RITME; Married with Selebriti

By icitbilala

29.6K 4.7K 1.4K

Tiba-tiba menjadi ISTRI seorang Selebriti ternama? Ada apakah ini? Ranz, lelaki yang pernah mengisi hati Kha... More

P R O L O G
Ritme, 1
Ritme, 2
Ritme, 3
Ritme, 4
Ritme, 5
Ritme, 6
Ritme, 7
Ritme, 8
Ritme, 9
Ritme, 10
Ritme, 11
Ritme, 12
Ritme, 13
Ritme, 14
Ritme, 15
*CAST*
Ritme, 17
Ritme, 18
Ritme, 19
Ritme, 20
Ritme, 21
Ritme, 22
Ritme, 23
Ritme, 24
Ritme, 25
Ritme, 26
Ritme, 27
Ritme, 28
Ritme, 29
Ritme, 30
Ritme, 31
Ritme, 32

Ritme, 16

772 136 21
By icitbilala

Dalam keheningan menyelimuti mereka. Keduanya saling memalingkan wajah. Dibalik wajah yang disembunyikan, ada rona merah di kedua pipi mereka. Ranz fokus menatap jalanan. Sesekali melirik Khanza lewat kaca spion.

Khanza memperhatikan lalu lalang jalanan. Hembusan angin diluar terasa memasuki pori-pori wajah dengan kaca mobil terbuka setengah. Sekalipun terasa dingin, Khanza lebih menyukai angin malam dibanding Air Conditioning. Lebih terasa menyejukkan.

Mobil masuk ke dalam parkiran hotel bintang lima. Berbagai macam jenis dan warna mobil sudah berajajar sejauh mata memandang. Ranz memarkirkan dibantu sang tukang parkir. Ia menghentikan mesin.

Khanza melepas sealbelt. Menunggu kunci pintu terbuka. Ranz masih menatap ke depan. Menerawang jauh kesana. Berbagai kendaraan, beroda empat melaju kencang melewatinya. Ada sesuatu dalam pikirannya. 

"Kak kenapa?" Tangan Khanza menyentuh pelan bahu Ranz. Ranz terkesiap.

"Eh no problem." Ranz membenarkan kerah pakaian dari kaca spion, menutupi kegugupan melanda.

"Yuk turun. Takutnya terlambat nih,"

"O-oke."

Keduanya masuk ke dalam ballroom hotel lantai 30 dengan jemari saling menaut satu sama lain. Di samping itu, ada dua manusia dengan nafas tertahan. Rona bagai tomat terlihat samar tertutupi temaramnya lampu. Mungkin, bagi mereka ini adalah acara pertama-kencan setelah pernikahan dadakan beberapa hari lalu.

"Kak, kayaknya kalau aku datang. Aku pasangan paling jelek deh," Khanza mengerucutkan bibir. Melihat pantulan dirinya di pintu alumunium lift. Menunggu pintu terbuka.

Ranz menghela nafas. Menahan rasa tak karuan dalam dada.

"Mau cantik kek. Mau jelek, kalau udah sah pasti aku bawa kemana-kemana,"

"Tapi kan kalau jelek nanti malu-maluin. Aku gak terlalu bisa make-up selain natural kak,"

Pintu lift terbuka. Tiga orang keluar dari sana. Menyisakan mereka berdua didalam.

"Natural lebih baik kok,"

"Kalau kamu malu-maluin never mind. Asalkan," Ranz menggantung ucapannya. Melepas genggaman. Merapikan jambul.

"Asalkan?" Khanza mendongakkan kepala dibahu. Tinggi Ranz sebahu dengan kepalanya.

Pintu lift terbuka. Ranz kembali menautkan jemari. Menggenggam erat keluar dari lift.

Khanza terpana melihat suasana tempat ini. Ruangannya luas. Seluas cintaku padanya canda. Seindah ruangan ini, tetap saja keadaan hening. Dimanakah tempat Ranz maksud?

"Bukan disini." Ranz menarik, berjalan sedikit cepat. Setibanya depan sebuah pintu berukuran sedang. Ranz berkata.

"Good luck." Ranz mengedipkan sebelah mata. Walau Khanza sedikit bergetar. Takut penampilannya mengecewakan. Ia tetap tersenyum.

"Sini, pegangan." Ranz menyerahkan bisep lengan terbalut jas. Khanza tetap bergeming. Ragu. Tanpa basa-basi, Ranz menarik tangan Khanza. Mengalungkan dilengannya. Lantas, mengusap pelan kepala Khanza.

Pacar.

Cukup diucapkan dalam hati. Jika Ranz mengeluarkan kata itu dari bibir. Ia takut Khanza tak bereaksi seperti yang ia bayangkan.

Ranz menempelkan jari pada fingerprint. Pintu terbuka. Khanza semakin terpana melihatnya. Salah satu tempat yang belum pernah ia kunjungi secara nyata. Pertama kalinya datang. Selain memandang dari teknologi.

"Sini." Ranz mengubah genggaman dengan rangkulan possesif. Takut gadisnya pergi hilang dan lupakan tiba-tiba.

Khanza sendiri pun tak terlalu terganggu dengan rangkulan kekasihnya. Walau, hatinya berdesir tak karuan. Mungkin karena belum terlalu terbiasa.

𝓇𝒶𝓃𝓏

Keduanya menerobos kerumunan. Nahasnya, Ranz menutup kedua mata Khanza dengan tangan yang merangkulnya dari belakang. Ranz bilang. Mata Khanza masih suci. Gak boleh lihat maksiat. Pamali.

Hei! Memangnya disini siapa paling dominan menampakkan auratnya selain kaum wanita?

Bilang saja kalau Ranz tak ingin kena cicitan Khanza. Melihat yang hawt jelas menyegarkan pandangan. Walau, mereka sudah menikah. Jelas-jelas memiliki peluang banyak.

Maksiat memang nikmat. 

Nikmat namun sesaat.

Sesaat menyesatkan.

Astaghfirullah.

"Lo disini rupanya," Lee muncul dibalik banyaknya manusia.

Ranz dan Lee saling bertos high five. Pasangan Lee tengah ke toilet. Lee menunggu bosan disamping bartender. Tak peduli beberapa gadis menatap genit. Toh, dia memiliki kekasih. Calon kekasih, kekasih simpanan dan kekasih sesaat. Tanpa di ketahui banyak orang. Cukup dirinya dan tuhan yang tahu.

"Oohh, ini yang lo maksud itu. Cakep juga," Lee menelusuri penampilan Khanza dari atas hingga bawah.

"Gue embat boleh?" bisik Lee mendapat satu tonjokan ringan dirahangnya.

"Boleh. Kalau nyawa lo banyak,"

Lee terkekeh ringan.

"Gue cari tempat duduk dulu. Kasihan pacar gue ini capek berdiri. Kalau dia digendong, nanti marah. Iya gak Zay?" Ranz mengerlingkan mata. Melihat ke arah Khanza. Karena menahan malu, Khanza mencubit pinggang Ranz.

"Aww sakit honey." Ranz meringis seraya mengusap pinggang bekas cubitan Khanza. Khanza mendelik.

"Alay juga lo ya ternyata," sahut Lee.

"Lo berkali lipat dari gue." Ranz membawa Khanza pergo dari sana. Meninggalkan Lee menunggu kekasihnya.

𝓇𝒶𝓃𝓏

Mengangkat tangan dan tersenyum jika ada orang yang menyapa. Khanza, masih setia ditutupi mata oleh Ranz.

"Dah sampai," gumam Ranz.

Sebelumnya, Ranz terlebih dahulu occupy sofa panjang dipojok ruangan kepada Rio. Semua untuk Khanza. Agar terasa lebih nyaman.

Ranz membuka telapak tangan sesaat menjatuhkan tubuh keduanya di sofa berukuran tiga orang untuk dua orang. Semua kamerad, mengelilingi di sofa lain. Titik tengah, terdapat meja kaca panjang. Tempat penyimpanan berbagai jenis barang dan makanan. 

"Whatsapp guys," sapa Ranz ke seluruh teman-teman SMP dahulu. Semua membawa pasangan masing-masing. Dengan pakaian serba hitam bukan ziarah. Para lelaki memaki tuxedo hitam. Sedangkan para wanita memaki dress. Tak ada yang melebihi satu jengkal bocah diatas lutut serta tanpa lengan. Semua permintaan Ranz. Sekalipun disana ada beberapa wanita memakai berhijab. Tetap saja, Khanza terasa paling tertutup setelannya. Ranz tak mau jika gadisnya terkotori pikiran karenanya. Terkecuali jika ada mereka berdua dalam satu ruangan. Tak akan segan-segan Ranz akan mengotori pikirannya. Toh, ikatan sah sudah melekat dalam hubungan mereka.

Inilah hidup.

"Wih Ranz. Sekalinya dapat cewek, bikin gue ingin goyang tiktok. Whoah," Tio bersandar pada sofa, menyedekapkan tangan di dada.

"Bukan whoah lagi ini mah. Wadaw." Linda menyahut begitu saja. Obrolkan teralihkan seketika sesosok Ranz datang.

Khanza menunduk malu. Tersenyum. Jemarinya mengenggam Ranz erat. Dingin.

"Ada gue disini honey. Jangan sungkan. Mereka emang gak akan gigit." Ranz berbisik. "Tapi kalau kamu gini terus. Bikin gue ingin gigit kamu secepatnya deh."

Bisikan tak bisa dikatakan jika masih terdengar seluruh makhluk disana. Gelak tawa memenuhi ruangan. Refleks, Khanza menyembunyikan kepalanya dibalik punggung Ranz. Mencubit kecil.

Konon katanya, semakin kecilnya cubitan jari wanita. Semakin terasa juga rasa cubitan tersebut.

Ranz menutupi rasa sakit cubitan kasih sayang dengan merengkuh Khanza dalam pelukannya. Khanza menyimpan kepala diatas dada Ranz. Menyembunyikan wajah tomatnya disana. Ranz santai mengelus punggung pasangan malam ini. Setia menyimak komentar para netizen.

"Kayaknya lo sering main ya Ranz?" 

Kali ini wajah Ranz memerah. "Secret. Diskusi empat mata aja." Tio mengedipkan sebelah mata.

"Btw, gandengan lo ini asli atau palsu?" tanya Tiara mendapat sikutan tangan Linda. 

"Ya asli lah. Kalau palsu, dia bawa manekin kesini. Rental angkot segala. Sekalian supirnya. Buat angkat manekin." Kembali terbahak mendengar jawaban Sari. 

"Gue sumpel nih bibir lo pake kulit durian. Dari dulu gak pernah berubah."

"Makanya gue juga heran sama diri sendiri. Kapan gue bisa berubah kayak di kaset-kaset. Berubah jadi ultramen merah. Nanti lo jadi megalodon. Biar gue samber pake petir."

Tiara benar-benar kesal. Melempar Sari menggunakan tas selempangnya sesaat pacarnya tak mampu menghentikan. Sebelum terkena sasaran, suami Sari terlebih dahulu menangkap tas. Jika keduanya duduk berdekatan. Di pastikan, Tiara sudah menjambak rambut tatanan salon Sari. Seperti masa di sekolah dulu.

"Maksud gue, asli pacar atau rental di side of the road ?" 

"Asli." Ranz menyahut. Mengelus puncak kepala Khanza.

Udah seranjang malah.

"Kalau side of the road itu tipenya Lee. Bayarannya juga gak perlu mahal. Namanya juga cabe merah," Tio terkekeh. Lengannya dijadikan sandaran pacarnya.

"Kan dulu kalau Lee buat acara prom night aja rental cewek. Gara-gara belum move on sama mantannya. Ranz kan sama Lee lengket bener. Kayak sejoli saling mencintai." sahut Dika. 

"Tau aja lo tentang hidup gue." Baru saja Lee ikut bergabung. Duduk tepat disamping Ranz. Sebelum sesaat di usir. "Apaan lo? Ini tempat gue. Udah booking dari awal nih,"

"Jahat bener dah. Giliran jomblo aja lo deketin gue terus."

Khanza menarik tubuhnya. Mereka berkenalan satu persatu. Khanza berjabat tangan dengan kaum wanita saja. Siapa lagi jika bukan Ranz melarang dirinya berjabat tangan dengan semua kaum lelaki teman SMPnya disana. Sebelumnya Ranz berbisik.

"Kamu gak boleh sentuh lelaki mana pun selain gue,"

Itupun berarti bagi Ranz. Setiap ada gadis yang meminta berjabat tangan. Ia akan selalu menangkupkan kedua tangan depan dada. 

"Gue udah ada yang punya. Gak boleh sentuh sembarang. Bahaya. Cemburu dia nanti," kata Ranz tanpa sepengatahuan Khanza. 

Bahaya. Bisa-bisa, pipi Khanza gak ada bedanya sama kepiting rebus.

Untung saja mereka mengerti. Karena mereka wanita. Dan mereka selalu ingin dimengerti.

Karena wanita ingin dimengerti

Lewat tutur lembut dan laku agung

Karena wanita ingin dimengerti

Manjakan dia dengan kasih sayang

Jazakumullah Khoir 🖐

Continue Reading

You'll Also Like

996K 41K 65
Elena Rosalina Smith memiliki seorang tunangan yang tiba - tiba di rebut oleh saudari tiri nya. Dan sebagai ganti nya, Elena terpaksa harus menikahi...
598K 22.8K 47
Typo bertebaran, harap tandai ❗ Cinta pada pandangan pertama memang sebuah anugrah yang Tuhan berikan bada suatu hambanya. Tetapi tidak semua orang b...
4.9M 183K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
1.6M 7.2K 16
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...