Darkpunzel

By artfad

3.9K 497 517

Rapunzel dikurung di kastil karena memiliki keajaiban pada rambut pirangnya, sedangkan Fiora dikurung di ruan... More

02. Sebuah Rencana Kecil
03. Kebebasan Sementara
04. Pertolongan Nyata
05. Lembaran Baru Fiora
06. Ketakutan dan Trauma
07. Juni Astina
08. Hal yang Disukai
09. Cukup Berteman
10. Juni Astina (2)
11. Sagita Bella
12. Alasan Hilangnya Juni
13. Redupnya Harapan
14. Mimpi yang Ditakuti
15. Sagita Bella (2)
16. Pertemanan Sejati
17. Juni Astina (3)
18. Merekatkan Serpihan
19. Ravin Cakrawala
20. Perasaan Rumit
21. Sosok yang Sama
22. Penghujung Penantian
23. Tenggelam Kesalahan
24. Bukan Rapunzel
25. Fiora; Rapunzel
-00-

01. Rapunzel; Fiora

692 51 45
By artfad

Selamat membaca.

Apa kalian pernah mendengar kisah tentang Rapunzel? Rapunzel yang kita kenal merupakan salah satu serial princess disney yang cantik, berambut panjang dan mempunyai kekuatan ajaib.

Kisah Rapunzel dimulai ketika sepercik sinar matahari jatuh ke bunga, di bumi. Seorang wanita tua bernama Mother Gothel menggunakan kekuatan ajaib sang bunga, untuk membuatnya tetap muda. Namun, dia merahasiakan keberadaan bunga, dengan menutupnya menggunakan tudung dilapisi semak-semak. Waktu pun berlalu. Berabad-abad kemudian, sebuah kerajaan dibangun dekat hutan di mana bunga ajaib itu tumbuh. Suatu saat, Permaisuri sakit sehingga Raja memerintahkan pasukannya, untuk mencari bunga ajaib yang awalnya diduga hanyalah mitos.

Para pasukan pun berhasil menemukan sang bunga mitos, akibat kecerobohan Mother Gothel yang tanpa sadar membuka tudungnya. Permaisuri yang meminum larutan bunga, menjadi sembuh. Ia melahirkan anak perempuan, yang diberi nama Rapunzel. Kerajaan merayakan kelahiran putri dengan menerbangkan lentera-lentera. Mother Gothel, mengetahui bunganya sudah dicabut dan hilang. Ia marah. Dia memilih menyusup ke istana dan menculik bayi Rapunzel. Menyembunyikan Rapunzel di menara tinggi di balik goa untuk kepentingan dirinya sendiri. Hanya dengan menyanyikan sebuah lagu khusus, rambut Rapunzel akan bersinar dan membuat Mother Gothel kembali muda.

Akhir yang bahagia dimulai ketika Flynn memotong rambut panjang Rapunzel, karena tidak mau Rapunzel terikat pada Mother Gothel selamanya. Lalu ketika rambut tersebut dipotong, kekuatannya menghilang dan berubah warna menjadi coklat. Perlahan efek dari hilangnya kekuatan rambut Rapunzel membuat Mother Gothel berubah menjadi tua, ia berteriak, menjerit kemudian hilang kendali, dan jatuh tersandung dengan berubah menjadi debu.

Rapunzel menangisi Flynn sambil bernyanyi, sadar bahwa Flynn sudah sampai batasnya ketika darah terus mengalir dari luka terbuka yang disebabkan Mother Gothel, yang sebelumnya sengaja menusuk. Air mata Rapunzel mengalir, menetes mengenai Flynn lalu menghidupkannya. Mereka pergi ke istana dan memperkenalkan Rapunzel sebagai putri yang hilang pada Raja dan Permaisuri. Pada akhirnya, Rapunzel bersama Flynn pun menikah dan bahagia selamanya.

Kali ini bukan kisah mengenai Rapunzel yang berakhir bahagia, menikah dengan Flynn lalu menemukan keluarga barunya. Ini adalah kisah Fiora (fiore:bunga;Italia) gadis berambut hitam panjang, bermata coklat, berkulit pucat, yang dikurung oleh bibi kandungnya sendiri akibat terlahir membawa sial bagi keluarga. Istari membenci keberadaan Fiora yang membuat kakak kandung wanita itu---ibu Fiora---meninggal dunia akibat melahirkannya. Fairuz---ayah kandung Fiora sendiri, tidak turut andil mengurus kelahiran Fiora, dan memilih menikahi wanita lain. Kebencian Istari bertambah besar ketika wajah Fiora begitu menyerupai mendiang Lina.

Fiora adalah kesialan. Maka untuk membayar kematian Lina, Istari bersumpah, akan membuat Fiora menderita seumur hidupnya. Istari begitu menyayangi Lina, hingga dengan mempertahankan sumpahnya, Istari berada di ruangan sempit ini bersama Fiora---gadis yang sudah tumbuh di umur keenam tahun oleh kedua tangannya.

"Kamu cuma beban," sinis Istari dengan jari-jemari yang mencengkram gantungan pakaian besi, sehabis memukul gadis itu. Fiora duduk meringkuk, pakaian Fiora kusut juga robek di beberapa bagian, sehingga memperlihatkan kulit pucat tergores, mengeluarkan sedikit cairan kental berwarna merah.

Tangisan Fiora menggema di seluruh sudut ruangan, bibirnya berkali-kali meringis-mengerang perih. Sekujur tubuh gadis itu, bergetar dengan wajah yang tak berani terangkat. Istari menyorot murka, gadis kecil di hadapannya ini, memang perlu diberikan hukuman, tidak peduli apakah ia memiliki kesalahan atau tidak, Istari hanya harus menyiksa Fiora setiap hari, agar Fiora sendiri dapat merasakan bagaimana penderitaan Lina karena telah mengandungnya.

"Kamu sadar, karena kamu lahir Kak Lina harus merenggut nyawa? Dia Ibu kamu sendiri tapi kamu membuatnya tambah menderita dengan lahir di dunia ini!" lanjut wanita berambut pendek sebahu itu, sembari meneteskan air mata, pukulan kembali dilayangkan pada tubuh Fiora. Jeritan ampun terdengar, gadis mungil beriris coklat itu mengucapkan permintaan maaf penuh ketakutan. Tangisan Fiora kembali menggema sesak. "Kamu cuma bikin sial!" desis Istari meradang. "Kamu harus sadar kalau kamu cuma bikin sial anak brengsek!" bentaknya tanpa iba.

Rapunzel dikurung di kastil karena memiliki keajaiban pada rambut pirangnya, sedangkan Fiora dikurung di ruang sempit karena telah menjadi kesialan bagi ibu kandungnya. Bukankah mereka memiliki sedikit persamaan? Ahh hanya ada sedikit beberapa fakta yang terjadi dalam hidup, bahwa tak selamanya kenyataan berakhir bahagia seperti dongeng Rapunzel.

Fiora merupakan salah satu dari sekian miliaran juta jiwa yang memiliki kenyataan pahit, yang membuktikan bahwa beberapa manusia belum tentu berakhir baik. Sebab, bukankah memang itu cara kerja takdir?

Kini umur Fiora menginjak dua belas tahun, rambut hitam gadis itu semakin memanjang hingga mencapai tulang ekor. Masih terkurung di ruangan yang sama. Dua kali sehari Istari akan memberikan Fiora makanan, menyuruh gadis tersebut menghabiskannya atau memilih mendapatkan hukuman. Meski sering memukul, Istari tetap memberi makanan yang layak untuk Fiora, mengingat bahwa anak itu harus tetap tumbuh berkembang dengan terus merasakan penyiksaan.

Fiora duduk memeluk lutut sembari membaca buku di lantai, iris coklatnya bergerak ke kanan maupun ke kiri sembari bergumam. Setiap hari senin sampai jumat, Fiora akan mendapat sekolah privat yang sudah dibayarkan Istari. Lalu ketika sabtu dan minggu, Fiora akan mengikuti les bahasa inggris.

Istari mendidik Fiora agar gadis tersebut pandai dalam segala bidang akademik, walau Istari mengerti betapa sulitnya Fiora mengikuti pelajaran, Istari tetap memaksa Fiora belajar dari guru-guru yang sudah wanita itu bayar. Fiora hanya tidak boleh keluar dari ruangan tersebut, tidak boleh bermain, menunjukkan ekspresi senang maupun bahagia. Istari masih seringkali memukul, menampar atau menjambak rambut Fiora, meski demikian, Istari tetap berbaik hati merawat Fiora ketika luka-luka yang dirinya berikan menjadi infeksi mengakibatkan timbulnya demam.

Pakaian yang digunakan Fiora sehari-hari hampir sama, sepasang gaun putih, atau abu-abu polos tanpa gambar. Di umur yang ke tiga puluh lima, Istari lebih memilih tidak menikah dan mengurus Fiora sampai akhir hidupnya. Wanita berambut sebahu dengan sedikit kerutan itu, berencana akan tetap mengurung Fiora selamanya bersama dirinya. Akan tetapi, seringkali manusia lupa, bahwa rencana yang manusia pikirkan belum tentu sama dengan rencana yang semesta inginkan, tentu saja akan ada kerja takdir di sana.

Lelah dengan aktivitasnya, Fiora memilih berdiri, berjalan perlahan mengitari kamar, mengabaikan buku terbuka yang menampilkan sederet paragraf demi paragraf. Atensinya terpusat pada jendela besar tertutupi tirai, yang kini sedang terang akibat sinar matahari yang memantul. Fiora membuka tanpa suara, menatap ke luar jendela dengan kelopak mata memincing silau.

Sejujurnya Fiora bisa saja memilih kabur dari sana, dengan memecahkan kaca lalu melompat ke luar, tetapi, Fiora terlalu takut untuk melakukannya. Gadis pucat itu, tidak suka dipukul, diumpati kasar kemudian dijambak hingga dirinya merasa kesakitan teramat parah. Fiora ketakutan bahkan sebelum memulai niatan pertentangannya. Maka, dengan segala pikiran penuh trauma, selama dua belas tahun hidupnya, Fiora sama sekali tak pernah melawan sang bibi.

Pandangan Fiora jatuh pada tatanan pinggir kota yang ramai, jalanan besar terpadati kendaraan, lalu taman bermain berisi anak-anak yang sedang memainkan suatu permainan yang tidak diketahui Fiora sendiri apa namanya. Fiora menyatukan jemarinya di dinding kaca, irisnya redup, dipenuhi keinginan untuk keluar dan merasakan... bagaimana rasanya tertawa lepas seperti anak berambut pirang itu? Bagaimana rasanya menginjak tanah berpasir sembari berlarian? Atau bagaimana rasanya saat dirinya menginjak jalanan beraspal dengan angin segar yang meniup pelan? Ahh sesekali, Fiora berfikir, apakah berada di luar sana seseru itu. Iris coklat Fiora kini bergerak ke atas menatap langit biru, terpejam sebentar kemudian merapalkan permohonan.

Mengerjap, Fiora beralih menatap, ke arah di mana datangnya suara, yang mengetuk jendela kamar gadis itu. Fiora tertegun, mendapati anak laki-laki seumurannya, sedang melempar batu kerikil ke arah jendela Fiora. Lelaki berambut hitam yang sama seperti milik Fiora itu tersenyum lebar, bibirnya bergerak tanpa mengeluarkan suara. Fiora mengernyit sembari mengeja 'ayo main'. Terbelalak terkejut, Fiora segera menutup tirai gelagapan.

Apa tadi itu dirinya sedang diajak bermain?

Malam menjelang, Fiora tidur di ranjangnya sembari merenung. Iris Fiora membulat, ia menoleh cepat ketika bunyi kaca jendela terketuk lebih keras dibanding siang sebelumnya. Fiora menelan saliva. Irisnya dapat melihat bayang hitam dari arah jendela. Bangun dengan perlahan, Fiora mencoba membuka tirai disertai tubuh bergetar. Degup jantung berdentum, lalu ketika tangannya sudah memberi sedikit celah, tatapan Fiora dapat menemukan anak lelaki siang itu yang kini tersenyum lebar dengan polos di balik jendela. Terlalu terkejut akan sikap yang baru pertama kali Fiora rasakan, gadis berambut hitam beriris coklat tersebut, terjatuh ke lantai selayaknya baru saja melihat hantu.

Tirai kembali tertutup. Mengambil napas tersengal, Fiora menoleh sejenak ke arah pintu, memastikan bibinya masih tidur tanpa terganggu dengan suara yang ditimbulkannya. Menenangkan diri, Fiora berdiri dan berjalan membuka tirai lagi. Bibir lelaki itu bergerak membentuk kata 'hai' tanpa merasa bersalah. Fiora menatap horor. Kini, bibirnya berganti membentuk kata yang berbeda 'ayo main sama aku' katanya lagi. Fiora tidak mengerti, mengapa anak itu begitu menginginkan bermain bersamanya? Mereka bahkan belum saling mengenal.

Merasa tidak enak, Fiora bergerak memberi isyarat agar anak lelaki itu menunggunya sebentar, selang beberapa menit, Fiora mengambil selembar kertas, lalu menulis menggunakan pena di sana. Fiora memperlihatkan tulisannya: 'aku nggak bisa main sekarang, besok pagi-pagi dini hari, saat bibi bekerja, mungkin aku bisa buka jendelanya buat kamu.'

Fiora pikir lelaki tersebut takkan menyanggupi tulisan gadis itu, tetapi yang terjadi selanjutnya malahan, dia mengangguk kemudian melambai dan perlahan turun dari tangga kayu yang dirinya bawa entah di mana lelaki itu mendapatkannya.

Fiora hanya tidak bisa mempercayai bahwa anak aneh itu kembali datang pada pagi dini hari, di saat suhu udara terasa lebih sejuk. Membuat Fiora keluar dari batas amannya. Untuk pertama kali dalam seumur hidup, Fiora mencoba membuka kamar lalu mencari kunci jendela di laci ruang tengah. Dirinya masih tidak berani untuk keluar rumah melakukan hal nekat saat Istari bekerja menjadi pegawai toko.

Jantung Fiora berdegup kencang, perasaan hangat menyelimuti hatinya yang sepi, ketika senyum lebar tertoreh saat Fiora membuka jendela. Fiora tak pernah bertemu siapa pun selain Istari, asing dengan senyum ketulusan yang dipancarkan Ravin tanpa kebohongan. Padahal ini pertama kali mereka saling menatap. Namun, Ravin seperti sudah mengenal Fiora sejak lama. Hati Fiora begitu kosong, hanya terisi ribuan rasa sakit yang sengaja diberikan Istari hanya untuknya. Maka ketika Ravin memberikan pengalaman baru, membuat Fiora merasakan hal yang sedemikian anehnya.

"Kemarin tulisan kamu bagus." Adalah kata pertama yang keluar dari mulut Ravin ketika sudah menyelonong masuk ke dalam kamar. Dia memiliki rambut hitam dengan iris hitam juga, kulit yang lebih gelap dibanding kulit pucat Fiora, bukan berarti lelaki itu pemilik kulit hitam, kulitnya putih, hanya saja tidak seputih Fiora.

Fiora terpaku, untuk pertama kali ia membuka jendela dan merasakan udara pagi meniup wajahnya hangat. Pandangan Fiora tak bisa beralih pada pemandangan langit juga jalan yang masih sepi. Indah sekali, pikirnya.

Ravin duduk di lantai, ia berceloteh ria. "Aku bawa temen." Fiora menoleh, ia berjalan menghampiri Ravin dengan penuh tanda tanya. Anak lelaki itu mengambil sesuatu di kantung, lalu memperlihatkan hewan reptil kecil. "Aku jago loh nangkep bunglon. Sekarang buat kamu. Namanya Pascal." Melihat hal baru, iris Fiora berbinar girang. "A-ah," Tanpa takut Fiora memegang bunglon pemberian Ravin dengan senang. Pipi Fiora memerah begitu bahagia, rambutnya tertiup perlahan saat bunglon tersebut berada di punggung tangan. Melihat keantusiasan Fiora membuat Ravin tersenyum lebar. Ia memperhatikan Fiora lekat.

"Cantik, nama kamu siapa?" Padahal baru berumur dua belas tahun, tapi anak lelaki itu bahkan sudah bisa menggombal seperti orang dewasa saja. Fiora mengangkat wajah, atensinya beralih dari Pascal menatap Ravin penuh. Mungkin menjawab pertanyaan Ravin bukanlah sesuatu hal yang buruk. Lagipula Ravin sudah memberi Fiora hadiah. Iris Fiora menyorot lugu. "Fi-Fiora." Mengerjap, Ravin membuang muka menyamarkan warna samar pada wajahnya. Lelaki dengan pakaian bergambar tulang tengkorak itu menggaruk pipi gelagapan. Menarik napas sebentar, Ravin melanjutkan pertanyaan yang membuatnya penasaran sedari awal. "O-oke Fiora, nama aku Ravin Cakrawala. Terus, apa itu rambut?"

Takdir berjalan seperti yang sudah semesta rencanakan, sama seperti Rapunzel yang bertemu Flynn Rider---seorang buronan kerajaan dan menjadi teman satu-satunya yang menemani Rapunzel dalam perjalanan mengejar mimpi melihat lentera. Fiora bertemu Ravin Cakrawala, lelaki satu-satunya yang menjadi saksi perjalanan baru bagi Fiora sendiri.

a/n
Dedikasi Untuk proyekmenuliseat2
Terima kasih yang sudah menyempatkan diri membaca :)

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 130K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
7M 295K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
634K 24.9K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
5M 921K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...