa nya keluar dari kamar.
Diandra yang melihat itu menghela nafas lega, setidaknya Clara aman sekarang.

Walau ia tak yakin tapi melihat sosok Arsen, ia tahu kalau Arsen akan membiarkan Clara selamat sampai tujuan, mengingat sepertinya otak cowok itu tidak sepenuhnya ada di kepalanya.

***

"Sekarang lo pacar gue!"

Gadis dengan seragam SMA yang kini berada di dalam mobilnya mengernyitkan alis nya bingung. Ia kesini mau menemani adik kembarnya untuk mengambil barang mereka bukan untuk di tembak begini.

Toh ia juga belum di izinkan untuk pacaran oleh orangtuanya, mengingat ia baru saja lulus dari bangku SMP.

"Lo waras?"

"gue nggak menerima penolakan. Sekarang gue pacar lo dan lo pacar gue."

"Gila."

"mulai dari sekarang You're mine, and i'm yours."

"Whatever. Up to you"

Cowok itu menarik ujung bibir nya berlawanan membentuk senyuman manis yang membuat gadis itu tertegun.

Manis dan tampan secara bersamaan.

"Kalau gitu hati-hati pulang nya sayang."
Tangan besar itu mengacak lembut rambutnya tak lupa senyuman yang masih belum luntur dari wajah cowok itu.

Untuk pertama kalinya Diandra melawan perkataan orangtuanha terlebih sang mama yang menentang keras dirinya untuk berpacaran.
Senyuman itu, senyuman yang membuat jantung nya bertalu talu untuk pertama kali,
Wajah itu, wajah yang pertama kali selalu melayang layang di kepala seorang Diandra.

Niat awal ingin mengantar adiknya pulang pulang ia malah mengubah status single nya menjadi official. Bahkan dengan orang yang tak pernah ia kenal, ia hanya tahu jika lelaki yang beberapa menit lalu mengikatnya itu kakak dari teman adik kembarnya.

Deltan dapat merasakan detak jantung nya yang kian cepat seiring bertambah nya rasa khawatir dan gelisah yang membuncah dalam dirinya saat ini.

Lokasi yang di kirim Diandra beberapa saat lalu berada di wilayah yang cukup jauh dari jangkauan keramaian.

"Del lo tenang. Kita pasti nemuin Diandra dan Clara. Kalau lo sendiri panik gini bukan nya nyelamatin Diandra malah kita nyampe di kuburan nyet!" kesal Agam melihat  bagaimana gilanya Deltan membawa mobil saat ini.

Ia merutuki dirinya yang setuju main masuk aja ketika Deltan menyuruhnya untuk ikut tampa melihat kondisi ia menyetujui Deltan menyetir, hingga ini yang ia rasakan jantung nya terasa seperti mau keluar dari wadahnya.

"Del gue masih mau ngubah status gue di KTP  SIALAN!" pekik Satrio ketika Deltan tiba-tiba menyalip mobil di depannya dan hampir meyerempet.

"Kenapa nggak lo aja sih Gas yang nyetir!" kesal Agam.

"Udah dong kalian jangan ribut, nanti Kak Deltan nya nggak bisa konsetrasi " seru Syila yang mendapat  tatapan tajam dari ketiga cowok tersebut.

Syila hanya bisa meringis ngeri. Ia sebenarnya juga takut tapi rasa takut kedua sahabatnya kenapa-knapa lebih mengalahkan rasa takut di mobil Deltan.

Di sisi lain Arsen menatap Diandra yang juga menatap kearahnya.
Ia sudah menyuruh seseorang untuk mengantar Clara dengan selamat sampai tujuan,

"Segitu cinta nya ya lo sama Deltan?"

Pertanyaan itu terlontar dari bibir Diandra begitu saja.

" lo nggak tahu bagaimana gue memuja Deltan dari dulu bahkan sebelum lo masuk dan mengacaukan segalanya."

" yahh nggak heran sih, cowok gue itu tampan banget pantas aja lo juga suka sama dia, walau dingin banget sih."

"Banyak yang suka sama dia. Tapi dari sekian orang yang menyukai nya cuma gue gadis beruntung yang berada di hatinya. Lo tahu bahkan Sandra yang lebih lama mengenal Deltan aja masih kalah sama gue, padahal gue mah biasa aja. "
Lanjut Diandra tersenyum lirih.

"Tampa lo culik gue pun, gue bakalan pergi dari kehidupan Deltan. Lusa gue udah pergi dari indonesia, mama tahu gue pacaran dan dia marah besar. Dia nyuruh gue ketempat oma. "

Arsen menatap lekat mata gadis itu yang sepertinya tengah menanggung beban berat.
Rasa tak tega membucah di hatinya.

" gue tahu lo orang yang baik, hanya saja sedang salah arah. Di luar sana banyak gadis yang ngejar ngejar lo tampa harus lo bersusah payah seperti lo mengejar Deltan yang bahkan sampai kapan pun dia nggak bakal natap lo."

Arsen mengeram marah. Ucapan Diandra tepat mengenai hatinya. Selama ini ia tahu ia tak akan pernah berhasil mencapai keinginan nya hanya karena dia yang berbeda jalan sedangkan Deltan tidak.

Entah apa yang ada di pikiran Arsen, ia melangkah mendekati Diandra. Pisau lipat yang ada di tangan nya memotong tali pengikat tangan dan kaki gadis itu.

Diandra tersenyum manis yang membuat Arsen tertegun. Pisau lipat itu seketika jatuh dari genggamannya.

"Gue tahu lo itu cowok yang baik Sen. Lo tahu sebenarnya orang jahat itu nggak ada, hanya saja orang yang lagi tersesat ada. Lo nggak jahat lo hanya butuh seseorang untuk membimbing lo kembali." ujar Diandra lembut seraya mengusap rambut cowok itu gemas

"Coba kalau gue nggak sama Deltan pasti gue masuk jajaran cewek cewek penggemar lo di sekolah" lanjut Diandra seraya terkekeh geli.

"Lo..lo.."

Suaranya tercekat, Arsen tak tahu dampak yang di berikan Diandra sebesar ini kepadanya. Jantungnya berdetak begitu cepat, tubuhnya terasa kaku bahkan ketika gadis itu beranjak dari duduknya berjalan kearah tas nya pun Arsen masih tetap diam.

Bahkan hingga beberapa menit berlalu Arsen masih berada di tempatnya menatap lekat tubuh Diandra dari arah belakang.

"Deltan sebentar lagi akan sampai disini. Lebih baik lo pergi sekarang."

Ujaran Diandra itu menyadarkan Arsen dari pikiran nya.

"Apa lo bilang? Kenapa—"

"Gue kirim lokasi ke Deltan!"

Kini nada bicara Diandra berubah sedikit datar.

"Pergi sekarang Sen! Demi keselamatan lo. Please Sen!" tegas Diandra.

Arsen menatap tak percaya kepada gadis itu. Kenapa Diandra malah memikirkan keselamatan nya padahal.ia telah berbuat jahat kepada gadis itu.

"PERGI SEKARANG BANGSAT!!"

Arsen membola kan matanya ketika melihat wajah Diandra yang kini berurai air mata. Bukan itu tapi di tangan gadis itu, pisau milik nya berada di tangan Diandra  dan sekarang pisau itu mengarah kearahnya.

"Diandra ok ok gue pergi. Buang pisau itu Ra!"
Arsen merasa was was dan juga khawatir secara bersamaan.

"Gue pergi fine!"

Arsen melangkah mundur menuju pintu, sedangkan Diandra terus melangkah pelan kearahnya. Hingga pintu itu tertutup.

Klekk

Pintu itu pun terkunci. Diandra gadis itu terduduk di lantai dengan isakan yang semakin kuat, tubuhnya bergetar hebat dengan bersandar ke pintu.

Maaf maaf maaf maaf maaf..

***

Continue Reading

You'll Also Like

585K 62.1K 38
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
545K 20.3K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.1M 112K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
877K 38.4K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...