Darkpunzel

Von artfad

3.9K 497 517

Rapunzel dikurung di kastil karena memiliki keajaiban pada rambut pirangnya, sedangkan Fiora dikurung di ruan... Mehr

01. Rapunzel; Fiora
02. Sebuah Rencana Kecil
03. Kebebasan Sementara
04. Pertolongan Nyata
05. Lembaran Baru Fiora
06. Ketakutan dan Trauma
07. Juni Astina
08. Hal yang Disukai
09. Cukup Berteman
10. Juni Astina (2)
11. Sagita Bella
12. Alasan Hilangnya Juni
13. Redupnya Harapan
14. Mimpi yang Ditakuti
15. Sagita Bella (2)
17. Juni Astina (3)
18. Merekatkan Serpihan
19. Ravin Cakrawala
20. Perasaan Rumit
21. Sosok yang Sama
22. Penghujung Penantian
23. Tenggelam Kesalahan
24. Bukan Rapunzel
25. Fiora; Rapunzel
-00-

16. Pertemanan Sejati

87 13 16
Von artfad

Hal yang paling ditakuti Fiora adalah bermimpi buruk. Debaran, keringat pula rasa takut, semua itu terasa nyata. Memberi Fiora kecemasan, akan suatu fakta yang mengungkapkan bagaimana bila memang hal itu adalah kebenarannya? Kenaifan menggrogoti reluh hati, menyebabkan gadis itu berupaya, menghindari trauma. Melupakan, berusaha tidak mempedulikan. Namun, mengapa masih saja terus terngiang?

"Fi kamu udah sadar?" Iris Fiora membola, menatap atap putih kamar, lalu berganti memandang wajah Bella yang kini, sedang menggenggam telapak tangan Fiora erat. Seakan waktu sedang menunjukkan bagaimana dirinya bekerja, Bella hadir, sebagai tempat agar Fiora tahu bahwa masih ada hubungan yang harus dirinya jaga; pertemanan. Semesta itu adil, yang perlu Fiora lakukan hanyalah tetap bertahan di kala rasa sakit menghujam. Fiora bangkit dari tidur, melemparkan diri ke arah Bella untuk kemudian memeluk gadis itu erat. Isakkan kecil lolos dari bibirnya. Tubuh Fiora bergetar.

Tak ada paksaan yang keluar dari suara Bella, meski gadis berambut ikat satu itu dipenuhi pertanyaan-pertanyaan akan keadaan Fiora hingga berakhir seperti ini. Dan hal itu sudah cukup, Fiora bersyukur Bella tidak memaksanya bercerita. Fiora amat sangat bersyukur. Tangis Fiora terdengar sendu, gadis berambut hitam yang terpotong berantakan itu mencengkram pakaian Bella kuat. Bella mengusap punggung Fiora, menepuk-nepuk kecil memberi kekuatan.

"Makasih Bell," pekik Fiora menggunakan suara serak. "Makasih buat semuanya," ulangnya seolah kata terima kasih tidaklah cukup. Fiora menyadari betapa kekacauan yang terjadi di kamarnya, kini telah dibereskan Bella untuknya. Tak ada lagi pecahan beling, genangan air, maupun sisa-sisa potongan rambut Fiora di lantai. Fiora sesegukkan berujar pelan. "Makasih Bella."

Bella mengangguk, mengendurkan pelukan, memasang senyum lebar. "Kita kan temenan, nggak papa. Kamu sendiri, pernah nyuruh aku tetep kuat dan bertahan. Sekarang kamu yang harus kuat. Aku nggak tahu masalah apa yang sedang kamu hadapi, tapi sama-sama kita bisa cari jalan keluar." Gadis itu berujar panjang lebar, memberi ketenangan pada hati beku Fiora.

Fiora menyeka sisa-sisa air matanya. "Kamu ini selalu inget kata-kata yang pernah aku ucap."

Senyum Bella melebar. "Iya dong, begini-begini ingatan aku cukup kuat. Sekarang berhenti nangisnya, kita benerin model rambut kamu!"

Fiora bahkan melupakan bagaimana sekarang wajahnya, dengan rambut setengah punggung berantakan. Fiora mengangguk menyahuti. Selanjutnya tak ada cerita yang perlu dibicarakan, mereka saling menutupi masalahnya masing-masing, sama-sama tidak mau menyinggung hal yang membuat mereka mengingat lukanya. Bella membenarkan potongan rambut Fiora, agar lebih terlihat rapih. Mereka berbincang, membicarakan semua hal lucu hingga hal-hal tidak penting sekalipun.

"Ngomong-ngomong, kamu rencana masuk sekolah lagi, kapan, Fiora?" Kebetulan saat ini masih hari libur, malam minggu, artinya, masih ada satu hari jeda agar Fiora bisa masuk senin nanti. Bella menata barang bawaan di tas punggungnya, ia sudah memutuskan menginap satu malam di rumah Fiora.

Mengatakan tentang sekolah, Fiora sudah mampu menutupi seluruh kesedihannya, di depan banyak orang, ia sanggup berekspresi baik-baik saja seperti biasa, terlebih sudah lewat satu minggu ia membolos. Bila, Erina masih hidup, oma-nya tak kan pernah senang mengetahui Fiora berlarut-larut dan melupakan pendidikannya. Fiora berdehem. "Mungkin senin besok, aku bisa masuk sekolah lagi."

Bella menghentikan aktivitasnya sejenak, menoleh ke arah Fiora berbinar. "Bagus!"

Netra Fiora bergerak ke arah lain, mencari sumber objek di saat dirinya sedang berfikir. Sesaat pikirannya mulai menemukan sedikit solusi. Fiora menegakkan tubuh, mulai mencari benda berkilat di dalam laci Erina. Bella menatap si teman bingung. "Kamu cari apa, Fi?"

Menemukannya, Fiora menorehkan senyum, tangannya memaksa Bella agar menerima pemberian gadis itu. "Kunci cadangan. Aku nggak tahu pasti, keadaan kamu bakalan kayak apa besok-besok. Kamu bisa ke sini tiap hari, Bell. Kita kan temanan." Fiora berucap dengan kalimat terakhir, mengikuti perkataan Bella beberapa menit lalu.

Bella tidak bisa menyembunyikan luapan kebahagiaan, saat Fiora terlihat begitu mengkhawatirkannya. Segera, Bella memeluk Fiora erat-erat menyalurkan kesenangnnya. "Aku bersyukur punya temen kayak kamu."

"Aku lebih bersyukur." Fiora membalas pelukan Bella tak kalah erat. "Kita bisa cari jalan keluar bareng-bareng, sama yang kamu bilang ke aku."

Bella berbisik, "Nggak perlu, kayak gini aja udah cukup."

Fiora mengerjap, ia mengehentikan tepukan pelannya, pelukan mereka terpisah. "Kamu bilang apa barusan?" Fiora memasang wajah kebingungan penuh rasa ingin tahu, tetapi, Bella malah semakin melebarkan senyumannya. Bella berucap lebih keras. "Aku bilang makasih." Dan Fiora tidak bertanya apa-apa lagi, ia tertawa.

Sedikit demi sedikit, bayangan Istari dan Erina menghilang. Mereka saling bertukar cerita sepanjang malam, sampai larut, kemudian ketiduran di kamar Erina yang luas. Fiora tidak menginginkan apa-apa lagi. Dengan Bella, Fiora merasa cukup. Ia lebih bertahan menghadapi semua cobaan. Esok pagi menjelang, Bella harus cepat kembali pulang ke rumah pagi-pagi sekali. Fiora menyetujui, tanpa tahu bahwa kepergian Bella, merupakan awal akan semua masalah rumit menghampiri, menyisakan sedikit ruang Fiora bisa bernapas normal.

Senin tiba, tak ada lagi sosok Sagita Bella di tempat duduknya. Fiora mengikuti pelajaran demi pelajaran, namun, yang gadis itu temukan malahan kealfaan Bella. Konsentrasi Fiora kacau. Mengerjakan pelajaran kimia pun, Fiora merasa tak bisa benar-benar fokus ke depan. Jam istirahat berbunyi, Fiora dipanggil menuju ruang guru sebab pihak sekolah telah mengetahui akan kepergian Erina Kusuma seminggu yang lalu, nenek Fiora yang menjadi satu-satunya wali gadis itu. Fiora mengangguki semua pertanyaan guru kesiswaan, yang dianggap benar, kemudian menandatangani sebuah berkas, berisi pergantian status kewalian.

Penampilan Fiora yang biasanya terkepang satu kini menjadi tanpa ikatan, rambutnya terbentuk belah miring seperti sebelumnya, tidak menyisakan sebuah poni, dengan setiap sisi disematkan ke belakang telinga. Utami dan Mika menanyai akan ketidakberadaan gadis itu tempo hari, tentunya Fiora menjawab dengan alasan tidak enak badan. Fiora masih dilimpahi uang perusahaan Kusuma, meski Erina telah tiada, sehingga gadis itu memiliki banyak seragam, bila salah satu seragam kotor, rusak ataupun robek mengingat kemarin seragam Fiora terkoyak dengan begitu amat parah.

Fiora masih berharap bahwa esok hari Bella 'kan kembali masuk ke kelas, tertidur di atas lipatan tangan menemani Fiora. Tetapi ketika hari kedua datang, Bella masih dengan kealfaannya, padahal, pelajaran bahasa inggris sedang melangsungkan ulangan harian. Fiora tidak mengerti, mengapa setelah Bella mengunjungi Fiora, gadis itu menghilang begitu saja? Fiora mencoba mencari tahu, bertanya pada guru kesiswaan dan meminta alamat lengkap rumah Bella. Fiora menelan saliva, Bella tak memiliki banyak teman, bahkan, seingat Fiora, Bella hanya memiliki dirinya, yang menjadi satu-satunya teman gadis itu. Membuat Fiora tidak tahu harus bertanya pada siapa, Fiora memejamkan mata berpikir keras.

Hari ketiga, Fiora memutuskan berkunjung ke kediaman Bella, sehabis pulang sekolah. Dengan seragam lusuh, Fiora menunggu kedatangan orang tua Bella, ataupun Bella sendiri, di luar rumah. Menginginkan bisa mendengar penjelasan mengenai permasalahan gadis itu. Fiora terus menunggu sampai senja kekuningan berganti, menjadi kegelapan sang malam, menampilkan sesosok redup si bulan, hingga penantian Fiora berakhir setelah, salah satu tetangga menghampirinya, memberi tahu bahwa pemilik rumah akan pulang pagi-pagi sekali. Fiora mengangguk mengerti, ia memilih pulang ke rumah dan mengikuti apa yang diucapkan orang lewat.

Hari keempat, sebelum berangkat sekolah, Fiora kembali ke tempat yang sama, pagi-pagi dini hari, berharap bisa menemukan kedatangan Bella di sana, minimal dapat menemui kedua orang tua gadis itu. Akan tetapi, jangankan orang tua Bella, bahkan rumah tersebut seakan tak memiliki penghuni, sampai jam menunjukkan, pukul enam lewat lima belas menit, membuat Fiora mau tak mau, meninggalkan tempat Bella dan pergi menuju sekolah.

Pula hari kelima dan keenam, Fiora masih mencoba menunggu, berada di halaman depan menggunakan pakaian sederhana dengan tas punggung kecil. Tak ada yang datang, tak ada siapa pun yang berada di sana. Fiora menggigit bibir, ia sama sekali belum mendapatkan jawaban akan hilangnya keberadaan Bella, gadis berambut ikat satu tanpa poni itu pun tidak pernah menceritakan apa-apa pada Fiora.

Fiora mengusap wajahnya gusar sembari terus berusaha menelfon Bella menggunakan telfon rumah, menghubungi terus-menerus tanpa bosan, hingga nomor asing menelfon Fiora ditengah kekalutan gadis itu mencari keberadaan Bella. Telfon Fiora berdering. Dengan buru-buru Fiora mengangkatnya risau, ia berujar tergesa. "Halo?" Seketika kedua mata Fiora membulat sempurna. Telfon itu bukan berasal dari Sagita Bella melainkan Juni Astina.

"Fi, b-b-bisa ba-bantu aku?"

Bagaimana mungkin Fiora melupakan Juni Astina, padahal gadis berambut kepang dua itu juga memiliki masalah rumit mengenai Riki Irwana. Fiora meremas rambut dengan sebelah tangan. Bibirnya membungkam tercekat, ketika tahu di ujung telfon sana terdengar helaan napas isakkan. Fiora mendengarkan tangisan Juni penuh kesesakkan. Bukan karena dirinya 'kan Juni berakhir seperti ini. Fiora harus bagaimana sekarang?!

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

8.4M 519K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
31.1M 2M 103
1# Mavros Series | COMPLETED! MASIH LENGKAP DI WATTPAD. DON'T COPY MY STORY! NO PLAGIAT!! (Beberapa bagian yang 18+ dipisah dari cerita, ada di cerit...
589K 27.8K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
little ace Von 🐮🐺

Jugendliteratur

911K 67.1K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...