Masquerade: The Lost Princess

prissssy

377K 18.8K 1.4K

"This is a story about once upon a time, when magic still lays." Audrey sebenarnya adalah Kylen, putri Ensea... Еще

Masquerade
2 "First Masquerade Ball"
3 "Chasing the Princess"
4 "King and Queen"
5 "Piano Class"
6 "Prince Skye Curiousity"
7. "Pleasantly Tricky Moon"
8. "The Queen's Sister"
9. "The Past & The Truth"
10. "Arrow of Fate"
11. "Dancing Without Music"
12. "Wrong Party Title"
13. "Abducted Memory"
14. "Fact in Disguise"
15. "Quera Copier"
16. "Poisonous Snake"
17. "The Deal"
18. "Letter of Choice"
19. "His Choice"
20. "Prince and Pauper"
21. "Princess Kylen"
22. "Another Boudle"
23. "Move of the Heart"
24. "The King Decide"
25. "Wake Up, Sleep Tight"
26. "Doubts is Dangerous"
27. "Convinced"
28. "Reminisce and Second Thought"
29. "He Proposed"
30. "My Butterfly"
31. "No Chance At All"
32. "The Legend"
33. "A Little Turbulence"
34. "The Plan"
35. "Double Edged Sword"
36. "Alliance"
37. "Evanescent"
38. "Retrouvallie"
39. "End Game"

1 "Breakable Amulet"

30.7K 838 28
prissssy

"Ah! Topiku!" Teriak seorang anak perempuan di tengah padang bungga saat topinya terbang karena angin; berusaha mengejarnya.

Ilalang-ilalang bergesekan dengan angin yang cukup kencang pagi itu. Angin yang sama yang membuat topi itu semakin terbang menjauh. Dengan putus asa, anak perempuan itu tetap memacu kakinya. Topi itu adalah topi favorit-nya, dia tidak mau kehilangannya.

Untung saja, tiba-tiba ada seorang anak laki-laki muncul didepannya, tangannya menangkap topi itu. Setelah berjalan beberapa langkah, dia berbicara, "Ini topimu." Sambil menyerahkan topi berwarna putih dengan pita pink.

"Ahh! Terima kasih." Anak kecil perempuan itu tersenyum. "Namamu siapa?" Tanya anak kecil itu, senyumannya sekarang sudah berubah menjadi tawa. Tangan kecilnya mengengam erat topinya, rambut pirangnya berkibaran indah diterbangkan angin.

"Kamu, Kylen ya?" Tanya cowo itu, jelas-jelas tidak menjawab pertanyaan awal cewe kecil itu.

Anak perempuan itu mengganguk. "Iya. Kok tau?" Matanya membesar dan kepalanya dimiringkan sedikit ke kanan.

Anak laki-laki itu tersenyum, manis sekali sampai membuat pipi Kylen memerah. "Ah iya, mungkin kita akan sering ketemu setelah ini. Mungkin." Kata cowo itu masih sambil tersenyum. Senyumannya indah, sungguh. Seperti kupu-kupu berterbangan.

Gadis itu terpanah melihatnya. "Kamu umur berapa?" Tanya gadis itu.

"Mm? 7 tahun. Kenapa?" Jawab anak cowo itu.

Gadis kecil itu mengangkat jarinya dan mulai menghitung. "Sekarang aku umur 5 tahun. Berati, 11 tahun lagi! 11 tahun lagi, kesini dan temui Kylen ya! Menikah! Kita akan menikah!" Teriak gadis itu kegirangan.

Anak cowo itu tertawa. "Ya, kalau fiancé mu itu mengijinkan."

"Ahh benar." Anak itu terlihat sedih. "Ada dia ya." Anak itu berpikir sebentar. "Kalo gitu! Ini aku kasih cincin. Pergi kesini 10 tahun lagi sambil membawa cincin ini. Mungkin saat itu, hubungan fiancé-ku udah putus! Oke? Janji ya!"

** ** ** ** **
10 Tahun Kemudian
** ** ** ** **

"Putri Kylen masi belum diketemukan, Pangeran Aiden resah." Baca ibu Siska di headline koran. Dia mulai mengisap teh panas yang sudah hampir hapos. "Haah. Kenapa pangeran Aiden gak cari fiancé baru aja sih?" Omelnya setengah bergurau.

Audrey tertawa pelan. "Ibu, mereka kan soul mate, tidak bisa dipisahkan dong!"

"Tetapi meskipun, Pangeran Aiden sudah terbukti kegantengannya. Dan lagipula, udah 10 tahun Kylen hilang, belum tentu masih hidup atau tidak bukan?"

"Hush!!" Audrey berhenti sesaat dari kegitaan mengapuny dan mengadap ibunya. "Kylen itu putri negara sebelah, Bu! Hati-hati!"

"Ah. Iya juga, ya. Hmm, tapi kamu tau tidak, denger-denger, pangeran Xavier, pangeran negara kita. Pernah deket sama Putri Kylen."

"Ohya? Pangeran dingin berhati es itu?" Tanya Audrey lagi, dia mulai tertarik.

"Iya. Eh ngomong-ngomong, bentar lagi ulang tahun Pangeran yang ke 17. Sepertinya akan dirayakan besar-besaran." Kata Ibu Siska girang.

"Ibu ini.." Audrey jadi senyum-senyum sendiri.

Namun tiba-tiba, pintu diketuk sebelum dibuka. "Permisi." Seorang pria dan anaknya yang seumuran dengan Audrey masuk ke toko baju jahitan milik mereka.

Bu Siska langsung berdiri. "Duke William dan Andre, ada apa anda kesini?" Tanya Bu Siska sopan setelah dia membungkuk hormat.

"Halo paman William! Andre!" Teriak Audrey langsung.

"Hush! Audrey! Dia seorang Duke!" Siska berusaha mengingatkan.

William tertawa kecil. "Tidak apa-apa, Bu Siska, Audrey sudah seperti anak saya. Oh ya, kedatangan saya kesini, keluarga kerajaan ingin memesan beberapa gown dan tuxedo untuk ulang tahun pangeran Xavier, seperti biasa. Anda bisa ke istana untuk mengukur bajunya, sekarang?"

"Ke istana? Aku ikut boleh?" Teriak Audrey semangat.

"Ya, kamu boleh ikut, Audrey." Jawab William sambil tersenyum; Audrey memang selalu bersemangat.

** ** ** ** **
Sringloer Castle
** ** ** ** **

Audrey berjalan di taman belakang istana sedangkan Ibu Siska sedang mengukur baju Raja dan Ratu. Ibu Siska memang biasanya mengurus baju untuk pesta-pesta tapi dia jarang sekali mengajak Audrey ke istana, entah mengapa. Karena itu, setiap dia diajak, dia pasti akan jalan-jalan.

Audrey senang ke castil-castil dan istana-istana, apalagi tamannya. Besar dan hijau. Selain itu banyak patung-patung putih yang vintage. Bunga-bunga nya juga tidak kalah indah. Semua disusun sebegitu rupa hingga menampilkan pemandangan yang memuaskan mata sekaligus hati.

Secara tidak sengaja, dia melihat sesosok cowo yang sedang tidur di kursi panjang taman. Dia terlihat tidur sangat pulas. Dan entah kenapa, Audrey jadi penasaran.

Audrey pun menghampiri cowo yang tertidur itu. Dia menekuk lututnya agar wajahnya bisa sejajar dengan wajah pria itu. Semakin lama Audrey memandanginya, semakin lama dia sadar kalau cowo ini rupawan. Hidungnya mancung, bibirnya tipis manis, rambut coklatnya yang berantakan membuatnya terlihat semakin rupawan. Sayangnya kelopak mata cowo itu tertutup, Audrey ingin sekali melihat matanya; warna apa? Hijau? Biru? atau coklat seperti dia?

Dia tidak bisa mengontrol tanganya untuk tidak menyentuh cowo itu. Digerakanlah perlahan jarinya mendekati wajah cowo itu. Sayangnya, cowo itu bangun.

"Mesum." Kata cowo itu pelan, mengagetkan Audrey. Aneh karena kelopak matanya masih tertutup.

"Hah?!?"

"Tadi kamu mau melakukan apa, hah? Dasar mesum." Sambung cowo itu. Matanya sudah terbuka sekarang. Biru. Ya, warna matanya biru. Biru pucat, hampir menyerupai biru langit. Dan sangat indah, sangat indah.

"Hey! Aku cuma mau meyentuh. Bukan mesum!" Audrey mencoba membela diri. "Tunggu, aku rasa aku belum menyentuhmu."

"Cuma ya? Cuma." Cowo itu melakukan pengulangan kata. Tak lama kemudian dia duduk, yang membuat Audrey terpaksa otomatis berdiri. "Bagaimana bisa kamu masuk sini? Penyusup ya?" Tanya cowo itu lagi. Suaranya berat, tapi tidak terlalu berat. Merdu? Tidak, sulit untuk menjelaskannya. Yang penting itu adalah suara terbaik yang pernah Audrey dengar.

"Ha? Tidak!" Jawab Audrey. "Aku anaknya Bu Siska! Dia adalah penjahit yang dipanggil untuk mengukur baju buat ulang tahun Pangeran Xavier!"

"Oh. Bu Siska. Aku tidak tau kalau ternyata dia punya anak."

"Tidak ada yang nyuruh kamu untuk tau juga, sih."

"Yaudah, silakan pergi. Menganggu orang tidur, saja." Cowo itu kembali berbaring di kursi. Matanya hampir menutup.

"Kamu pikir kamu siapa?" Tanya Audrey berkacak pinggang.

Dilain sisi, cowo itu terganggu; demi apapun itu, dia butuh tidur!

Cowo itu berdiri, Audrey bisa melihat sedikit kemarahan dimatanya. "Kamu tidak tau aku ya? Ok. Ayo kita ke ruangan Bu Siska lalu tanya siapa aku!" Cowo memegang tangan Audrey, berniat menariknya.

Blass!!

Sesuatu mengalir dirasakan cowo itu saat memegang Audrey. Sesuatu yang dia udah familier. Wajahnya yang tadi sudah mengarah ke pintu masuk, segera menoleh ke Audrey. "Kamu.. benerkah kamu anaknya Bu Siska?" Tanyanya dengan suara parau.

"Hah?" Tanya Audrey kebingungan, alisnya mengangkat sebelah. Sidah jelas tadi dia bilang bila dia anaknya Siska, masakah belum jelas?

Cowo itu tidak menunggu lama. Tampa aba-aba, dia segera menarik tangan Audrey lalu menyeretnya ke ruangan Bu Siska.

Audrey berusaha melepaskan cengkraman cowo itu, tapi sepertinya tidak berguna. Dia terlalu kuat untuk seorang cewe seperti Audrey. Aneh juga sih, bagaimana mungkin cowo ini tau jalan ke ruangan Siska? Apakah dia orang penting?

Setelah sampai, pintu segera dibuka secara kasar oleh cowo itu, disertai bunyi yang cukup keras. Semua mata segera tertuju ke dia, dan Audrey.

"Pangeran Xavier? Ada apa? Waktu mengukur anda masih 1 jam lagi." Tanya Bu Siska, kaget. Dia bertambah kaget saat melihat Pangeran Xavier menarik pergelangan tangan anaknya.

"Hahhh? Orang ini Pangeran Xavier? Oh tentu saja; he's living like what he is told like: mean!" Teriak Audrey langsung. Acuh tak acuh dengan raut muka Xavier yang sedang tegang.

"Orang ini bener-bener anakmu? Yakin?" Tanya Xavier langsung. Mengagetkan Bu Siska.

"Iya, kenapa?" Bu Siska menjawab dengan agak gugup.

"Hei. Sakit! Lepas dong!" Teriak Audrey, berusaha melepaskan gengaman Xavier dengan mengerakan tanganya.

Xavier segera melepaskan gengamanya, lagipula tidak perlu digandeng lagi. "William. Kasih undangan ulang tahun ke cewe ini. Pastikan dia datang." Setelah main perintah, dia langsung meninggalkan ruangan. Tidak memperdulikan kalau William adalah seorang Duke.

"Emm, paman William. Maafkan jika aku agak kasar tapi, orang itu.. kenapa agak aneh?" Tanya Audrey dengan salah satu alis diangkat. Wajahnya penuh keheranan berselimut kemarahan. Lengannya masih sakit karena di tarik begitu saja.

William geleng-geleng. "Aku tidak tau. Biasanya dia tidak pernah seperti itu." Jawabnya, lalu berhenti sebentar. "Jadi Audrey, bisakah kamu datang ke ulang tahunya Xavier? Akan aku kirimkan undanganya besok."

"Tidak." Audrey menggeleng. "Lagipula, mengapa aku harus kesana? Yang ada hanya orang-orang sombong pamer kekayaan."

William tertawa. "Seperti yang kuduga. Tapi coba kamu pikirkan dulu. Tema pesta kali ini Masquerade. Pesta dansa bertopeng. Semua orang tidak saling kenal bukan? Berati mereka tidak bisa saling menyombongkan diri karena menyebarkan identitas sebelum waktunya dilarang."

"Ha ha. Tidak mau."

"Akan aku beri kamu free pas masuk ke castle-ku selama sebulan dan makan ice cream sepuasnya selama seminggu." Jawab William.

Audrey cemberut. "Kau curang. Baiklah baiklah. Akan aku pikirkan sambil jalan-jalan." Katanya sambil berjalan keluar.

Hmm.. Castle William itu vintage. Lumayan, dari dulu aku suka pergi ke castle-castle. Dan ice cream sepuasnya. Hmm.

Tapi kalo cuma seminggu kurang. Apa aku minta sebulan aja ya? Ah! 1 tahun saja! Eh tapi kalo 1 tahun nanti William membatalkan penawaranya.. Hmm 4 bulan aja deh.

Gawat aku tersesat.

Baiklah Audrey. Kamu pernah kesini 5 kali. Tapi kenapa kamu tidak pernah ke bagian ini? Dan kenapa kamu melamun tadi? Ah, ini semua gara-gara tawaran mengiurkan Duke William.

Audrey mulai mencari seseorang yang bisa dia tanyai; prajurit, maid, siapapun, tapi dia tidak bisa menemukan satupun dari mereka. Setelah berjalan beberapa lama lagi, dia akhirnya melihat seorang pria. Dengan wajah bahagia, segera dia menghampiri cowo itu. Tetapi, sebelum dia mendekat, Xavier muncul lalu menyapa cowo itu. Cowo itu pun berbalik ke arah Xavier, wajahnya sekrang bisa Audrey lihat.

Blass!!

Tiba-tiba ada perasaan bersalah mengalir di hati Audrey saat dia melihat wajah ganteng cowo itu. Bukan, bukan kegantenganya yang membuat Audrey tertegun, tapi ada hal lain yang dia tidak bisa jelaskan. Rasa saat mengecewakan seseorang yang disayangi. Sebutir air mata-pun jatuh dari mata Audrey. "Maaf.." Katanya lirih. Kakinya melemas hingga dia jatuh ketanah.

Xavier yang sudah berpisah dari cowo tadi terkaget saat dia melihat Audrey yang sekarang jatuh tersungkur ditanah berurai air mata.

"Hei kamu kenapa? Sedang apa kamu didaerah sini?! Daerah sini hanya buat anggota kerajaan!"

Audrey terasa hampa. Pikiranya kosong. Badanya dingin. "Cowo itu... Siapa?" Tanyanya gagap.

Xavier bingung melihat Audrey. "Aiden? Itu Prince Aiden, dari Enseasen. Memang kenapa dengan Aiden?"

Audrey mengangguk pelan. "Aiden." Lalu dia kehilangan kesadaran.

** ** ** **
Xavier's Room
** ** ** **

"Hei Andre. Perempuan itu gimana? Kondisinya?" Tanya Xavier ke Andre.

"Audrey maksudmu? Dia masi tidur di salah satu kamar tamu. Bersama Bu Siska dan ayahku-Duke William maksudku." Jawab Andre sambil menjalankan caturnya. "Oh ya! Mengapa kamu tiba-tiba menggeretnya keliling istana, tadi? Para maid sedang membicarakannya." Andre tertawa.

Terapi Xavier menganggapinya dengan serius. Dia menarik nafas sebelum bertanya, "Kamu tau, Quera?"

"Tentu saja. Kekuatan super yang hanya dimiliki anggota kerajaan dan orang-orang berdarah biru, bukan? Karna aku cuma anak seorang duke, kekuatan Quera ku kecil. Semakin tinggi derajat seseorang, semakin beasar Queranya. Seperti kamu yang seorang pangeran, Queramu membaca dan merasakan Quera orang lain dan membaca pikiran."

"Ya." Xavier tertawa kecil, merasa sedikit bangga. Harus diakui dia sedikit senang dengan Queranya. "Cewe itu, punya Quera. Dan Queranya tidak lemah." Jawab Xavier.

Andre berlonjat kaget. "Ha? Bercanda? Yang bisa punya Quera kan cuma anggota kerajaan! Kemungkinan rakyat biasa punya Quera cuma 0,000001%! Itupun pasti kekuatan Queranya sangat kecil. Tunggu, bukankah kalo kamu gak fokus untuk mengunakan Queramu, kamu gak akan tau orang itu punya Quera atau tidak?"

"Ya karena itu! Memakai Quera itu membuang banyak energi. Tapi tadi aku cuma memegang tanganya tetapi aku langsung tau kalau dia punya Quera."

"Hm, memang Quera Audrey apa?"

"Mangkanya itu. Aku gak bisa membaca Quera Audrey. Cuma bisa merasakan. Itu kenapa aku bilang Queranya besar!"

"Wah wah wah. Mangkanya kamu menarik tanganya tadi. No wonder. Cowo kayak kamu mana bisa tertarik sama cewe."

"Pokok'nya aku harus tau Quera cewe itu!"

"Susah. Kalo kamu mau tau, kamu harus jadi orang yang dekat sama Audrey dulu kan?" Tanya Andre.

"Ya. Itu kenapa aku ngajak dia ke ulang tahunku nanti!"

** ** ** ** ** **

--

"Ingat ya. Kalau kita udah mengikat emosi, kita harus setia 1 sama lainya."

"Ooh.. Oke." Anak cewe itu menjawab di sela tawanya.

"Janji?" Anak cowo itu bertanya. Dia mengangkat jari kelilingkingnya.

Anak cewe itu tertawa kecil lalu mengaitkan jari kelingkinya. "Ya!"

Anak cowo itu lalu menggunting beberapa rambut cewe itu lalu rambutnya sendiri dan memasukanya di sebuah tas kecil.

--

Audrey pelan-pelan membuka matanya. Hal pertama yang dia lihat? William dan Siska.

"Kamu udah sadar Drey? Bagaimana bisa kamu pingsan, sih?" Tanya Siska langsung. Sedikit ketakutan di suaranya.

"Syukurlah kamu sudah bangun. Kalau begitu paman tinggal dulu ya." Kata William, setelah menarik nafas lega.

"Eh tunggu!" Seru Audrey. William yang merasa namanya dipanggil segera berbalik kearah Audrey. "Pangeran Aiden itu.. Tunanganya Putri Kylen kan?" Tanya Audrey langsung.

"Iya. Kenapa? Tadi kamu liat pangeran Aiden ya? Trus pingsan gara-gara meliat kegantenganya dia?" Tanya William sambil tertawa.

"Hah! Ada pangeran Aiden disini?!" Siska kaget, entah sudah keberapakali dia kaget hari ini. Dia lalu berpaling ke Audrey. "Audrey, pas pingsan apa yang kamu rasain?" Tanya Siska gugup.

Audrey agak bingung melihat reaksi Siska. Tapi tidak lama kemudian dia sudah tenang. "Em, seperti rasa .. sedih? Kayak rasa dekat tapi jauh. Em, aku tudak tau. Yang aku tau, rasanya tidak enak, sangat tidak enak." Jawab Audrey. Sedikit dia tidak tau, kalau jawabannya barusan memberi pengaruh yang besar buat Siska.

"Ha? Memangnya ada rasa seperti gitu ya?" Tanya William. "Aneh. Biasanya jatuh cinta pandangan pertama tidak seperti itu."

Audrey semringis. "Hei! Siapa juga yang jatuh cinta dengan Prince Aiden? Gak ada! Em tapi, pas di Ball nanti, ada Prince Aiden?"

"Katanya tidak suka, kenapa ingin bertemu?"

"Aku tidak tau. Cuma perasaan aneh yang aku rasakan tadi, aku ingin tau kenapa."

"Jadi kamu ikut?" Tanya William.

"Iya. Kalo Pangeran Aiden dateng."

"Pasti datang! Alasann Aiden dateng dari Enseasen ke Spingloer adalah buat dateng ultahnya Xavier." Jawab William.

"Ngak boleh!" Teriak Siska langsung. "Kamu gak boleh dateng!"

Audrey melotot. "Mengapa? Lagipula, waktu Ball persis dengan jadwal ibu jalan-jalan ke luar kota setiap bulan, kan? Aku dari dulu tidak pernah suka dirumah sendirian. Biarkan aku pergi, Bu."

"Kamu bisa menginap di rumahn Nicole seperti biasa."

"Membosankan. Ayolah! Acara seperti ini hanya dateng sekali!"

Siska pasrah. Ditariknya nafas pelan-pelan lalu dihembuskannya lagi. "Oke-oke. Tapi jangan pernah lepas topengmu, oke!"

"Ya!"

** ** ** **

Audrey sudah memakai gaun berwarna cream yang bernuasa vintage. Rambut hitam panjangnya sudah dihias oleh Nicole dengan indahnya. Make-upnya juga membuat Audrey terlihat lebih cantik lagi.

"Ahh! Cinderella of the ball!" Kata Nicole girang. "Enak ya, kamu bisa dateng ke ball seperti ini. Iriii!"

Audrey tertawa kecil. "Iya iya! Nanti aku ceritain gimana pestanya. Ke kamu, eklusif! Gratis!"

"Oke! Tinggal pake mask'nya. Bu Siska sendiri yang buat kan? Bagus banget." Nicole lalu membantu Audrey memasang topeng mata berwarna silver yang diukir indah.

"Gimana? Bagus? Cocok?"

Nicole tersenyum dan mengangguk. Lalu pandanganya tertuju ke gelang dari kulit pemberian Siska yang tidak pernah dilepas sama Audrey. "He, gelangnya gak matching. Lepas ah!"

Audrey menenggok kearah gelangnya itu. "Tapi kata ibu tidak boleh dilepas.."

"Malem ini saja! Berikan ke aku, aku akan simpan agar tidak hilang."

Dengan terpaksa Audrey menyerahkan gelangnya ke Nicole.

"Ok, aku berangkat ya!"

** ** ** **

EDITED (NEXT CHAP IS NOT EDITED YET. IM PLANNING TO EDIT IT AFTER I FINISH THE BOOK SO BEAR WITH IT)

Pic: Aiden

Продолжить чтение

Вам также понравится

107K 10.4K 30
Teman SMA nya yang memiliki wangi feromon buah persik, Arion bertemu dengan Harris dan terus menggangunya hingga ia lulus SMA. Bertahun tahun tak ter...
629K 32.1K 44
Judul Sebelumnya : My Cold Husband Selena Azaerin, itulah namanya, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, dia tak pernah kehilangan sif...
589K 60.6K 63
Cessa dibuat kalang kabut usai menyadari keanehan menimpa dirinya. Alih-alih mati usai jatuh dari lantai jpo, Cessa malah memasuki tubuh anak balita...
1.8M 93.7K 39
Menjadi istri dari protagonis pria kedua? Bahkan memiliki anak dengannya? ________ Risa namanya, seorang gadis yang suka mengkhayal memasuki dunia N...