RITME; Married with Selebriti

By icitbilala

29.6K 4.7K 1.4K

Tiba-tiba menjadi ISTRI seorang Selebriti ternama? Ada apakah ini? Ranz, lelaki yang pernah mengisi hati Kha... More

P R O L O G
Ritme, 1
Ritme, 2
Ritme, 3
Ritme, 4
Ritme, 5
Ritme, 6
Ritme, 7
Ritme, 8
Ritme, 9
Ritme, 10
Ritme, 11
Ritme, 12
Ritme, 13
Ritme, 14
Ritme, 15
*CAST*
Ritme, 16
Ritme, 18
Ritme, 19
Ritme, 20
Ritme, 21
Ritme, 22
Ritme, 23
Ritme, 24
Ritme, 25
Ritme, 26
Ritme, 27
Ritme, 28
Ritme, 29
Ritme, 30
Ritme, 31
Ritme, 32

Ritme, 17

693 127 26
By icitbilala

Sembari menunggu kedatangan Rio, sang pemilik acara dan beberapa kamerad lainnya belum datang. Mereka bernostalgia tentang aku, kau dan dia.

Tentang kejadian unik pada zamannya.

"Hahahahh, gue jadi masih inget tuh dulu kelakuan Omar. Hobinya tidur di kelas. Sering di lempar pake penghapus papan tulis dia sama Pak Somad. Giliran di tanya guru aja. Kayak ayam kalau ditanya majikan." kelakar Tio mengundang gelak tawa orang sekeliling disana.

"Gue masih mending ya. Daripada lo, bisanya aja ngatain orang. Giliran gue tanya balik jawaban. Lo kayak pantomim. Pake isyarat segala. Padahal mulut lo mirip ember bocor. Dasar senjata makan tuan!!" balas Omar. Istri tengah buntingnya mengusap pelan bahu. Menenangkan.

"Kirain cewek doang yang sering ghibah. Ternyata cowok sama aja yaa." terang Linda dijawab anggukkan beberapa wanita disana. Para lelaki hanya menyengir dalam arti mengiyakan.

"Eh kalian pada inget gak? Lee pernah kepeleset pas main basket. Mana lagi tanding sama sekolah sebelah. Malu-maluin aja." sahut Sari. Merasa namanya disebut, Lee menoleh.

"Sar, lo juga lihat pas dia jatuh? Hahahaha, kirain gue doang yang masih inget kronologi kejadian itu," Tiara tertawa hingga menutup mulut. Pasangannya menggelengkan kepala. Ternyata sifat asli pacarnya begini.

Benar-benar aib yang perlu ditutupi. Namun apalah daya jika mulut para carlota sudah berkobar. Lee hanya bisa menerima pernyataan sesuai dengan kenyataan.

"Gara-gara ada cewek yang lempar kulit pisang ke lapang. Tahu-tahunya, lo labrak itu cewek. Mana adek kelas pula," lanjut Dika.

"Gak lama setelah itu. Lee pacarin deh itu cewek." 

"Fakboi high class namanya juga," Linda ikut menimpali. Tak peduli jika wajah Lee sudah memerah menahan antara malu dan amarah. Gelak tawa terus mengalir tanpa henti disana.

Tak bedanya dengan Ranz dan Khanza. Ranz tertawa ringan. Receh juga ternyata. Khanza tertawa seraya menutup mulut dengan tangan kirinya.

Wanita gandengan Lee ikut tertawa. Toh, dia pun jenis fakgirl. 

"Setiap orang memiliki alasan tertentu untuk melakukan sesuatu." tadinya Lee ikut tertawa. Lambat laun tawanya mereda. Ia menyandarkan tubuh pada sofa.

Sisa-sisa tawa masih ada. Lee menjadi titik fokus utama.

Menghela nafas panjang. Lee mengusap wajah gusar. Tak peduli apa reaksi wanita disampingnya saat ia berkata. Entah masih terbungkus atau tidak, ia tak peduli. Toh, dia barang pinjaman semata. Setelahnya, pasti ada meminjamnya kembali.

"Dan setiap alasan tertentu itu," ada jeda disana. Lee menatap nyalang ke depan. "Tak perlu diketahui orang lain."

"Wih mulai mau puitis nih!!" sahut Omar.

"Gue tahu alasannya lo jadi fakboi!!" timpal Dika.

"Ya pasti gak jauh dari rasa pernah kecewa atau pernah disakitin sama satu cewek yang bener-bener lo sayang kan?!" Reta mengeluarkan hipotesisnya. Gadis cuek dengan seribu rahasia di kelasnya dulu. Dulu menjadi salah satu target Lee. Namun, karena Reta sudah terlebih dahulu mengetahui sifat asli Lee. Lagu Mundur Alon - Alon tepat untuknya.

Kini, ia meninggalkan bocah 3 tahun di rumahnya.

Lee tersenyum singkat. Mendapati jawaban Reta. Benar saja kan! Reta bukan spesies wanita seperti di sampingnya. Ia berbeda. Dan Lee sempat menaruh rasa. Andai saja dahulu Reta menerima dirinya. Mungkin ia akan menjadi wanita terbahagia sampai saat ini.

Dan Lee bukan sumber bahagianya. Karena, alasan Reta bahagia sudah di rebut 4 tahun lalu oleh lelaki lain. Lelaki berstatus suami yang duduk di sampingnya.

"Hipotesismu kali ini salah, Reta." Lee menegakkan tubuh.

"Kayaknya lo emang benar kurang kasih sayang ya? Atau butuh belaian dari para mantan?" Dika menyengir. Mendapati Lee menatap sinis ke arahnya.

"Lo benar Dik. Tapi gak seperti yang lo bayangin." Ranz ikut menyahut. Jemarinya memainkan jemari mungil Khanza di pahanya.

Lee menarik nafas panjang. "Yap, gue kurang kasih sayang seorang ibu. Seorang wanita. Biasanya, orang yang kurang kasih sayang. Mereka butuh pelampiasan. Lebihnya sih, dengan pacaran. Dengan itu mereka, lebih tepatnya gue. Dapat kasih sayang sekalipun gak sebesar apa yang kalian dapatkan. Tergantung sih," Lee tersenyum. Tersenyum mengandung arti perih.

Tanpa diberi pertanyaan kembali. Lee mengerti tatapan mereka. Kernyitan di dahi seakan mereka belum paham. 

"Sejak gue hadir ke dunia ini. Wanita yang mengandung gue pindah alam. Dan sejak itu, gue cuman bisa-"

"Stop Lee. Lo cuman bisa menyakiti lo sendiri mengenang itu." Tio sudah berdiri depan Lee. Menepuk bahunya pelan. Lee mengeraskan rahang. Mencoba tetap tegar.

Suasana riuh lenyap seketika. Tergantikan sosok haru. Dari sana, sebagian orang menceritakan kisah mereka masing-masing. Dengan berjanji tidak akan mengumbar pada orang lain. Hanya mereka yang tahu. Dijadikan sebuah pelajaran. Bahwa, apa yang kita lihat indah. Tak selamanya akan menjadi indah. Pasti dari sisi keindahan yang mereka miliki. Ada hati yang tersakiti. Ada jiwa yang kehilangan sedikit akalnya. Ada keinginan, namun benar-benar mustahil terjadi.

Karena masa lalu. Masa lalu yang tak mungkin terulang kembali.

Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya. Beliau mengajukan enam pertanyaan. "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?"

Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. 

Imam Ghazali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "Kematian."  

Pertanyaan kedua, "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?"

Murid-muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Imam Ghazali menjelaskan bahwa semua jawaban yang diberikan adalah benar.

Tapi yang paling benar adalah "Masa Lalu."

 Siapa pun kita, bagaimana pun kita, dan betapa kayanya kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. 

Imam Ghazali meneruskan dengan pertanyaan ketiga. "Apa yang paling besar di dunia ini?" 

Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghazali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "Hawa Nafsu".

Banyak manusia menjadi celaka karena memperturutkan hawa nafsunya. Segala cara dihalalkan demi mewujudkan impian nafsu. Karena itu, kita harus hati-hati dengan hawa nafsu, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka. 

Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?" Di antara muridnya ada yang menjawab baja, besi, dan gajah.

Semua jawaban hampir benar, kata Imam Ghazali, tapi yang paling berat adalah "Memegang Amanah." 

Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?" 

Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghazali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah "Meninggalkan Shalat."

Lalu pertanyaan keenam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang. 

Benar kata Imam Ghazali, tetapi yang paling tajam adalah "Lidah Manusia."

Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri. 

(Dikutip dari republika.co.id Google)

𝓇𝒶𝓃𝓏

Setelah suasana cair kembali. Dengan tingkah konyol mereka satu persatu membuat tawa mengalir disana. Ketika kita sedang berada di fase saat itu. Jangan terlalu sering bilang, Gak sabar pengin cepat-cepat lulus. Pengin buru-buru ke hari 'itu'. 

Terkadang, apa yang kita harapkan. Apa yang kita bayangkan. Tidak sesuai dengan kenyataan. Justru dapat membuat kita kecewa. Pada diri sendiri tentunya. Seolah-olah kita bertanya pada diri sendiri. Apa yang perlu di tunggu?

Pengin cepat-cepat kuliah.

Pengin cepat-cepat kerja.

Pengin cepat-cepat sukses.

Pengin cepat-cepat nikah.

Dan terkadang, apa yang kita rencanakan diketahui orang lain. Jarang terjadi. Karena Allah memiliki rencana yang indah buat kita. Wallahu a'lam.

Cukup nikmati, jalani dan resapi apa yang terjadi. Jangan terlalu terburu-buru, tergesa-gesa, ingin cepat-cepat. Insyaallah, selama kita berusaha. Pasti ada jalannya.

"Whatsapp Ganks!!!!" Kedatangan Rio menghentikan suara disana. 

"Lama bener dah Rio. Kita udah datang dari tadi. Menunggu lelah bang," celetuk Tina. Rio mendaratkan tubuhnya di salah satu sofa panjang bersama seorang gadis manis.

"Maaf udah buat kalian menunggu. Gue tahu kok, menunggu itu melelahkan." Rio memainkan sebelah alis. Membuat beberapa wanita disana menatapnya ngeri.

"Ini acara ultah lo atau reuni sih?" tanya salah satu diantara mereka.

"Sekaligus. Ultah sama reuni. Long time no see ganks. Udah pada glow-up ya sekarang semua." binar wajahnya bahagia. Rio menyalami manusia satu persatu disana. Senyumnya tak berhenti mengembang. Hari ini perayaan umurnya menginjak 25 tahun. 

"Eh lo datang juga. Kirain bakal manggung lagi," Rio bertos ria dengan Ranz. Tanpa disangka, Rio menoyor kepala Ranz.

"Ambil cuti demi lo. Kalau bukan karena Lee. Gue gak ikut. Ogah," 

"Wih, tumben bawa cewek. Udah mulai buka hati nih? Cakep juga ya," Rio memperhatikan Khanza dari atas hingga bawah. Sisanya mulai mencari topik baru.

"Apaan lo? Jangan main sentuh sembarang. Kalau mau sentuh, gantinya gue aja." Ranz merangkul posesif Khanza. Menunjukkan Khanza benar-benar miliknya.

"Halah, bilang aja lo gak mau dapat cewek disini kan?" Lee menyahut tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel di belakang Rio. 

"Ooo gitu ceritanya. Lo gak mau jomblo ya,"

Entah mengapa, setelah mendengar pengakuan tak sengaja Lee. Ada rasa sakit di lubuk hati Khanza.

Apa katanya? Dia hanya dijadikan pelampiasan datang ke acara ini. Agar melindungi Ranz dari para wanita penggadaian? Ranz mengira Khanza boneka? Bisa dipermainkan sekenanya. Pantas saja, akad saat itu sangat mendadak. Tak pernah mengira jika Ranz yang akan menjadi pengganti Afkar di sampingnya secepat ini.

Rio berdiri membalikkan badan. Menghadap teman seperjuangannya dulu. "Disini ada yang datang sendiri gak?" tanya Rio menatap mereka satu persatu.

"No,"

"Gak,"

"Lo yang datang sendiri Yo," sarkas Tio. 

"Cewek lo dianggurin. Mau gue rental?" Dika tersenyum sinis.

Sudut bibir kanan Ranz melengkung. "Noh, pergi sana. Samperin cewek lo. Jangan ganggu orang nih!!" Ranz menendang tulang kering Rio. Ia meringis kesakitan.

"Itu cewek siapa?"

"Ini adik gue. Yang bikin nunggu lama kalian pada. Ogah gue kalau modus pinjem cewek. Ribet kalau udah bablas." Rio duduk seraya merangkul adiknya. Laras namanya.

"Aku kalau gak dipaksa gak bakal ikut kok bang. Rebahan lebih asik." Laras melepaskan rangkulan Rio.

Rio mengerjapkan mata sebelah. Isyarat pada adiknya agar tidak membocorkan rahasianya. Mengundang gelak tawa disana.

"Kakak-kakak yang tersayang. Alesan Bang Rio party disini, soalnya ada-" Rio membekap mulut Laras dengan kirinya.

"Berisik gak lo?"

"Hmphh-" Laras menggigit telapak tangan Rio. Hingga tangannya terlepas.

"Sakit anj-" 

"Kalau macam-macam, aku comblangin deh!!"

Rio menggerakkan tangan. Mengalihkan rasa sakit akibat gigitan hewan ganas peliharaannya.

"Bang Rio suka sama bartender disini. Makanya ngadain acaranya di-"

Wajah Rio sudah memerah tatkala semua kameradnya menyudutkan dirinya. Sialnya lagi, Laras menunjukkan gadis membawa nampan dengan oktabook apron berwarna neavy. Kemeja panjangnya dilipat setengah lengan . Hanya gadis itu saja yang mengenakan levis panjang hitam. Berbeda dengan bartender wanita lainnya, memakai kemaja lengan pendek, rok diatas paha serta apron yang sama dengannya.

Gadis berambut pendek dengan lesung pipinya mampu membuat Rio dengan sejuta pesona indonesia luluh.

"Lo kalau suka sama orang, bilang. Jangan di pendam. Di tikung di sepertiga malam, baru tahu rasa lo." ujar Ranz.

"Jadi inget Billar sama Hauw." 

"Biar gak nyesal. Mending ungkapin sekarang!!"

Laras tertawa terbahak-bahak. Wajah Rio merona, seperti kepiting rebus saja. Ia menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. 

"Atau, perlu gue panggil sekarang?" Dika berdiri. Keluar dari lingkaran. Laras menunjuk gadis yang dimaksud Rio. Tak jauh dari mereka.

Dika bertepuk tangan. Memanggil bartender dengan nampan di dada . Ia menoleh, menghampiri Dika.

Dika tersenyum, membisiki sesuatu. Tak sengaja tatapan keduanya bertemu. Anehnya, gadis itu sama sekali tak mengalihkan pandangannya sedikit pun. Telinganya fokus mendengarkan untaian kata dari mulut Dika. Tak lama, ia mengangguk. Tepat saat itu ia tersenyum, memperlihatkan lesung pipinya pada Rio.

Oh shit!!

His smile drives me crazy!!!

"Lo ngomong apa aja tadi?" Sepergian bartender itu, Dika kembali duduk.

"Ngomongin perasaan lo lhah. Gue cuma niat bantu kok. Gak bakal nikung." Dika kembali ke tempat duduknya. Mengamit tangan kekasihnya. Bahwa dia tetap akan setia.

Rio menggaruk tengkuk tak gatal. Ia menendang kaki meja. Tawa semakin menggelegar. Rio berkali-kali menghembuskan nafas panjang. Menahan debaran jantungnya semakin bertaluan kencang. Laras tertawa sampai air matanya menetes. Mengerjai abangnya cinta dalam diam ini sangat mengasikkan.

Dan itu benar-benar terlalu bagi Laras.

Adik tershucks yang ia miliki.

Pertemuan awal mereka memang sederhana. Namun membekas bagi Rio. Semenjak Rio mengetahui gadis itu bekerja disini. Acap kali ia mengunjungi. Dalih memesan ataupun menjadikan base camp bersama kameradnya. Ia hanya ingin melihat gadis itu. Sekalipun dari kejauhan. Entah mengapa, ia belum berani  mendekatinya. Gengsi Rio terlalu tinggi. Hingga hari ini terjadi.

Ranz ikut tertawa disana. Sama halnya dengan Khanza. Ditengah keramaian dengan kerlap-kerlip lampu. Musik menggema. Khanza menyadari sesuatu. Nafasnya tercekat. Jantungnya berdetak cepat. Tawanya terhenti. Tanpa sadar, Khanza mengeratkan genggaman tangan Ranz. Mencari kekuatan disana.

Karena pada dasarnya, Gibran tak kalah terkejut melihat dirinya disini.

Jazakumullah Khoir 🖐

Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 29.3K 28
(โš ๏ธ๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”žโš ๏ธ) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] โ€ขโ€ขโ€ขโ€ข punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
609K 44K 40
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...
373K 28.8K 37
Warning!!! Ini cerita gay homo bagi yang homophobic harap minggir jangan baca cerita Ini โš ๏ธโ›” Anak di bawah umur 18 thn jgn membaca cerita ini. ๐Ÿ”žโš ๏ธ. ...
7.1M 349K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...