Naefa [Selesai]

By Teh_indy

254K 10K 1K

WARNING❗SEDANG DIREVISI SECARA BRUTAL❗ 15+ "Akhh...akhh" Nata "jangan mendesah didepan gue!!" Reyfefa "akh ak... More

salam kenal
(1) Gadis mesum.
(2) Murid Baru.
(3) Awal dari Akhir.
(4) Keluarga Hollander.
(5) Modus
(6) Si sombong.
(7) Pesan tak bertuan.
(8) Sandiwara belaka.
(9) Di kibulin.
(10) Koleksi barang Brended.
(12) Pilih Akhtar atau Gavin?
(13) Dua-duanya lah!
(14) Teringat masa lalu.
(15) Si ketua Osis.
(16) Tatapan yang mendebarkan.
(17) Kecupan Pertama
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
vote cover yuk!
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
Q&A
Ekstra Chapter.
NAEFA 2
Character
Cerita Balu
INFO PENTING!

(11) Panggilan pesta.

5.3K 289 18
By Teh_indy

Readers Yang belum vote sama sekali dari awal,cepet balik lagi! Vote semua part_-

Hehe,canda ding. Author ga maksa,kalo emang suka ga ada salahnya vote yekan

Biasa typo bertebaran,dimedia kamar glen

Happy reading:)

-------------------------------------

"Akhirnya gue bisa santai, rebahan sambil baca koleksi novel plus-plus gue uhuy..." ucap Glen yang kini tengah berbaring menelungkup di atas kasur kamarnya.

Kamar yang didominasi warna hitam putih itu tidak memiliki kesan feminim sama sekali. Yang ada hanya kesan nyaman dan kalem. Beda jauh dengan sang pemilik yang hidupnya penuh keceriaan dan keusilan. Saat sedang enak-enaknya berkhayal liar, suara sang abang terdengar.

"Glen lo disuruh turun makan malam!" Panggil Azfer dari luar kamar tetapi tidak ada sahutan dari dalam. "GLENNATA!!!"

"Ya Allah, haluan gue... dikit lagi masuk ya, buyar semua! Dasar kutil anoa! Pengganggu!" Glen langsung berdiri membukakan pintu.

"Apasih lo Bang? Ganggu tahu nggak!" ujarnya marah.

"Harusnya gue yang marah sama lo! nggak tahu diri banget sudah ngerusakin motor gue dan lo nggak minta maaf sama sekali!" sahut Azfer menggebu-gebu. Sedangkan Glen yang sudah terbiasa dengan omelan Azfer pun tidak menggubrisnya. Dia malah asik mengupil.

"Jorok lo! Ada orang bicara tuh di dengarkan!" ucap Azfer dengan tatapan yang sulit diartikan. Antara marah, jiji, atau apalah itu.

"Iya Abang gue yang ganteng, gue dengar ko. Maaf yah soal motor lo yang gue rusakin." sahut Glen melembut. Tanpa Azfer sadari, tangan Glen sudah mengusap-ngusap pipi mulusnya.

"Nah begitu kan en-TAI LO!" Azfer mengumpat saat menyadari tangan Glen yang dipakai untuk menggali emas dari lubang hidungnya yang kecil mengotori pipinya.

"Hahaha makan tuh upil! Ngebacot mulu, panas gue dengarnya hahaha..." tawa Glen berlari turun. Sangat bahagia melihat sang abang yang berhasil ia kerjai lagi dan lagi. "Ayo kejar kalau bera--" Bruk. "Aduh!" pekik Glen saat tubuhnya membentur tubuh seseorang dan berakhir terjatuh.

"Sini lo De!" teriak Azfer ditengah-tengah tangga. Saat sudah menginjak anak tangga terakhir, dia mendongak dan terkejut.

"Wah, kapan datang Om? Bawa oleh-oleh nggak?" Azfer langsung berjalan menuju seorang pria yang berdiri menatap Glen terkejut. Saat mendengar suara Azfer, pria itu pun menoleh menatap pemuda itu datar.

"Orang mah baru datang minimal ditanya, bagaimana om perjalanan dari Jerman ke sini? Atau apa gitu, ini mah oleh-oleh yang ditanya!" ucapnya ketus.

"Oleh-oleh tuh nomer satu Om! Yang lain diduakan." sahut Azfer.

"Huaaaa bantuin inces dulu..." Glen yang masih terjatuh berteriak manja sambil mengangkat tangganya kearah sang om dan sang abang. Bermaksud untuk meminta bantuan.

"Jangan Om! Dia habis ngupil, tangannya kotor!" teriak Azfer histeris.

"Hah? Ngupil? Ih jiji ah, om nggak mau nolongin."

"Huaaaa Om Nic jahat!" Glen kembali berteriak. Andronico, nama Om mereka. Nic adalah adik satu-satunya dari Elyana yang selama ini tinggal di Jerman. Yang mana itu juga merupakan tanah kelahiran Elyana. Nic mempunyai paras yang rupawan dan memiliki sifat yang mirip dengan Azfer maupun Glen.

"Ulu-ulu incesnya om, sini-sini om bantu." Akhirnya Nic membantu Glen.

"Mana oleh-olehnya Om?" tagih Glen saat ia sudah berdiri.

"Ck! Nggak adik nggak abang sama aja!" gerutunya.

"Hehe iya dong Om, secara kita kan serahim. Benar kata Abang, oleh-oleh tuh nomer satu. Kalau Om mah nggak penting." jawab Glen ringan.

Seketika Nic cemberut. "Ada yang retak tapi bukan kaca," ucap Nic sambil memegangi dadanya.

"Apa tuh Om? Muka bang Az?" tanya Glen.  Azfer melotot tidak terima. Secara mukanya itu mulus, nyaris tidak ada noda sama sekali.

"Hati." ucap Nic pelan.

"Halah lebay!" sahut Glen dan Azfer bersamaan.

"Hehe ikut-ikut anak muda gitu, lagi ramai kan. Apalagi yang ini nih, ada yang bulat, tapi bukan tekad. Apa itu?"

"NENEN! hahaha..." jawab Azfer dan Glen bersamaan diikuti tawa renyah dari keduanya dan sang om.

"Bagus yah, ditunggu dari tadi ternyata lagi cekikikan di sini. Cepat ke meja makan!" Suara Elyana terdengar mengintrupsi.

"Siap ibu negara!" sahut mereka bertiga serempak. Dan di sinilah mereka, berkumpul di ruang makan keluarga Hollander.

"Bagaimana pekerjaanmu di Jerman Nic?" tanya Reynald disela makan malam mereka.

"Lancar dong Bang, apalagi saat ini lagi ada proyek besar di Indonesia."

"Bagus, petahankan terus keberhasilanmu itu." ujar Rey tersenyum tipis.

"Memang Om di sini berapa lama?" Kali ini suara Glen yang terdengar.

"Cuma tiga hari baby, itupun om akan benar-benar sibuk." sahut Nic terlihat murung. Rasanya ingin sekali ia berlama-lama di sini dan bersenang-senang dengan kedua keponakannya yang unik. Tetapi pekerjaan selalu memisahkan mereka.

"Yah nggak bisa balap dong!" ungkap Glen lesu.

"Jangan sedih oke, liburan nanti om akan berkenjung ke sini. Kita akan mengadu kecepatan. Ajak juga papahmu, kita lihat apakah ia masih seperti dulu atau lebih hebat." ujar Nic sambil melirik kaka iparnya.

"Tidak. Dia sudah tidak sehebat dulu. Secara kecepatannya sudah digunakan untuk membuat Azfer dan Glen." sahut Elyana santai membuat semua orang tertawa.

Makan malam pun berlalu, kini mereka tengah asik berkumpul di ruang keluarga kecuali Elyana yang sedang membereskan meja makan.

"Om masih jual buku-buku lama nggak?" tanya Glen membuka percakapan.

"Masih dong, kenapa memang?"

"Nih list buku yang Glen butuh. Besok kirim ya Om, please..." ujar Glen memohon. Sebenarnya tanpa memohon pun sang om akan dengan senang hati memberinya.

"Hm, kau sedang beruntung Baby. Buku-buku ini masih ada ditoko buku om. Dan kebetulan toko itu ada di Indonesia. Besok pagi-pagi om akan kirim ke sini." Selain mengolah perusahaan besar, Nico juga membangun beberapa toko buku, dan toko itu menyediakan buku-buku lama.

"Makasih Om, tambah sayang deh." ucap Glen sambil memeluk sang om.

"Tumben banget lo cari buku begitu, biasanya novel plus-plus tuh." timpal Azfer.

"Yee...iri bilang bos!" sahut Glen ketus.

"Biarkan Az, mungkin adikmu itu sudah mendapat hidayah. Mendapat kesadaran bahwa membawa seperti itu adalah perbuatan dosa." ucap Reynald.

"Nggak mungkin Pah, Glen itu mesum sejak dini."

"Lah ngarang lo kutil anoa, gue kecil tuh alim banget tahu nggak." sangkal Glen tidak terima.

"Alim gundulmu! Kelinci aja lo tumpuk-tumpuk terus bilang, lihat nih bang, mereka lagi bikin anak. Itu yang lo bilang alim? Hah cium nih pantat gue!" Tawa Reynald dan Nic langsung terdengar. Merasa terhibur dengan kelakuan Glen maupun Azfer.

Kehangatan juga terasa di dalam sebuah rumah keluarga lain. Walau tak selengkap keluarga Hollander, anak dan ibu yang kini telah selesai makan malam pun terlihat berbincang dekat.

"Bagaimana sekolah baru kamu? Nyaman nggak?" tanya Alena penasaran.

"Nggak tahu Mah, kan baru sehari sekolah di sana." sahut sang anak melahap sepotong buah.

"Sudah dapat teman baru belum?" tanyanya lagi.

"Belum." Tiba-tiba saja Akhtar teringat gadis mesum yang ada di kelasnya. "Tapi di kelas Efa, ada satu cewe yang mesumnya kebangetan dan super nyebelin!" Lanjutnya memasang raut wajah kesal.

Sang mama tersenyum. "Awas nanti kamu suka loh." ucapnya menggoda sang anak.

"Hih, membayangkan wajahnya aja sudah ngeri, apalagi suka!"

"Hahaha awas kamu kalau beneran suka sama dia."

"Nggak akan Mah, nggak akan." ucap Akhtar yakin.

"Oke kita lihat saja nanti." ucap sang mama tersenyum remeh. "Ouh iya, tadi sore Papah telpon, katanya kamu disuruh datang keacara pembukaan cabang baru perusahaan teman papah besok malam. Kamu mau yah?"

"Kenapa nggak Mama aja?"

"Nah itu dia, pas banget mama diundang diacara pertunangan anak teman mama. Please mau ya Fa?" Alena terlihat memohon. Pasalnya sang anak sangat susah jika disuruh berhubungan dengan perusahaan apalagi menggantikan sang papah.

"Iya deh iya." sahut Akhtar sedikit terpaksa.

"Oke sayang, tapi diacara itu harus bawa pasangan."

"Lah? Apaan coba, terus bagaimana nasib Efa yang jomblo ini mah?!" protes Akhtar.

"Kamu miris banget sih, padahal ganteng tapi gebetan aja nggak punya." Alena terkadang merasa heran dengan sang putra. Dari dulu hingga sekarang, ia tak pernah melihat Akhtar dekat dengan seoarang perempuan manapun. Bahkan ia sempat merasa khawatir kalau-kalau sang anak ini mempunyai kelainan.

"Yaampun tega banget Mama bicara  begitu." Akhtar memasang raut wajah nelangsa.

"Hahaha santai Boy. Kalau nggak kamu ajak Elis aja bagaimana?" usulnya.

"Males banget ajak dia." tolak Akhtar tak suka.

"Okedeh terserah kamu mau ngajak siapa, yang penting nanti kamu datang ke acara itu." Finis Alena. Ia pun berlalu menuju dapur meninggalkan Akhtar yang kini termenung sendirian.

"Gue nggak punya kenalan di sini, terus bagaimana yah? Masa ajak Bibi? Ah kaya nggak ada cewe lain aja. Terus siapa dong? Glen? Masa iya gue harus ajak tuh cesum sih!" batin Akhtar.

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 132K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
2K 230 26
Gini lho rasanya pacaran sama Jungkook. Pacaran aja bentar siapa tau beneran sayang :v *menurut gw antara lucu sama nggak lucu sih, soalnya nulis wak...
1.9K 848 20
16+ Menceritakan tentang seorang gadis yang bernama Devallin Aurelia Putri yang selalu di katai "Jomblo Akut" dan sangat ingin mempunyai pacar, tetap...
5.8M 384K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...