𝑰𝒏𝒏𝒆𝒓𝒎𝒐𝒔𝒕

By pluviolaa

422K 53.5K 11.4K

(Sudah Diterbitkan) Note: karena restock fanbook habis, untuk pembelian versi pdf bisa DM di ig *pluveejey ... More

0; PROLOGUE
1; Curious
2; Pregnant?
3; Make It Deep
4; Bathtub 17+
5; Damn It!
6; Terror
7; Betrayed
8; Flavour
9; Awake
10; Riddle
11; Speechless
12; Bring The Pain
13; Innermost
14; Memory
15; Change
16; This Time
17; Because Of You
18; Unknown
19; Playing Around
20; Know
21; Suivre
22; Me and My Broken Heart
23; Choose
24; One Side
25 ; Bad Flowers
26; Crazy Morning
27. Blushing
28; Mistake
29; Unbeatable
30; Latte
31; The Same
32; Dark on all fours
33; Tear
35; Dumb & Doubt
36; Red Wife
37; Prison
38; Clandestine
39; 3 AM
40; Dangerous Room
41; Witness
42; Eucalyptus
43; Killed by hope
44; Anxious
45; Healing
46; Black & Blue
47; Code Name
48; Tragic Secret
49; Burn
50; Vilest
51; The Deepest Wound
52; Disease
53; Eternal regret
54; Agreement
55; Madly / Epilogue

34; EVANESCENT

5.2K 820 199
By pluviolaa

Sendu lekas pergi, rindu bosan tersimpan
-




Serangkaian hari-hari panjang yang usang pun mencekam setelah insiden Rabu siang di dalam kamarnya yang sendu. Bahwa keduanya masih menyimpan banyak cemas, ketakutan dan rasa bersalah yang telah menggunung. Bahwa ada banyak setapak rumit yang perlu ia pijak untuk menuju singgahsana rumah tangganya. Ia bersyukur mantra yang terucap tak didengar sia-sia. Meski nantinya kita saling tahu, mari tidak saling meninggalkan. Meski rasanya masih sama menyesakkan dada, setidaknya mereka masih menetap di bawah atap yang sama.

Hari itu tak berjalan mudah seperti saat tatapan Hyoji kosong maka Jungkook akan mendekap seraya menenangkan dan mengecup keningnya. Atau seperti saat Hyoji menangis dan Jungkook akan membuatkan susu hangat yang terlanjur dingin karena menunggu Hyoji selesai menguras air mata. Sekarang tidak semudah disayang dan semuanya selesai. Sebab praharanya bukan cuma rasa cemburu atau kesalahpahaman, tetapi perkara yang membawanya ke tepi jurang. Bukan lagi melihat bulan, tetapi menatap dasar yang curam.

Setelah lelaki tua itu menunjukkan identitas usai menjamahnya seperti belasan tahun lalu, Hyoji segera paham atas segala kejanggalan yang terjadi selama ini, juga sekaligus menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang pernah terpatri dalam pikirannya. Semuanya jadi begitu jelas, kelewat jelas sekali sampai rasanya ia tak sanggup menerima fakta ini. Alasan mengapa ibu mertuanya bersikap sangat baik, karena keluarga Jeon telah merenggut kehidupannya. Memisahkan ia dan ibunya dengan cara yang paling kejam.

Dengan rasa kecewa dan murka yang membeludak di waktu yang sama, ia telah berteriak di depan Jungkook kalau ia ingin bercerai. Ia membenci fakta bahwa seseorang yang meneror dan menghancurkan hidupnya di masa lalu adalah ibu dan pamannya. Tetapi Jungkook justru keluar kamar dan kembali dengan revolver di genggaman. "Aku berusaha mencari tahu soal dirimu dan baru tahu sekarang. Kalau memang kamu ingin menghukumku atas apa yang tidak kulakukan dan tidak kuketahui, maka kamu boleh menghukumku dengan cara apapun. Barangkali kamu membutuhkan benda ini untuk hukumanku," katanya saat meletakkan revolver itu di pangkuan Hyoji. "Hukum aku dengan caramu, selama kamu tidak pergi dan percaya kalau aku di sini untukmu."

Bohong kalau Hyoji tidak terluka, tidak menangis dan depresi sepanjang malam dalam sepekan. Ia menunjukkan pada Jungkook sisi gelapnya, kacau dan patahnya dia. Hyoji beberapa kali menolak keras bila Jungkook mendekat. Menepis serta memukuli lengan dan dada Jungkook tiap kali dirinya disentuh atau saat Jungkook mengelapi tubuhnya dengan air hangat dan menggantikan pakaiannya.

Jungkook tidak merasa sakit meski seluruh tubuhnya dihantam membabi buta, selama Hyoji masih ada di sisinya. Ia hanya merasa sakit bila wanitanya terus-terusan berkata ingin pergi dan tak akan melihat Jungkook lagi. "Pergi, Jung! Pergi! Aku tidak mau melihatmu! Aku membencimu!" Kalimat yang sama selalu terucap diiringi tangis dan rintihan.

Pagi dan malam selalu terdengar keributan dari piring atau gelas yang dilempar ke lantai. Maka lelaki itu akan membersihkannya. Kalau Hyoji tertidur, Jungkook seringkali menempelkan irisan mentimun di atas kelopak matanya untuk mengurangi kantung matanya yang menghitam. Ia juga memakaikan lipbalm agar bibir wanitanya tidak mengering, juga terkadang menyisiri rambutnya yang lusuh dan memijati kakinya. Bila ada kesempatan, ia senantiasa mengecupi perutnya seraya berdoa agar mereka baik-baik saja.

Nyeri hati yang Jungkook rasakan tak lebih parah dari yang dialami istrinya. Ia hanya sedang berupaya untuk membuktikan bahwa dirinya layak untuk dijadikan tempat apa saja yang Hyoji inginkan.

"Aku sayang padamu, Hyo. Ternyata rasa takutku bukan cuma mendengar kamu berbicara ingin pergi, tetapi juga saat melihat kamu tidak baik-baik saja karena aku. Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana supaya kamu mau memaafkanku dan mau aku peluk lagi," kata Jungkook di suatu malam saat Hyoji telah memejamkan matanya. "Aku mencemaskan kamu, Hyo. Sangat cemas. Aku merindukan kamu dan kita yang dulu. Aku ingin melihat kamu tersenyum dan menerimaku lagi, aku serius akan selalu ada untukmu. Kamu tidak akan percaya, kan? Tetapi aku sungguh akan melindungimu. Aku serius jatuh cinta padamu. Aku tidak mau kamu pergi. Aku takut kehilangan kamu."

Hyoji mendengarnya, suara parau yang frustrasi sebelum lelaki itu terlelap saking lelahnya karena tidak tertidur selama genap tujuh hari ini. Maka Hyoji membuka mata, menatap paras sayu dan mendengarkan embus napasnya yang pelan. Melihatnya begini, justru membuat hatinya malah semakin sakit. Kenapa ia harus menghukum seseorang yang tak tahu dan tak melakukan apapun cuma karena orang itu bagian dari keluarga yang menghancurkan hidupnya? Mengapa ia melampiaskan semuanya pada lelaki yang bahkan telah menjaga dan tak meninggalkannya saat tahu istrinya telah dihancurkan orang lain?

Jemarinya bergerak ingin menyentuh permukaan wajah, ia mengulum bibir dan mengurungkan niatnya. Akhirnya ia cuma memandangi seraya menenangkan diri, mencoba untuk menerima dan memaafkan. Meski rasanya masih sangat menyayat hati, tetapi dengan ia bersikap begini, bukankah malah akan membuat semuanya terluka dan semakin rumit? Toh, ia juga tak yakin bisa andai berpisah dengan lelaki ini, sebab sama seperti Jungkook, Hyoji juga telah jatuh dan tenggelam dalam dasar hatinya.

Pada fajar yang telah menjumpainya, Hyoji berpura-pura memejamkan mata tatkala Jungkook terbangun dan segera bangkit dari sana. Masih sama seperti pagi yang retak, lelaki itu mengumpulkan pakaian kotor lantas mencucinya. Menyapu dan mengepel lantai secepat kilat. Membereskan kamarnya dan mengganti pengharum ruangan.

Setiap pagi lelakinya selalu mengerjakan pekerjaan rumah dan merawat dengan baik dirinya yang nyaris gila pun tak tahu diri. Suaranya tak pernah meninggi, melainkan rendah dan begitu lembut. Tak pernah marah melainkan sarat akan kesabaran. Hyoji yakin lelaki itu bahkan melupakan asupan makannya. Ia baru tersentuh dan sadar bahwa cintanya memang benar-benar ada. Bahwa kalimat aku di sini dan tak akan pergi bukan cuma wacana.

Bel rumahnya berdenting, rungunya menangkap suara seorang wanita yang bertanya tentang kabar lelakinya. "Kenapa tidak datang ke tempatku saja?" lirih sekali, tetapi Hyoji mampu mendengarnya dengan baik. Sementara ia tak mampu menangkap respons Jungkook karena vokal lelaki itu mendadak pelan. Lalu langkah keduanya terdengar sinkron memasuki rumahnya. Tak lama suara Jungkook kembali terdengar jelas. "Apa aku harus melepas kaosku? Istriku biasanya melepas pakaianku saat melakukannya."

Iris Hyoji melebar serta degup jantung yang menghentak-hentak cepat. Tidak, kan? Tidak mungkin lelakinya membawa wanita lain dan berbuat macam-macam di saat istrinya sedang kacau. Kalau memang Jungkook mencintainya, ia tidak akan tega melakukan itu, kan?

Perasaannya jadi berantakan dan tak terkendali, ia bangkit dan melangkah pelan untuk melihatnya. Rasanya persis ketika dirimu sedang menapak di atas remukan kaca menuju tepi rooftop lalu terjun ke bawah. Hyoji bahkan tengah berpikir akan melompat dari lantai atas dan mati di hadapan Jungkook juga siapapun wanita itu, jika memang benar Jungkook menyakitinya lagi, jika memang tak ada cinta yang singgah di hati. Aku serius akan mengakhirinya di hadapanmu, Jung, ringisnya dalam batin.

Meremat pegangan tangannya dan nyaris meloloskan air mata lagi saat Jungkook sudah kembali mengenakan kaosnya dan wanita itu menaruh stetoskop dalam tas. Wanita itu seorang dokter, dan Jungkook tampaknya sakit. Hyoji sudah berpikir yang tidak-tidak. Pantas Jungkook berani membawa dokter wanita ke dalam rumahnya. Toh, usia beliau juga tampaknya sudah memasuki kepala empat.

"Kau ini kelelahan dan biar kutebak pasti tidak makan dengan baik, ya? Jangan seperti anak kecil, dong, yang makan harus disuruh-suruh. Sudah mau menjadi seorang ayah masa makan harus menunggu disuapi istrinya? Hei, istrimu pasti akan memarahimu habis-habisan kalau dia tahu kamu terkena mag," kata dokter itu saat membuatkan obat untuk Jungkook. "Kau bilang tidak mampu mencerna pil, kan? Jadi biar aku racikkan saja dan diminum sehari tiga kali. Dihabiskan, lho. Tetapi di mana istrimu? Kenapa tidak minta diperiksa istrimu saja? Oh iya, takut kena marah, ya?"

Jungkook lantas tertawa pelan. "Istriku sedang istirahat, agak tidak enak badan juga jadi aku tidak mau membuatnya cemas kalau tahu aku sakit. Apalagi sedang mengandung."

"Kau pasti membuatnya lelah, ya? Hm, aku harus menilai kau ini suami nakal atau pengertian, ya? Kalau begitu sama-sama merawat dan memahami saja, jangan ada yang disembunyikan bila ingin mempertahankan rumah tangga. Dalam pernikahan, hal kecil bisa menjadi besar dan masalah besar terkadang hadir dari perkara kecil."

"Terima kasih atas wejangannya. Aku bukan suami yang baik karena masih sering membuat masalah dan dia jadi lelah. Tetapi aku berusaha untuk mempertahankan pernikahan kami."

Sangat menyentuh ulu hati Hyoji yang lemah. Tak sadar ia duduk di anak tangga dan menguping pembicaraan mereka yang justru malah menampar keras jiwanya.

Dokter tersebut telah selesai meracikkan obat dan memberikannya pada Jungkook, ia juga berkemas dan hendak pergi. Hyoji bangkit dan kembali ke kamar sebelum ketahuan. Tetapi refleks menyetop kaki saat mendengar suara dokter itu berujar lagi.

"Aku menikah di usia 25 tahun. Karena perjodohan dan sering tidak sejalan. Mantan suamiku memiliki karakter yang agak misterius tidak tahu maunya apa dan aku juga susah terbuka. Banyak kesalahpahaman diantara kami yang membuat aku sulit percaya dan semakin menutup diri karena cuma bisa berprasangka buruk dan menduga. Karena masalah besar yang tak bisa kami lewati sebab kurangnya percaya, akhirnya kami berpisah dan menyesal setelah itu."

"Lantas bagaimana dengan Anda dan mantan suami Anda?"

"Dia mati karena masalah itu sendiri. Aku tidak tahu dia merelakan nyawanya untuk menjagaku. Aku baru tahu cintanya sebesar itu. Aku cukup berpengalaman dan kini aku tahu, kalau kau sebenarnya sedang dihantam masalah, ya? Aku berharap istrimu mau memberi lebih banyak kepercayaan untukmu."


***

Lelaki itu mengenakan celana training dan kaos hitam, datang dengan segelas susu dan bubur ayam di mangkuk. Pandangan Hyoji tak lagi kosong, ia tak lagi menepis suapan pertama dan tak menghempaskan mangkuk seperti biasanya. Segurat senyum nampak di wajah Jungkook, lelaki itu lega bukan main, senang bukan kepalang saat istrinya sudah mau membuka mulut dan mencerna makan dengan baik.

"Tak masalah kalau ingin melempar mangkuknya lagi, selama kamu mau makan, aku sudah sangat senang," katanya lembut seraya terus menyuapi Hyoji dengan telaten. Yang mana malah membuat Hyoji merasa miris sendiri. Apa ia pantas disebut mama yang baik?

Hyoji menggeleng pada suapan terakhir. Jungkook tak memaksa agar buburnya dihabiskan. Lelaki itu menaruh mangkuk dan menyodorkan air putih untuknya. "Susunya diminum kalau kamu sudah ingin, aku akan membersihkan dapur sebentar."

"Makan."

Jungkook berhenti, tersentak sambil merasakan darahnya mengalir cepat. Menatap wanitanya yang telah memaku netra untuknya. "Kamu mau makan lagi? Tapi kenapa kamu tidak menghabiskan buburnya?" Menggaruk tengkuknya karena merasa bingung. "Jadi maunya yang banyak, ya? Duh, aku kira kamu masih tidak nafsu makan, jadi aku cuma membuat sedikit. Kalau begitu tunggu sebentar, ya? Biar aku buatkan lagi."

Apa? Ya Tuhan, Jung. Ah, sial sekali, sih. Hyoji merasa jadi wanita yang kejam. "Kamu jangan lupa makan," ulang Hyoji lirih. Menghentikan langkah lelakinya yang hendak berbalik.

"Aku sudah makan." Ia buru-buru menyahut dan kembali mendudukkan diri di tepi ranjang. Memberi keyakinan bahwa semuanya baik-baik saja meski ia tahu Hyoji mencemaskan masih mencemaskan beberapa hal.

"Makan apa? Kamu bilang cuma membuat bubur sedikit."

"Iya, tetapi aku sudah kenyang,"

Cukup panjang jangka keheningan dalam ruang. Sebelum Hyoji memutuskan dengan berani menyentuh perut Jungkook, menepuk-nepuknya pelan dan merasakan seolah perut lelakinya baru saja menampung banyak makanan. Terasa begah, agaknya. "Sakit perut?"

"Itu...." Jungkook terdiam lama, memandang lurus pada iris cantik yang masih sayu dan sendu. Darupada menyahut, rasanya lebih baik menikmati sesi menatap gratis tanpa tepisan lagi.

"Mual, ya?" Hyoji berkata lirih dan mendekat pada Jungkook. Bikin si lelaki jadi menahan napas karena mendadak gugup. Merasakan wajahnya memanas laiknya remaja yang tertangkap basah memandangi gadis pujaan. "Aku tahu. Tadi sempat dengar kamu muntah di dapur setelah dokternya pergi."

Ah, ternyata dia tahu. "Sudah tidak sakit lagi, kok. Jangan cemas, Hyo."

"Aku menyuruh kamu makan."

"Iya, kalau sudah ingin."

"Kamu balas dendam." Menjauhkan tubuh dan merengut. Menunduk seraya memainkan kedua jemari yang saling bertaut. "Kalau tahu kamu begini, seharusnya tadi aku menolak makan."

Tersentak, tetapi juga tersentuh. Seperti baru saja dipeluk dan merasakan hangatnya. Istrinya sudah kembali, sudah pandai merajuk seperti dulu. "Boleh memeluk Jeon Hyoji tidak, sih?"

"Tidak boleh kalau tidak mau makan."

Jungkook menahan senyum. Dadanya berdesir dan merasa gemas sendiri saat bibir Hyoji mencebik dan menjentikkan kuku-kukunya. Tanpa babibu lagi, ia menarik bahu Hyoji, mendekapnya dan merasakan lelah-lelah yang bergelayut perlahan luruh digantikan sensasi hangat dan nyaman yang membuatnya semakin mengeratkan pelukan. "Aku akan makan dan meminum obatnya setelah ini, tetapi izinkan aku memeluk istriku yang lama."

Hyoji menenggelamkan wajah pada dada bidang lelakinya, menghirup banyak sekali aroma citrus yang menguar di ambang hidung. Padahal Jungkook ada di sisinya setiap detik, selalu menjadi objek utama meski kepala dan jiwanya tengah porak-poranda. Lantas kini ia merasakan seolah tengah melepas rindu yang menggebu, yang memukuli dadanya setiap kali ia menolak lelakinya mendekat. "Jangan lama-lama, nanti susah lepas," katanya lirih.

Jungkook mendengarnya. Saking sensitif terhadap perkataan Hyoji, telinganya mendadak memerah, apalagi ketika punggungnya merasakan hangat telapak tangan Hyoji membelainya. "Kalau begitu jangan lama-lama, nanti aku tidak jadi makan."

"Mau dilepas sekarang?"

Mengeratkan dekapan, Jungkook menempelkan pipinya pada puncak kepala Hyoji. "Duh, sudah erat begini susah lepas."

"Sana makan, nanti peluk aku lagi." Sementara Hyoji juga malah ikut mengeratkan pelukannya dan mendengarkan detak jantung lelakinya yang sedang berpesta di lingkup paling nyaman dan hangat.

Mereka terdiam cukup lama sebab detik sebelumnya sama-sama dikejutkan dengan gerakan kecil dari perut Hyoji. Jantungnya berdesir hangat saat Jungkook merasakannya lagi dalam vibrasi yang lebih kencang. "Ini aku sedang ditendang atau bagaimana, ya?"


***

Tbc.
Duh kok aku jd sayang bgt dan pengen meluk innermost, ya? Hehe

Jangan lupa share, coment and vote :)

Continue Reading

You'll Also Like

1.2K 219 5
Suatu hari, di mana Marion hampir mati sore itu, Taehyung datang bagai tokoh heroik yang menyelamatkannya. Tidak sulit baginya untuk jatuh cinta pada...
192K 27.9K 46
[Be Wise: Mature] Ada dua tipe pria di dunia ini. Pertama, pria baik-baik. Kedua, pria yang nakal. Menurut rumor, Jeon Jungkook bisa menjadi keduanya...
565K 72.1K 50
[SUDAH DIBUKUKAN] [COMPLETED] Kim Taehyung selalu mengatakan pada diri sendiri bahwa dia telah melakukan semua hal dengan amat baik. Ketika senja di...
7.9K 1.2K 7
[Mature - Dark Fantasy - Romance] Tahun 1930 adalah tahun terburuk untuk Yun Haerin. Gadis berusia 21 tahun itu terpaksa meninggalkan desa dan sauda...