Naefa [Selesai]

Teh_indy által

253K 10K 1K

WARNING❗SEDANG DIREVISI SECARA BRUTAL❗ 15+ "Akhh...akhh" Nata "jangan mendesah didepan gue!!" Reyfefa "akh ak... Több

salam kenal
(1) Gadis mesum.
(2) Murid Baru.
(3) Awal dari Akhir.
(4) Keluarga Hollander.
(5) Modus
(6) Si sombong.
(7) Pesan tak bertuan.
(8) Sandiwara belaka.
(9) Di kibulin.
(10) Koleksi barang Brended.
(11) Panggilan pesta.
(12) Pilih Akhtar atau Gavin?
(13) Dua-duanya lah!
(15) Si ketua Osis.
(16) Tatapan yang mendebarkan.
(17) Kecupan Pertama
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
vote cover yuk!
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
Q&A
Ekstra Chapter.
NAEFA 2
Character
Cerita Balu
INFO PENTING!

(14) Teringat masa lalu.

3.7K 252 27
Teh_indy által

Hai gaesss,gimana kabar kalian hari ini? Semoga sehat selalu yah:)

Jangan lupa pencet bintang,ramaikan juga kolom komentar okee😘😂

Happy reading:)

--------------------------------------

"Bunda Risna?!" pekik pemuda itu setelah beberapa saat terdiam. Membuat Elyana seketika mengernyit. Siapa pemuda ini? Mengapa bisa mengenal nama panggung miliknya saat ia masih menjadi pianis di Amerika sana? "Ini beneran Bunda Risna kan? Pianis terkenal itu?" lanjutnya tak percaya.

"Iya saya sendiri, kamu siapa yah? Dan ada perlu apa datang kemari?" tanya Elyana.

"Kan benar, saya Akhtar Bun, temannya Glen. Saya ngefens banget sama Bunda." ujar Akhtar antusias menyalami wanita di depannya.

"Oh iya kah? Padahal saya sudah tua loh, masih disukai anak muda ternyata," ucap Elyana tertawa renyah. Tak menyangka bahwa ia memiliki fans anak muda. Karena di zaman sekarang ini, jarang sekali anak seumuran Akhtar-yang ia taksir seumuran dengan Glen-menyukai musik melodis seperti piano. "Oh iya ayo masuk." Keduanya berlalu masuk. Saat sudah sampai di ruang tamu, Akhtar berhenti melangkah. Elyana yang menyadari itu pun ikut berhenti dan menoleh.

"Kenapa berhenti di situ? Ayo ke ruang tengah saja." ujar Elyana. Sedangkan Aktar sendiri hanya terdiam, ia masih tidak percaya bisa bertemu langsung dengan pianis wanita yang amat sangat ia segani.

"Haduh kamu cowo harus cool dong, jangan bengong begitu ayo." Akhtar langsung tersadar. Ia pun segera mengikuti Elyana ke ruang keluarga.

"Duduk dulu Nak, bunda panggilkan Glen sebentar." ucap Elyana. Ia pun berlalu menaiki tangga menuju kamar Glen. Sedangkan Akhtar kembali hanyut dalam lamunannya.

"Si Cesum anak Bunda Risna? Gila hampir copot jantung gue, kaget! Kalau iya berarti dia anak dari pengusaha terkenal Reynald Hollander dong?" batin Akhtar. Dia  tidak menyadari bahwa orang yang baru saja ia sebut kini berada tepat di depannya--sedang berkutat dengan sebuah stik game.

Elyana Anjarisna, adalah seorang pianis terkenal asal Jerman yang meniti karir di New york, Amerika Serikat. Namanya sangat populer dikalangan para pecinta musik melodis seperti piano dan menjadi salah satu pianis tervaforit di sana. Dan Akhtar menjadi salah satunya.

"YES GUE MENANG!!!" Akhtar berjengit saat mendengar teriakan seseorang. Saat itu pula dirinya baru menyadari bahwa ia tidak sendiri di sana.

"Parey harus traktir abang beli vidio game sepuasnya! Uhuy!" seru Azfer berdiri dan bergoyang-goyang.

"Ya ya ya, Papa akan tepati itu." sahut Reynald sedikit mendengus. Ketika ia menoleh kebelakang, ia pun terkejut melihat ada orang tak dikenal tengah duduk seorang diri.

"Eh ada tamu, sudah lama?" tanya Reynald berjalan menghampiri Akhtar. Lantas pemuda itu langsung berdiri menyalami Reynald.

"Nggak kok Om, baru aja sampai." jawab Akhtar sopan. Dari ia kecil, tata krama sangat dijunjung tinggi dikeluarganya.

"Wih kita ketemu lagi Bro, lo teman adik gue kan yah?" Kali ini suara Azfer yang menyapa.

"Iya Bang gue yang waktu itu ke sini." sahut Akhtar.

"Ternyata lo kuat yah berteman sama adik gue. Bagus deh, pertahanin itu." ucap Azfer menepuk-nepuk bahu Akhtar. "By the way, lo suka nge-game nggak?"

"Suka dong Bang, jaman sekarang mana ada sih cowo yang nggak suka game? Jarang." ucap Akhtar mengibaskan tangan.

"Haha Good boy, ayo lah gass main!" Keduanya pun langsung menghadap ke layar monitor untuk memulai petualangan mengabaikan Reynald yang kini terdiam sendirian.

"Ternyata begini rasanya diabaikan. Kasihan istriku." gumamnya. Ia teringat akan sang istri yang sering kali bernyanyi tidak jelas saat ia dan sang anak bermain game. Ternyata itu alasanya, kesepian. Reynald pun memilih duduk membaca sebuah majalah.

Tak berselang lama, akhirnya yang ditunggu-tunggu keluar juga. Elyana menuruni tangga diikuti oleh sang anak di belakangnya. Saat sudah sampai di depan Reynald,

"Huh anak gadismu itu gemar sekali  membuatku naik darah!" ucapnya pada Reynald. Saat pria itu menoleh kebelakang, seketika matanya melebar tak percaya.

"MASYAALLAH ANAK PAPAH!!" pekiknya keras sampai Elyana mengelus dada terkejut. Begitupula dengan Akhtar dan Azfer yang langsung menoleh penasaran. Glen yang dipuji sang papa pun tersenyum manis. Seketika waktu seakan berhenti, semua mata tertuju pada gadis cantik yang kini berdiri tidak jauh dari Elyana.

"Itu beneran adik gue? Gila ko cantik sih?" batin Azfer.

"Cantik." Satu kata yang keluar dari mulut Akhtar mampu mengalihkan pandangan semua orang. Akhtar yang menyadari itu pun reflek menutup mulutnya.

Bagaimana mereka tidak terkejut? Glen yang saat ini, sangat berbeda dengan Glen yang biasanya. Saat ini Glen mengenakan dress potongan berwarna navy dengan rambut bergelombang yang digerai bebas. Tak lupa sedikit polesan make up di wajahnya yang membuat ia semakin terlihat menawan.

Dress yang diapakai Glen.

"Lama nggak Beb? Maap nih tadi susah berak, jadi lama deh." Duar! Rasa kagum yang sempat hinggap langsung menguap. Glen tetaplah Glen yang bobrok. Kini semua orang menatap datar gadis itu.

"Hahaha biasa aja dong tuh muka." ujar Glen terkekeh. Mendengar itu, mereka reflek memutar bola mata malas membuat Glen kembali tertawa.

"Kalian kok kompak banget sih? janjian yah?" ucapnya tersenyum geli.

Bugh! Satu bantal melayang mengenai kepala Glen. Ia pun melotot kearah sang abang dan berniat ingin membalas. Tetapi baru saja mulutnya terbuka, sang papa langsung menyeru menghentikannya.

"Sudah sayang jangan hiraukan Abangmu. Sana berangkat, kasian temanmu sudah memunggu lama." Dengan terpaksa Glen mengangguk.

"Awas lo Bang! Gue sambit asbak nanti!" ujar Glen berlalu keluar disusul Akhtar setelah mereka berpamitan pada Reynald maupun Elyana.

Mobil Akhtar, anggap itu halaman rumah.


"Mobil lo lumayan, boleh lah adu." ujar Glen sambil masuk ke dalam mobil. Akhtar hanya melirik tanpa ada niatan membalas. Ia pun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Setengah jam berlalu, akhirnya mereka sampai disebuah gedung mewah. Di sana sudah banyak mobil yang terparkir rapi. Glen dan Akhtar langsung turun dari mobil. Saat sudah sampai di depan pintu ruangan, Glen menyelipkan tangannya diantara tubuh dan lengan Akhtar. Reflek pemuda itu menoleh kearah Glen, menatapnya cukup lama. Glen yang merasa diperhatikan pun ikut menoleh dan tersenyum kearah Akhtar. Senyuman teduh yang menenangkan.

"Kenapa sama jantung gue? Ko jedag jedug ya." batin Akhtar. Tak mau larut semakin dalam, ia pun mengalihkan pandangan kemudian mulai berjalan kearah pasangan paruh baya yang merupakan pemilik acara.


"Ah putra Giessen, lama tidak berjumpa." ucap laki-laki paruh baya tersebut

"Senang bertemu dengan kalian Mr. and Mrs. Aditama." Akhtar berjabat tangan dengan keduanya diikuti oleh  Glen.

"Cantik sekali kamu Nak, tunangan atau pacar nih?" ujar wanita paruh baya di depan mereka. Akhtar terdiam bingung harus menjawab apa. Karena memang tidak ada hubungan spesial diantara mereka.

"Ah terimaksih Mrs, dia pacar saya." jawab Glen tersenyum anggun.

"Pacar ternyata, kalian serasi semoga sampai kepelaminan yah." ucap wanita tersebut tersenyum hangat. Yang mana hanya ditanggapi senyuman oleh Akhtar maupun Glen.

"Saya dan istri saya permisi dulu, ingin menyapa tamu yang lain." ujar Mr. Aditama.

"Silahkan dinikmati pestanya." ucap Nyonya Aditama menimpali sebelum mereka berlalu meninggalkan Glen dan Akhtar.

"Apa maksud lo pacar?" tanya Akhtar kepada Glen.

"Yakan itu orang cuma kasih dua pilihan, pacar atau tunangan. Kalau gue jawab tunangan, nanti ribet urusannya. Kalau nggak dijawab kesannya itu kaya orang bego tahu nggak. Diam aja ditanya." jelas Glen panjang lebar.

"Terserah." sahut Akhtar ketus membuat Glen terkekeh.

Setelah berkeliling sebentar menjelajahi bagian makanan, mereka memutuskan untuk duduk ditempat yang sedikit jauh dari kerumunan.

"Lo tunggu di sini, gue mau ke kamar mandi sebentar." Pamit Akhtar yang hanya dijawab anggukan oleh Glen. Saat Akhtar sudah berlalu pergi, ada seorang laki-laki muda duduk di samping Glen.

"Wow ratu jalanan bisa ada di pesta ternyata." ujar laki-laki tersebut. Glen langsung menoleh dan seketika terkejut. Tetapi itu hanya sesaat sebelum ia tersenyum licik.

"Wow bajingan kecil ada di pesta. Kau diundang? Atau menjadi pelayan di sini?" tanya Glen pura-pura terkejut.

"Jaga bicaramu bitch. Ini acara keluargaku!" sahut si lelaki penuh penekanan.

"Ups, kau punya keluarga?" Laki-laki itu berdiri dengan tatapan penuh amarah dan hendak melayangkan satu tamparan tetapi tertahan oleh Akhtar.

"Lo banci? Berani cuma sama cewe?" ucap Akhtar dingin. Senyum kemenangan langsung tersungging di wajah Glen.

"Awas lo!" ujar laki-laki tersebut menunjuk kearah Glen sebelum ia  meninggalkan mereka.

"Siapa?" tanya Akhtar.

"Ntah, gue aja nggak kenal." sahut Glen acuh.

Acara pun dimulai, di depan sana sudah ada pembawa acara yang sedang membacakan susunan acara. Menit-menit  berlalu, sambutan-sambutan pun selesai dibacakan. Begitu pula dengan acara puncak. Kini para tamu undangan dipersilahkan untuk menikmati hidangan.

"Sepertinya kita tamu paling muda deh, iya nggak sih?" tanya Glen sambil memakan cake yang tersaji di atas meja.

"Maybe." sahut Akhtar singkat.

Tiba-tiba pembawa acara kembali bersuara. "Ada sedikit perform dari musisi terkenal yang akan sedikit menghibur kita, kita sambut ini dia...."


Glen dan Akhtar tidak begitu mendengar nama musisi tersebut. Yang mereka dengar sekarang adalah dentingan piano yang sangat merdu sebagai awal dari sebuah lagu yang akan dibawakan.

"Gila keren banget." ujar Akhtar tanpa sadar. Sedangkan Glen terpaku ditempatnya.

"Kenapa harus lagu ini? Kenapa!" batin Glen menyeru.

Yo, i'll tell you what i want, what i really, really want
So tell me what you want, what yo really, really want

Riuh tepuk tangan dari semua orang kecuali Glen yang kini terduduk dengan tangan terkepal.

"Nggak! Gue nggak boleh ingat dia lagi. Gue nggak punya sahabat!" gumam Glen. Akhtar yang tengah fokus dengan alunan musik di depan sana pun tak menyadari perubahan ekhspresi gadis di sampingnya.

I'll tell you what i want, what i really really want
So tell me what you want, what you really, really want
I wanna (ha), i wanna (ha), i wanna (ha),i wanna (ha)

Lagu terus dinyanyikan, semua orang meresa terhibur. Tetapi tidak dengan Glen yang kini tubuhnya mulai gemetar. Peluh menetes dari pelipisnya. Sekuat tenaga ia menahan air mata. Kilas balik masa lalu yang selama ini ia pendam, perlahan mulai muncul kembali berputar dalam pikirannya.

"Lo nggak pantas jadi sahabat gue! Lo bitch! Lo sudah hancurin keluarga gue! Mulai sekarang, lo bukan siapa-siapa gue! Gue muak sama muka lo yang so manis itu, dasar manja! Pergi lo!"

Tes, sekuat apapun dirinya menahan, nyatanya Glen tak mampu. Setetes air mata meluruh disusul tetesa-tetesan lain yang semakin tak terkontrol. Glen menangis. Ia pun berdiri dan berjalan cepat meninggalkan ruangan menuju rooftop.

Alunan musik piano terus berlanjut sampai lagu itu selesai. Riuh tepuk tangan kembali terdengar.

"Bagus yah lagunya." ujar Akhtar menoleh ketempat Glen yang kini hanya dipenuhi udara kosong.

"Lah si Cesum kemana?" Akhtar mengedarkan pendangannya keseluruh penjuru ruangan, tetapi ia tidak mendapati Glen sama sekali. Tak putus asa, Akhtar mencoba menyusuri ruangan, tetapi tetap saja ia tidak menemukan gadis itu. Akhirnya Akhtar pun bertanya kepada salah satu pramusaji yang ada di sana.

"Mbak, lihat cewe pakai dress potongan warna navy, rambutnya sedikit ikal digerai, kulitnya putih. Lihat nggak?" tanyanya.

"Oh cewe yang datang sama mas yah? Dia tadi lari kearah rooftop, sambil nangis. Dipukul sama masnya yah?" tanya si gadis menatap Akhtar curiga.

"So tahu! Oke thanks." Akhtar langsung menuju rooftop. Sampai di sana ia melihat Glen yang duduk disebuah kursi usang membelakanginya. Tanpa basa-basi Akhtar langsung berjalan menuju gadisnya, -eh maksud Akhtar temannya.

"Hiks hiks, lo jahat Lis, nggak seharusnya lo bicara seperti itu ke gue hiks hiks." Glen terisak dengan bahu terguncang. Ia terlihat sangat rapuh.

Akhtar yang melihat itu pun berjalan mendekat. "Cengeng, sudah gede kok nangis." Bagai tak punya perasaan, Akhtar berujar ketus. Membuat Glen seketika menoleh menatap Akhtar sengit dengan kedua mata sembabnya.

"Terserah gue dong! Mau berak mau nangis, bukan urusan lo!" raung Glen.

"Lemah! Kaya bayi mewek, bayi mah lucu nah lo nangis jadi kaya bebek tahu nggak?" Bagai kayu kering yang dipatik api, amarah Glen langsung tersulut.

"Hi ko lo nyebelin sih!" Gadis itu langsung berdiri dan berjalan kearah Akhtar hendak melayangkan satu pukulan. Membuat Akhtar langsung berlari menghindar. Kejar mengejar pun tak terelakkan.

"Ayo bayi kejar papah! Hahaha!" ejek Akhtar terus berlari.

"Sini lo! Gue kasih upil!" ujar Glen marah. Bruk! Salah satu dari mereka tersungkur jatuh kehilangan keseimbangan.

"Hahahaha mampus! Karma!" tawa Glen pecah. Melihat Akhtar terjatuh dengan posisi yang sangat tidak menguntungkan. Membuat kemeja putih bagian depannya kotor dengan jas yang tadi ia pegang jatuh entah kemana. Akhtar segera berdiri, tanpa membersihkan pakaiannya ia langsung menarik tangan Glen mendekat. Glen yang tengah tergelak pun seketika terkejut, posisi mereka sangat dekat. Sedikit saja mereka bergerak, mungkin bibir mereka akan bertemu.

"Gue nggak suka lihat cewe nangis. Muka lo jadi jelek kalau nangis. Sini gue buat jadi cantik." Akhtar menyentuh pipi glen lembut membuat Glen menutup mata menikmati sentuhan Akhtar. Detik demi detik berlalu, Glen merasa ada yang aneh. Ia merasa pipinya penuh dengan debu. Ia pun langsung memuka mata.

"Gila lo!" Glen langsung menepis tangan Akhtar dan menjauh.

"Hahahaha muka lo jadi bolang telon!" Akhtar tertawa lepas. Tak mau kalah, Glen meraup tanah di bawahnya kemudian mengusapkannya ke wajah Akhtar. Membuat pemuda itu mengumpat. Tetapi pada akhirnya mereka pun tertawa lepas--lebih tepatnya saling menertawakan satu sama lain. .

"Teman?" ucap Gen tersenyum mengangsurkan tangannya kearah Akhtar. Pemuda itu pun langsung meraihnya.

"Musuh." ucapnya tersenyum tipis. Mendengar itu Glen langsung melepaskan tangan Akhtar dan menatapnya datar.

"Oke oke kita teman." ujar Akhtar terkekeh sambil mengacak pelan rambut Glen.

"Oke dil." Glen tersenyum sumringah. Hilang sudah kesedihannya san semua itu karna orang baru dalam hidupnya.


Tamat😊

Terimakasih buat para readers yang setia sama nih cerita. Tanpa kalian apa jadinya diriku dan ceritaku😂

Akhirnya cerita ini selesai😊
Tapi boong😭

Ekekeke,ga lah masih panjang😂

Kalo mau lanjut,ramein kolom komentar okeeeee

Kalo ga da yg komen,author ngambek. Dan ga bakal ngelanjut😑😂

Okee tunggu part selanjutnya yah!

Olvasás folytatása

You'll Also Like

MARSELANA kiaa által

Ifjúsági irodalom

929K 51.4K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
Ayyara pinocchio által

Rejtély / Thriller

7.4K 560 35
Anam dan Ayyara menikah dengan terpaksa. Anam tidak menyukai Ayyara, ia sangat membenci gadis jahat itu. Bagi Anam, Ayyara hanya gadis pembully, pemb...
2K 230 26
Gini lho rasanya pacaran sama Jungkook. Pacaran aja bentar siapa tau beneran sayang :v *menurut gw antara lucu sama nggak lucu sih, soalnya nulis wak...
2.5K 269 8
BACA DULU SEASON PERTAMA "Arash Arend dimana sandal kalian?" " Sandal Arash di jual Arend mah." "Sandal Arend di makan ayam mah." "Anak kita cerdas...