the last pieces

320 65 21
                                    

You 're so funny funny
Your voice is a dreamy dreamy
It's stuck in you Really really
Oh babe I think I like you

This is my first time
Am I excited now? Pounding
I felt destiny, just you
Babe ai n't nobody like you

Nobody like u❤itzy

"Icung?"

"Oh Yuna, dimana Samuel?"

"Sedang bekerja, aku ingin ikut tapi katanya jangan."

"Bosan yaa? Mau ikut?" tawarnya pada gadis yang main ayunan di halaman luas rumah Chenle.

"Kemana? Bukannya kamu kesini mencari Chenle?" Yuna masih asik dengan ayunannya.

"Iyap, dan dia gaada." senyum Jisung jelas di buat-buat.

"Kemana kakakmu kerja?" mereka berdua keluar rumah Chenle dan berjalan-jalan diluar.

"Coffee shop seberang jalan. Haruskah kita kesana?" Jisung pun setuju.

"Kalian kenapa kesini?!" dengan wajah dinginnya Samuel yang baru selesai bekerja menghampiri Jisung dan Yuna dimeja luar yang dipenuhi banyak makanan ringan.

"Nungguin kakak lah. Aku kan tidak datang sendiri." lirik Yuna pada Jisung.

"Minumlah, kau bekerja terlalu keras. Bukannya mereka memberi kalian semuanya, apa yang ingin kau tunjukkan dengan bekerja seperti ini?"

🐬🐬🐬🐬

Mereka berjalan-jalan bertiga, saling mengerti bahwa tak ada yang ingin pulang satu sama lain.

"Jisung, kamu pasti menderita. Kakakku bahkan masih kelas satu. Aku tidak tau bagaimana rasanya jadi paling muda dikelasmu."

"Benar, aku tidak suka seperti anak kecil sendiri. Aku lebih suka paling tua dikelas." Samuel kini menyetujui adiknya.

"Itu yang kau alami sekarang kakakku yang tampan." Yuna suka sekali mengejek kakaknya itu.

"Gue gak masalah sebelumnya, karena gue bisa lulus bareng Chenle."
"Hei, bisa kalian berhenti bicara aku-kamu.. gue kek ngomong sama orang asing." Jisung ketawa tanpa suara.

"Emang kita orang asing." Samuel menjawab datar lagi.

"Lo-gue-lo-gue eh kak harus kita lebih keren." Yuna menggumam lucu.

"Yak, belajarlah bahasa indonesia dulu dengan benar!" Samuel mengusap kasar wajah adiknya.

Jisung mulai berjalan di depan tak ingin terlibat pertengkaran kakak adik itu. Ia mengerem langkahnya seketika melihat dimana mereka sekarang membuat batinnya bergejolak.

"Icung kenapa? Ini rumah siapa?"

"Temanku Yun." lirihnya tak mengalihkan pandangan dari rumah yang berpagar putih itu.

"Permisi, apa kalian keluarga Pak Do?" seorang bapak-bapak sambil menggendong anak kecil yang menangis menghampiri mereka bertiga.

"Ka Nana!" anak yang tadi menangis meminta diturunkan dan segera merangkul kaki kurus Yuna.

"Iya pak?" Jisung memikirkan sesuatu.

"Benarkan? Dia Lucas anakku, beberapa hari ini ia suka merindukan Hanna. Kau punya senyum yang sangat mirip dengan Hanna."

"Sa-saya? Hanna?" Yuna jelas tidak mengenal siapa Hanna. Tapi gadis itu sigap menggendong anak kecil tadi.

"Kak Nana kemana saja?" Lucas mencium pipi Yuna.

ᴘᴜᴢᴢʟᴇ ᴘɪᴇᴄᴇꜱ  || ᴄʜᴇɴʟᴇWhere stories live. Discover now