' Takdir Cinta '

By KunciHati01

3.4K 207 12

Bagaimana rasanya bila tiba-tiba kita dinikahkan dengan orang yang tidak kita kenal sama sekali? Terlebih ter... More

'Prolog'
'Bab 1 (Keputusan)'
'Bab 2 (pertemuan)'
'Bab 3 (Wisuda)'
'Bab 4 (Aku akan berusaha melupakanmu)'
'Bab 5 (Ragu?)'
'Bab 6 (Pernikahan)'
'Bab 7 (Hari yang baru)'
'Bab 8 (Pamit)'
'Bab 9 (Sabar Menghadapi)'
'Bab 10 (Pilihan Hati)'
'Bab 11 (Mengikhlaskan Masa Lalu)'
'Bab 12 (Berubah)'
'Bab 13 (Pelukan)'
Bab 14 (Diterima menjadi Guru)
Bab 15 '(Alya Faiza Syafeera)'
Bab 16 '(Hari Pertama Mengajar)'
Bab 17 '(Malu)'
Bab 18 '(Takdir Yang Lebih Indah)'
Bab 19 '(Resah)'
Bab 20 '(Rumah Baru)'
'Bab 21 (Aku Pun Mulai Mencintaimu)'
'Bab 22 (Dilema)'
'Bab 23 (Ketidakpastian)'
'Bab 24 (Canggung)'
'Bab 25 (Hati Yang Sama)'
'Bab 27 (Persepsi)'

'Bab 26 (Toko Roti)'

97 5 0
By KunciHati01

"Kamu yakin mau pulang sekarang?" tanya Syakilla sembari membantu memasukkan pakaian Alya ke dalam tas besar.

Alya mengangguk yakin, ia sudah tidak betah di rumah sakit. Lagipula ia sudah merasa baik-baik saja dan ia yakin setelah pulang nanti kondisinya akan semakin membaik. "Iya, Sya. Lagian bosen tau di sini, aku mau pulang aja. Aku juga udah ngerasa sehat, kok."

Syakilla mengembuskan nafas panjang, ia hanya bisa pasrah kalau Alya sudah berbicara seperti itu. "Aku udah telfon Tante Lia kalo kamu pulang hari ini. Awalnya sih gak setuju, tapi karena aku bilang ini kemauan kamu, jadi Tante pasrah dan minta aku buat nganterin kamu pulang ke rumah. Karena Tante lagi ada kerjaan di kantor."

Alya yang kini sudah merapihkan barang-barangnya, menoleh ke arah Syakilla. "Makasih ya, Sya. Udah mau nemenin aku selama di rumah sakit, maaf aku sering ngerepotin kamu." Alya memandang Syakilla dengan tatapan menyesal.

Syakilla tersenyum tulus, baginya melihat Alya bisa sembuh saja sudah membuatnya senang. Ia sama sekali tidak merasa terbebani, karena Alya sendiri sudah ia anggap seperti saudaranya. "Santai aja kali, Al. Kita kan udah lama sahabatan, jadi sudah sewajarnya aku ngebantu kamu di saat perlu bantuan."

Alya ikut tersenyum, ia memeluk Syakilla dengan wajah terharu. "Makasih ya, Sya. Kamu itu emang baik, aku bersyukur bisa kenal sama kamu."

Syakilla terkekeh pelan. "Aku juga bersyukur bisa ketemu sama kamu, ya walaupun orangnya bawel."

Alya melepaskan pelukannya seketika, ia menatap tajam Syakilla. "Aku gak bawel tuh, cuma ... banyak ngomong aja."

Syakilla tertawa diikuti Alya. "Bedanya apa, Mbak? Haish, udah yuk kita pulang. Entar keburu Tante Lia udah ada di rumah, eh kitanya malah belum sampe."

"Ayokk deh, sebelum nyonya besar marah." Alya terkekeh pelan.

Syakilla hanya menggeleng-gelengkan kepalanya seraya tersenyum. Ia mengangkat tas besar Alya untuk dibawa ke mobil yang ada di parkiran rumah sakit.

"Berat gak, Sya? Aku aja deh yang bawa," ujar Alya merasa tidak enak.

"Jangan nyari masalah deh, kamu itu belum bener-bener pulih. Jadi gak usah bawa yang berat-berat, udah biar aku aja," balas Syakilla.

"Baiknya Syakilla, jadi terharu." Alya tertawa.

Syakilla ikut tertawa mendengarnya. Mereka pun akhirnya melangkah beriringan untuk keluar dari rumah sakit. Untunglah tadi Syakilla sudah mengurus administrasi perawatan Alya, lewat uang yang diberikan Lia kemarin malam. Lia sudah menduga jika Alya akan meminta pulang, makanya dia sudah memberikan uangnya kepada Syakilla untuk berjaga-jaga.

"Sya, nanti mampir ke toko roti dulu, ya. Mau beli buat Mamah," ucap Alya saat sampai di parkiran.

Syakilla mengangguk. "Oke," balasnya.

Mereka pun kembali melangkah menuju mobil Syakilla yang terletak di tengah-tengah. Setelah menemukan mobilnya, Syakilla bergegas membuka pintu mobil dan masuk ke dalam diikuti Alya.

Syakilla menyalakan mesin mobilnya, lalu melajukan mobilnya keluar dari rumah sakit. Sementara Alya memilih menyandarkan bahunya ke sandaran kursi. Jujur saja ia masih merasa lemas, tapi tentu saja Alya tidak menceritakannya pada Syakilla. Karena menurut Alya, ia akan merasa lebih baik setelah berada di rumah nanti. Jadi pasti rasa lemasnya akan hilang dengan sendirinya, saat Alya berada di rumah.

Alya memang selalu begitu, mengabaikan rasa sakitnya dan berpikir seolah ia baik-baik saja. Padahal sebenarnya itu bisa saja berpengaruh buruk bagi kondisinya, tapi sayangnya Alya tidak memikirkan itu. Lebih tepatnya tidak mau menunjukkan itu di hadapan orang lain, karena ia tidak mau membuat khawatir apalagi sampai menyulitkan orang di sekelilingnya. Biarlah Alya yang menanggung semuanya, jangan orang lain. Iya, seperti apa yang dilakukannya pada Dirga waktu itu.

***

Khaira memandang jam yang melingkar di tangannya. Masih pukul tujuh pagi, ia masih ada waktu setengah jam sebelum gerbang sekolah ditutup. Ia pun tersenyum senang, itu artinya dia masih sempat membeli makanan.

"Ga, mampir ke toko roti dulu, ya. Buat istirahat nanti," ucap Khaira pada Dirga.

Dirga menoleh sekilas, alisnya bertaut karena penasaran. "Bukannya biasanya kamu beli makanan di kantin buat istirahat, kenapa malah beli roti?"

"Lagi mau roti aja, kemaren aku liat status temen beli roti abon, jadi pengen juga." Khaira tertawa pelan.

Dirga terkekeh, alasan yang aneh. Tapi walau begitu ia menuruti keinginan Khaira. "Oke, pas banget di depan ada toko roti yang deket."

Khaira mengangguk semangat. Jujur saja Khaira memang orang yang mudah terpengaruh jika ada orang yang membuat status tentang makanan. Makanya terkadang ia harus menahan mati-matian saat ada yang orang yang membuat status tentang makanan, dan di saat itu keadaan sedang tidak mendukung untuk membelinya.

Dirga menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat ekspresi Khaira yang tampak semangat. Khaira memang orang yang tidak bisa ditebak.

Tak lama mobil Dirga berhenti, saat melihat toko roti yang memang sudah ia bicarakan tadi dengan Khaira.

"Kamu mau nunggu di sini, apa mau masuk juga?" tanya Khaira.

"Ikut deh, siapa tahu ada roti yang aku mau juga." Dirga membalas.

Keduanya pun akhirnya turun dari mobil dan memasuki toko roti itu. Setelah mengambil nampan yang tersedia, Khaira langsung ngacir ke rak roti yang diinginkan, sementara Dirga masih melihat-lihat apa yang ingin dibelinya.

Di sisi lain mobil lain berwarna putih juga berhenti di depan toko roti itu. Tak lama salah seorang turun dari mobil dan memasuki toko roti yang tampak luas dan besar. Ia mengambil nampan yang tersedia, lalu mulai mencari-cari roti yang ingin dibelinya.

Matanya mengamati rak demi rak roti yang tersedia, memilih-milih roti yang sesuai dengan yang dicari. Hingga saat menemukannya, ia pun tersenyum senang. Roti itu hanya tersisa satu, untunglah ia masih kebagian. Tanpa berpikir panjang, ia pun langsung mengambilnya, tapi bertepatan dengan seseorang yang juga ingin mengambil roti yang sama dengannya.

"Emm, maaf tapi aku yang ngeliat roti ini duluan." Ia tampak berucap dengan hati-hati.

Khaira yang berada di sebelah orang itu, menoleh lalu mengangguk. "Oh, maaf ya. Aku emang udah pengen roti ini dari kemaren, tapi karena kamu yang lebih dulu gakpapa deh. Aku bisa beli roti lain, lagian roti yang lain gak kalah enak juga." Khaira tertawa pelan.

Orang itu merasa tidak enak hati, apalagi Khaira begitu baik mau mengalah untuknya. "Kamu baik banget, ya. Aku jadi ngerasa gak enak hati."

"Eh gakpapa, ini kan emang kamu yang lebih dulu ngeliat. Aku yang baru liat main langsung ngambil aja, gak ngeliat sekitar. Maaf ya." Khaira tersenyum tulus.

Orang itu ikut tersenyum, tiba-tiba roti ditangannya ia taruh di nampan Khaira. "Kamu yang lebih baik ngambil roti abonnya, kayaknya kamu yang lebih pengen. Kalo aku bisa cari roti yang lain."

Khaira menatap roti yang kini ada di nampannya dengan bingung, tapi kemudian ia kembali memandang orang di sampingnya. "Makasih...." Khaira menggantung ucapannya, saat menyadari ia tidak mengetahui nama orang yang baik itu.

"Panggil aja Alya," balas Alya yang tahu pikiran Khaira.

Khaira tersenyum riang, sekarang ia mengetahui nama orang yang baik itu. Sungguh ia merasa senang bisa bertemu orang seperti Alya. "Makasih, Alya," ucap Khaira tulus. "Oiya, aku Khaira."

"Senang bertemu denganmu, Khai." Alya membalas  dengan ramah. "Aku harap kita bisa ngobrol lebih lama, tapi sayangnya aku harus cepet pulang," lanjut Alya tampak menyesal.

Khaira seketika teringat pula, waktu yang ia punya pun tak banyak. Karena sebentar lagi gerbang sekolah tempatnya mengajar akan ditutup. "Aku juga baru inget, ada urusan. Next time semoga kita bisa ketemu lagi dan ngobrol banyak, Al."

Alya mengangguk seraya tersenyum lebar. "Iya, semoga ya. Yaudah kalo gitu aku duluan ya, assalamu'alaikum Khaira."

"Wa'alaikumussalam," balas Khaira tersenyum.

Alya melambaikan tangannya sekilas, lalu dengan cepat mengambil roti cokelat yang terletak di sebelah roti abon. Kebetulan selain roti abon, Mamanya juga menyukai roti cokelat. Setelah mendapatkannya Alya segera melangkah menuju kasir untuk membayarnya.

Khaira yang melihat Alya tampak terburu-buru terkekeh pelan, kemudian ia pun berbalik untuk mencari Dirga. "Ga, udah belum?" tanya Khaira setelah menemukan Dirga yang sedang memilih antara roti kopi atau roti isi daging.

Dirga tertawa kikuk saat Khaira tiba-tiba sudah ada di sampingnya dan melihat kebingungannya. Tanpa berpikir panjang, Dirga langsung memilih roti kopi dan meletakkannya di nampan yang dipegang Khaira. "Udah, kok." Dirga tersenyum kaku, jujur saja ia merasa malu karena Khaira melihat kebingungannya yang hanya disebabkan oleh roti.

Khaira terkekeh pelan, sebelum akhirnya melangkah menuju kasir bersama Dirga. Ia menyerahkan nampan yang dipegangnya pada sang kasir.

Setelah kasir membungkus pesanan Khaira dan pesanannya, Dirga pun menerimanya dan segera membayarnya.

"Terima kasih, selamat datang kembali," ucap sang kasir ramah.

Dirga dan Khaira mengangguk, lalu mereka pun melangkah keluar toko dan bergegas memasuki mobil. Setelahnya Dirga menyalakan mesin mobilnya dan mulai melajukan mobilnya menuju SMA Rajawali.

***
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Akhirnya aku update lagi, maaf banget ya kalo lama 😭 aku ada hal lain soalnya, jadi baru bisa update sekarang. Tapi tenang aja, aku bakal lanjutin cerita ini sampai tamat. Dan oh iya mau spoiler dikit hehe, mungkin beberapa bab lagi akan ada konflik baru, jadi siap-siap ya😂

Oke mungkin segitu aja, maaf atas keterlambatan aku update, semoga setelah ini aku bisa rajin update lagi hehe. Oke sampai babay kalian🙌 Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Syukron Katsiiran❤


Continue Reading

You'll Also Like

108K 532 14
Yang orang tau Kiara Falisha adalah gadis lugu, imut, lucu, menggemaskan juga lemot. Tapi di depan seorang Faidhan Doni Advik tidak seperti itu. Pun...
My sekretaris (21+) By L

General Fiction

123K 1.1K 14
Penghibur untuk boss sendiri! _ Sheerin Gabriella Gavin Mahendra
56.7K 5.8K 43
Chava, terbiasa sendiri dalam menghadapi kerasnya kehidupan, membentuknya menjadi cewek yang tangguh. Nathan, terbiasa hidup di tengah-tengah kehang...
1.2M 50.2K 44
(BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Warning! Mengandung unsur kata kasar! Harap bijak dalam memilih bacaan! Suatu hal yang paling buruk bagi Atlantik...