MIPA VS AKUNTANSI

By LuthfiSeptihana

24.3K 2.2K 282

Terlahir sebagai putri dari keluarga terpandang membuat Ivy merasa terkekang. Segala hidupnya selalu diatur... More

1. Prolog
2. MIPA
3. Akuntansi
4. Ivy's Family
5. Bintang'81
6. Terima Kasih!
7. Anastasya Shena Adipati
8. Ravinivy
10. SMK Satu
11. No Progres
12. Bening Citra Lentera
13. Bimbingan Belajar Ivy
14. Pertengkaran
15. Cut Kayla Nazwa Ayuning
16. Lambe Turah!
17. Perihal Perasaan
18. Jawaban Ivy
19. Sebenarnya Ada Apa?
20. Pikiran Kayla
21. Kejadian Sebenarnya
22. Perubahan
23. Bluethetic Cafe
24. Cerita Ivy
25. Perkenalan Ivy
26. Full Day
27. Ketahuan!
28. Perseteruan
29. Ivy Ngambek
30. Kedatangan Darka
31. 143=8, Ivy!
32. Gertakan Darka
33. Pengorbanan
34. Salam Terakhir
35. Pengorbanan Ravin
36. Pengorbanan Ravin(2)
37. Rencana Pindah
38. Surat dari Ivy
39. Good Bye, Jakarta!
40. Welcome, Semarang!
41. Janji Ivy
42. Perjodohan
43. Rakaivy
44. SMA Trisatya
45. Bahan Bicaraan
46. Keadaan Ravin
47. Satu Tahun Kemudian
48. Kehidupan Baru
49. Epilog
S E Q U E L

9. SMA Galaksi

589 56 5
By LuthfiSeptihana

Hai aku kembali lagi(^^)

Happy reading (^^)

***

Dua minggu liburan hanya dihabiskan di dalam kamar bagi gadis cantik bernama Sylvia Ivy Vianly. Gadis dengan sebutan Ivy itu memang tidak terlalu suka keramaian pasalnya sulit berkonsentrasi. Ia lebih suka berdiam diri di kamar dan menghabiskan waktu dengan novel-novel favoritnya.

Dua minggu tak mengubah apapun, ia hanya sendiri di rumah dan di bawah ditemani dengan asisten rumah tangga. Vanya dan Vero tetap sama. Tetap berangkat menuju rumah sakit tengah malam, dan kembali lagi tengah malam.

Ivy sangat malas saat ini, pasalnya setelah dua minggu ia bisa bersantai ria di kamar, begadang, bangun pagi, bermalas-malasan, kini Ivy harus kembali melakukan kegiatan yang menyebalkan. Ia harus bangun pagi, mandi pagi, sarapan, berangkat sekolah, belajar, ah iya! Jangan lupakan ia harus les setiap hari setelah pulang sekolah pada semester ini. Tak ada lagi waktu santai sambil berleha-leha. Tak ada lagi waktu menonton film, maupun membaca novel kesukaannya.

Pagi ini Ivy sudah dibangunkan oleh mamah, katanya mamah sengaja berangkat lebih siang supaya bisa melihat anaknya pergi ke sekolah. Ah, paling hanya alasan belaka, paling hanya untuk mengingatkan Ivy supaya nanti sore ia mengikuti les dengan baik, memberikan jiwa ambisius pada diri Ivy, dan lain sebagainya.

Ivy memakai seragamnya dengan baik, seragam biru muda dengan rok senada serta rambut panjang yang digerai sebagai identitasnya. Gadis mungil itu mengoleskan sedikit lip-balm supaya terkesan lebih segar. Ia mengambil beberapa buku dan memasukkan buku tersebut ke dalam tas ranselnya. Huh, awal dari segala hal. Awal dari diforsirnya Ivy. Tak masalah, Ivy harus tetap semangat.

Ivy menuruni anak tangga yang melingkar satu-persatu. Ia melihat Vanya dan Vero yang sudah siap duduk di meja makan. Mereka berdua sedang berbincang-bincang kecil, entah masalah apa. Dengan langkah cepat Ivy langsung berjalan menuju mereka berdua, duduk bergabung dengan kedua orang tuanya.

"Pagi, Mah, Pah!" sapa Ivy sambil menarik kursinya di meja makan, lalu gadis itu menaruh tas serta mengambil piring kesayangannya.

"Pagi, Sayang!" sapa Vero dan Vanya bersamaan. "Jangan lupa kamu nanti ada les," lanjut Vero sambil memakan roti sandwich sebagai sarapannya.

Gotcha! Benarkan dugaan Ivy? Kedua orang tuanya ini berangkat siang hanya untuk mengingatkan Ivy pasal les serta menanamkan sifat ambisius dalam diri Ivy. Tidak benar-benar ingin melihat Ivy mengawali segalanya.

"Iya, Mah, Pah," jawab Ivy dengan raut wajah yang ditekuk. Gadis itu mengambil roti sandwich buatan mamahnya serta memakan roti sandwich tersebut dengan hati yang menggerutu tak menentu. Sampai kapan keluarganya mengerti kalau Ivy tersiksa? Sampai kapan keluarganya mengerti kalau Ivy tidak suka dengan ilmu alam?

"Pokoknya kamu harus serius belajar, Vy. Di sekolah kamu harus peringkat satu paralel, kamu juga harus memahami ilmu alam dengan sungguh-sungguh. Jangan lupa juga kalau kamu ada les dari sore sampai malam. Maksimalkan fasilitas yang mamah sama papah berikan sama kamu. Kamu harus menyusul Anastasya di Inggris. Kamu harus bisa tembus perguruan tinggi di luar negeri dengan jurusan kedokteran. Kamu harus jadi dokter yang hebat, harus melebihi mamah dan papah." Vanya menjeda acara sarapannya, wanita itu menatap manik wajah putrinya dengan lekat, ia ingin putrinya ambisius. Ia ingin putrinya menjadi orang yang jauh lebih sukses darinya dan suaminya. Orang tua mana yang tidak ingin putrinya sukses? Orang tua mana yang tidak ingin anaknya di masa depan jauh lebih baik daripada dirinya?

"Iya, Mah. Ivy ngerti kok. Ivy juga bakalan berjuang sebisa mungkin. Ivy gak tau ke depannya takdir bakalan seperti apa. Yang Ivy bisa lakukan cuma berjuang sesuai kemampuan, mau gimanapun nanti hasilnya, Ivy sama sekali gak tau, Mah." Ivy berusaha memberikan pengertian kepada mamahnya. Oke kalau orang tuanya menginginkan yang terbaik, Ivy bisa mengerti itu. Ivy jauh bisa lebih menerima itu, tapi untuk dipaksa menjadi yang mereka inginkan, Ivy belum bisa. Ivy masih ingin menjadi dirinya sendiri, Ivy masih ingin mencapai mimpinya sendiri.

Ivy menyelesaikan sarapannya dengan segera, gadis itu langsung meminum susu coklat favoritnya dan bergegas mengambil sepatu lalu memakai sepatu tersebut. Ia mendekati kedua orang tuanya lalu berpamitan.

"Ivy berangkat, Mah, Pah!" pamit Ivy dengan wajah datarnya. moodnya sudah hancur pagi ini. Ia sama sekali tidak bersemangat.

"Uangnya papah transfer, yang rajin ya sekolahnya. Jangan lupa juga lesnya yang rajin." Seperti biasa, Vero jauh lebih suka mentransfer uang saku Ivy ketimbang memberikannya langsung. Ivy pun bisa jauh lebih menerima itu, ia jauh lebih suka menyimpan uang di bank karena ia sangat malas mengambil uang tersebut. Jadinya ia tidak boros deh.

"Belajar yang rajin ya, Sayang. Mamah juga udah transfer uang ke kamu." Vanya mengucapkan hal yang sama seperti Vero, uang saku Ivy. Huh, menyebalkan. Ia tidak suka seperti ini, ia tidak suka jika disogok dengan uang saku berjuta-juta selama sebulan. Tapi ia juga tidak bisa menolak, Ivy butuh uang!

Vanya dan Vero bahkan tidak mengucapkan sepatah kalimat yang membuat Ivy semangat. Menyebalkan! Gadis dengan name tag Sylvia Ivy Vianly langsung melangkahkan kakinya menuju garasi rumah yang berada di samping rumah, ia mengeluarkan mobil putih keluaran terbaru yang lagi-lagi mamah berikan kepadanya sebagai sogokan.

"Mobil kamu yang ini akan menjadi saksi bisu bagaimana kamu berjuang, pulang sekolah langsung ke tempat les selama jangka waktu yang panjang, makanya mamah sengaja berikan ini untuk kamu."

Kata Vanya saat memberikan mobil ini, ia hanya memberikan sogokan supaya Ivy semangat belajar dan les. Entahlah, Ivy tak mengerti dengan pola pikir orang tuanya. Apakah semua orang tua akan seperti itu? Apakah semua orang tua akan dengan lebih mudahnya memberikan sesuatu untuk menyogok anaknya supaya harapan orang tua tercapai?

Tak perlu berlama-lama Ivy langsung melajukan mobil itu, membelah jalanan jantung perekonomian Indonesia dengan sangat santai. Ini hari pertamanya berangkat kembali ke sekolah. Ini hari pertamanya diforsir menuju tempat les sampai malam.

Ah iya, setiap awal semester di sekolah Ivy selalu ada ujian untuk mengetes seberapa dalam pelajaran mandiri yang sudah murid dapatkan dari liburan. Ivy pun sudah mempelajari itu semua, namun hasilnya ia tidak tahu. Semoga saja yang terbaik, supaya mamah dan papahnya tidak marah-marah dan mencak-mencak lagi.

Mobil Ivy memasuki kawasan parkiran sekolah elit yang sudah setengah tahun Ivy gunakan untuk menimba ilmu. Sekolah elit yang sama sekali tidak Ivy harapkan dari dulu. Sekolah elit yang membuat Ivy selalu mendecak sebal.

"Baru berangkat lo, Vy?" tanya Kayla yang menghampiri Ivy dengan menggandeng tangan Ivy.

"Gak, masih di rumah gue tuh," sahut Ivy dengan sewotnya.  Mood Ivy sedang hancur saat ini. Jadi mengapa Kayla harus menambah menyebalkan dengan cara bertanya pertanyaan retoris? Jika ia melihat Ivy turun dari mobilnya ya berarti memang Ivy baru berangkat.

"Nape sih lo? Unmood? Atau PMS?" tanya Kayla dengan cablaknya, to the point sekali gadis ini.

"Gak, gue lagi mikirin kalau mau tapa di mana ya supaya pinter? Lo tau gak sih kalau gue tuh diforsir sama nyokap sama bokap, mereka udah daftarin gue ke tempat les dari pulang sekolah sampai malem, apa enggak bengek gue tuh?" Ivy langsung menceritakan semua yang menjadi keluh kesahnya hari ini.

"Mana nyokap sama bokap gak kasih support system gitu, boro-boro support system, dibandingin terus sama Anastasya yang ada," tambah Ivy mulai bercerita.

Tak disangka kedua gadis ini telah sampai di ruang kelas mereka. Mereka duduk di bangku yang berada di tengah, barisan murid santuy. Jika di depan terlalu ambis dan yang di belakang terlalu malas, maka yang di tengah lumayan santuy, tidak ambis dan tidak malas.

Bunyi high heels dengan munculnya seorang guru yang memakai jilbab merah sudah langsung membuat Ivy menghela napasnya.

"Okay, Ivy. Lo harus tenang. Lo pasti bisa menjalani tes ini, lo udah belajar." Ivy membatin.

"Assalamu'alaikum, anak-anak, jadi agenda hari ini seperti biasa, kita akan adakan agenda tes untuk mengetahui siapa yang sudah mendalami bab pada semester dua saat liburan kemarin, ibu akan bagikan soalnya."

***

Hai, Guys! Selamat pagi, selamat siang, selamat sore, selamat malam buat kalian semua yang baca cerita ini!

Terima kasih telah menunggu (^^) Semoga kalian enjoy selalu, ya.

Akhirnya aku bisa publish setelah beberapa hari hiat, doain aja semoga bisa update setiap hari. Bye(^^)

Xoxo,

Luthfi Septihana🌹

Continue Reading

You'll Also Like

834 95 10
Enji pingsan karena kelelahan bermain basket pada suatu sore di sekolah. Saat itu sekolah benar-benar sepi. Siswa, guru, dan staf sekolah hampir semu...
13.5K 1.4K 57
[COMPLETED] Apakah kalian tahu rasanya jatuh cinta? Terutama cinta pandangan pertama? Bagi Ananda Prasista, perkumpulan di lapangan sangatlah membosa...
82.2K 8.3K 82
" Kak, kamu tau kenapa aku suka sekali dengan langit? " " karena dia indah? " " betul! salah satunya itu. Tapi selain indah ada satu yang aku pelajar...
710 143 41
Setelah memenangkan pertandingan Badminton. Arletha Febiola mendadak dikagumi oleh beberapa murid di SMA Gemilang. Namun, sejak dulu dihatinya hanya...