ᴘᴜᴢᴢʟᴇ ᴘɪᴇᴄᴇꜱ || ᴄʜᴇɴʟᴇ

By lyydan

10.5K 2.2K 1K

Highest Rank: #1-사랑 #18-puzzle #2-chenlenctdream #20-chaeryeong Cast: Jong Jin-rak as Zhong Chen-le Lee C... More

kembang vs dolphin
Presiden Chenle
Nembak
love again
Quiet Down(1)
Quiet down(2)
lockscreen
ridin'1
ridin'2
puzzle piece'1
puzzle piece'2
walk you home'1
walk you home'2
new pieces
the last pieces
full puzzle(END)
facts and q&a
extra part!

7days

563 162 109
By lyydan


7 hari seminggu, apa kabar? Apakah kamu berpikir kita baik-baik saja? 7 hari seminggu satu sama lain, apa artinya? Jika kamu ingin lebih banyak waktu, lalu berapa lama?
7days🐬

Rabu pagi.

Hari ini, Zhong Chenle berjalan kaki lagi seperti kemaren. Dia berangkat lebih pagi agar bisa sekalian menunggu Hanna. Katanya semalam Hanna janji akan membawakannya bekal yang enak. Mereka akan belajar bersama mulai hari ini. Chenle sudah takluk dengan Hanna kah?

"Leleee!" Hanna berseru dari seberang jalan.

"Lama. Ayo!" seru Chenle tak kalah kencang. Buatnya selama ini cowok tuh harus punya suara yang lebih kencang dari cewek, jangan sampai kalah pas kena omel dan sebagainya.

"Taraaa. Gue bawa dua bekel. Satu buat lo!"

Hanna langsung dengan semangat mengatakan itu di kuping Chenle.

"Mantep. Gitu baru gue suka ngajarin elo!"
Chenle mengatakan itu setelah menegakkan badan, yaa dia tadi memiringkan badan mendengar cemprengan Hanna. kalah nih?

"Iyelah serah. Eh yaa ntar belum ada Bu Tania kan?"

Hanna memastikan, sebenarnya dia membawa buku matematika jika hari ini ada jamnya. Malah dia hanya membawa buku matematika. Yang lain? Ada kok di laci mejanya.

"Kan matematika nya Bu Tania cuman seminggu sekali neng. Makanya lo belajar sama gue seminggu full ini ok!"

Chenle mengangkat alisnya meminta persetujuan.

Waah, jadi Chenle sudah serius mengajari Hanna? Yakin tidak menyesal?

"Huhuw kok serem yak, iya aja deh biar se-ge-ra!"

'Ya Allah semoga aja belajar sama Lele bisa bikin eneng pinter beneran.' Hanna banyak berdoa hari itu.

"Tapi besok ada Pak Dahlan." Chenle menambahi.

"Whats besok?" Hanna mengingat-ingat jadwalnya sendiri yang tidak pernah bisa dia hafal itu. "Halah ga papa, Pak Dahlan udah tau gue gak bisa emteka hehe." Hanna meringis, Chenle memutar bola matanya malas.

Mereka terus berjalan beriringan pagi itu. Sambil sesekali bercanda atau menyindir satu sama lain.

Seru in aja cuman berdua kan?

"Eh btw abang gue ada salam buat elu." Kata Chenle ditengah perjalanan.

"Abang lo yang gue kira bokap lo?" Hanna memastikan.

"Iyalah." mereka tertawa.

"Padahal nih yaa gue sama abang Sese gue aja cuman beda 4 tahunan loh, elu beda berapa taun?" tanya Hanna penasaran.

"13" jawab Lele santai.

"Wow!"
"Salam balik btw. Lo deket gak sama abang lo?" Chenle sedikit berpikir, "Deket. Kan kaya bokap gue sendiri." tawanya lagi.

Chenle hanya mengatakan kalau abangnya menitip salam, dia tidak mengatakan kalau abangnya suka Chenle punya temen cewek. Masih malu.

Mereka akhirnya sudah sampai di depan sekolah. Masih pagi sekali pak satpam pun baru mau membuka gerbang. Melihat siapa yang datang pak satpam dengan segera menggeser pintu gerbang sambil senyam-senyum.

Pak, anda ngelihat Zhong Chenle doang loo.

Hanna mengernyit menyaksikan kelakuan pak satpam yang bahkan menyapa ramah Chenle, Lele juga membalas sapaan pak Satpam santai.

"Kita belajar dikelas aja nih?" Hanna segera bertanya.

"Iya, gue juga mau sarapan." Jawab Chenle melirik lapar ke bekal Hanna. Hanna memeluk bekalnya mengetahui teman jeniusnya ini rakus juga.

Mereka bergegas ke kelas, ruang kelas 2-7 ipa ada di gedung 2 lantai 2.

"Ini kan yang gak mudeng kemaren?" tanya Chenle sambil menyendok bekal dari Hanna. Telur goreng aja tapi Chenle lahap sekali memakannya. Sepertinya enak.

"Iya itu kok bisa dapet segitu Le?" Hanna menggaruk kepalanya kasar sampai rambutnya yang terurai panjang itu sedikit berantakan.

"Lo salah ngitungnya. Rumusnya udah bener," satu sendok nasi masuk lagi ke mulut besar Chenle.

"Iya gimana kok salah?" Hanna memicingkan matanya pada mesin pemakan disebelahnya. Dia sendiri tidak makan karena memang sudah sarapan. Bekal yang satunya mau dia makan nanti siang.

"Haha, gini Han. 6 kuadrat berapa?" tanya Lele balik menunjuk angka 6 berpangkat 2 dikertas Hanna.

"12 lah!"

"Om my Gawd. Lo salah ngambil jurusan apa begimana sih Hann!" Chenle mengacak sebal rambut Hanna yang sekarang jadi makin berantakan. Dia lupa tangannya habis megang telur goreng, poor rambut badai Hanna.

"Aa rambut gue!" Hanna memberontak kesal.

"Gue gak salah jurusan. Kak Donghyuck aja jelas-jelas di ipa, yaa gue juga harus ipa!"

"Hfffttt. Ya udah gini, matematika dasar SD banget nih. Pangkat 2 itu artinya angka yang berpangkat di kalikan angkat itu sekali. 6 pangkat 2 berarti 6×6 Han. Kalo 6 pangkat 3, 6nya 3 kali. Tulis!!" Chenle menahan tawanya, dia akan berusaha sabar dengan makhluk salah alam disampingnya ini.

Hanna mengangguk saja dan menurut. Ia mengambil pensil 2b nya dan menulis apa yang dikatakan Chenle barusan. Bahkan soal Hanna yang salah jurusan dia menulisnya. Ada-ada saja.

Chenle segera menghabiskan makannya. Melihat Hanna yang serius menulis angka-angka itu dengan rambut berantakannya membuatnya iba. Dia mengambil tissu ditasnya, menyemprot Hand Sanitizer yang selalu ia bawa ke telapak tangannya. Sudah wangi, pastinya tak ada bau telur goreng ditangannya lagi.

Chenle membenarkan rambut Hanna yang si empunya sendiri tidar peduli, ia hanya menyisirnya halus dengan tangannya. Hanna yang merasakan sentuhan dirambutnya menoleh pada si pemilik tangan. Mata mereka bertemu beberapa detik membuat Hanna malu dan menimbulkan semburat merah di pipinya.

Chenle merapikan rambutnya sampai benar-benar rapi dan menarik tangannya. "Tulisnya sampai 10 pangkat 9 yaa.." bisik Chenle halus namun penuh penekanan. Hanna jadi manyun lagi dan membuang mukanya.

"Cieee ada yang berduaan nih.." ternyata dari arah pintu dua rekan Hanna, Somi dan Ryujin melihat mereka berdua.

"Paan sii lo be-dua?!" Hanna menaikkan suaranya lagi.

Chenle hanya diam, diam karena memikirkan sesuatu. 'Ya Tuhan apa aku akan terus di dekat gadis ini selama 7 hari kedepan?' batin Chenle sambil melihat Hanna lagi yang sibuk memainkan pensilnya. Menghitung angka-angka kecil itu sambil mencoba menghafalnya.

Memangnya tadi Chenle menyuruhmu menghafal yaa Han?

Chenle, sepertinya pikiranmu benar. Seminggu kedepan temani Hanna belajar yaa.

Hari Kamis-

"Hanna? Hari ini kamu semangat sekali bapak jadi ikut semangat mengajar kelas kalian." ucap Pak Dahlan guru matematika peminatan.

"Hihi, iya dong pak. Hanna mana pernah loyo? Paling cuman pas matematika, eh hihi" Hanna nyengir Chenle menatapnya dari seberang. Dua makhluk yang duduk di tengah mereka sudah memasang tangan ditelinga mewanti-wanti. Syukurnya Chenle hanya diam tak memulai perang baru.

"Anak-anak bapak tau pelajaran bapak itu sulit. Jadi, bapak minta ke kalian tidak harus bisa semua tapi semangat lah belajar. Kalo kalian semangat, saya semangat, tentu kalian bisa kok. Apalagi ini baru semester 1 jadi masih ada waktu buat kalian belajar. Mengerti semua?"

"Iyaa pak." Mereka menyoraki Hanna yang senyam-senyum dikursinya. Chenle ikut tersenyum ke arah Hanna, Hanna menoleh sebentar tapi kemudian membuang muka.

Jum'at-

Hari ini Chenle dan Hanna belajar di kantin seusai jam olahraga. Sekalian ngadem plus makan. Mereka membahas bab minggu lalu yang Hanna juga gak mudeng.

"Eh, Han ntar lo temenin gue yaa," pinta Chenle ditengah-tengah pembahasan.

"Ngapain sih Le?" Hanna malas-malasan menjawab. Melihat angka didepan matanya saja sudah membuatnya tidak nafsu jajan.

Padahal Chenle membebaskannya ambil jajan apa saja, Chenle yang bayar.

"Gue mau nembak lagi..ikut yaa," ajak Chenle memohon.

"Kenapa gue jadi harus ikut? Sama anak dream gak?" tanya Hanna sedikit berharap. Benar saja selama 3hari ini dia tidak merasa dipertemukan dengan anak geng dream lainnya. Cuman Jisung yang sekelas sama mereka.

"Enggak. Mereka gak mau ganggu lo belajar," bohong Chenle, sebenarnya ia yang minta agar anak-anak dream tidak mengganggunya di rumah saat Hanna belajar dengannya.

"Terus?" Hanna masih tidak mengerti kenapa ia harus ikut.

"Iya soalnya gue nembak sama seseorang yang pernah spesial buat gue. Lo mau yaa? Pawangin gue biar gak kenapa-napa.." Chenle memelas, dia hari ini mendapat tawaran untuk olahraga menembak dari Lia. Kakak kelas yang pernah ia suka, atau sebenarnya masih sedikit suka.

"Bahaha sejak kapan lo galau, bucin?" Hanna justru menertawakan Lele senang.

"Yaa pokok nya lo musti temenin gue!" ingat titah presiden Chenle tidak bisa diganggu gugat.

"Iye bawel. Kalo gitu sekarang belajarnya udahan yaa, gue ngantuk." Hanna menjadikan buku paketnya bantal untuk segera memejamkan mata.

Chenle diam, lagi-lagi diam. Entah kenapa Lele yang banyak ngomong dan komplain itu diam. Melihat Hanna yang tertidur dia tanpa sadar meletakkan kepala besarnya di meja. Mengamati Hanna yang tertidur dengan nyamannya.

"Lo cantik juga yaa kalo tidur."


Tbc-

Continue Reading

You'll Also Like

985K 59.7K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
24.7K 2.4K 42
Getting your heart harder than a bend in the arena 🚘🏁
989 198 27
Hal yang tidak bisa dipisahkan dari musim panas : 1. Liburan 2. Es krim 3. Cerita horor Rachel dan Geng 127 memutuskan untuk menghabiskan sisa libura...
193K 29.9K 54
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...