Night Storyteller [COMPLETE][...

By stellagunawan

4.4K 684 23

#1 IN FAIRYTALE [20 APRIL 2022] #5 IN LIGHT ROMANCE [30 MAY 2024] ... More

Prakata
Chapter 1: Little Ezekiel
Chapter 2: Esther
Chapter 3: A Slave
Chapter 4: Alexander Zebediah Darius
Chapter 5: The Truth
Chapter 6: The Fair Punishment
Chapter 7: Night Storyteller
Chapter 8: Fear of Sleep
Chapter 9: An Assassination Plan
Chapter 10: The Poisonous Trap
Chapter 11: Death and Life
Chapter 12: A King's Heart
Chapter 13: Earring of Protection
Chapter 14: Acknowledgement & Disagreement
Chatper 15: A King's Concubine
Chapter 16: Esther's Honesty
Chapter 17: Betrayal Against Alexander
Chapter 18: Comfort in Distress
Chapter 20 : End of Conflict
Chapter 21: Under Beautiful Moonlight

Chapter 19: Facing Evil

121 24 1
By stellagunawan

TOK... TOK... TOK...

Terdengar seseorang mengetuk pintu kayu kamar Alexander. Esther yang telah bangun beberapa menit yang lalu pun berpamitan dengan Alexander.

"Sepertinya Vesper sudah menjemputmu," kata Alexander yang sudah terbangun daritadi.

"Aku permisi dulu kalau begitu," kata Esther.

"Esther," panggil Alexander tiba-tiba dan Esther menoleh ke belakang.

"Setelah semua konflik kerajaan ini selesai, apakah kamu bersedia untuk tetap menjadi selirku?" tanya Alexander tiba-tiba dan Esther tidak tahu harus menjawab apa. Dia terdiam untuk beberapa saat.

"Kamu tidak usah menjawabku sekarang. Kamu bisa menjawabku setelah semua ini selesai," kata Alexander kemudian Esther hanya membungkuk hormat.

"Sampai jumpa malam nanti, Yang Mulia," kata Esther kemudian meninggalkan Alexander.

"Sampai jumpa, Esther..." kata Alexander yang melihat punggung Esther perlahan-lahan menghilang dari pandangannya.

Esther berjalan keluar dari ruangan Alexander dan sudah ada Vesper yang menunggunya seperti biasa. Hari ini Esther dijemput lebih pagi dari biasanya. Matahari pun masih belum terbit.

"Selamat pagi, Vesper," sapa Esther kepada Vesper.

"Pagi, Esther," sapa balik Vesper.

"Sepertinya hari ini kamu menjemputku lebih awal," kata Esther sambil tersenyum.

"Karena aku ada urusan nantinya, Esther. Oleh karena itu aku menjemput lebih awal hari ini," kata Vesper sambil tersenyum. Esther yang tidak mencurigai apa-apa pun berjalan mendahului Vesper. Dan di saat itu juga, Vesper mengeluarkan sebuah kain yang sudah dicelupnya di dalam obat tidur. Dengan cepat Vesper langsung membekap mulut Esther. Esther tanpa sengaja menghirup obat tidur itu dan sebelum dia bisa berteriak, dia sudah tidak sadarkan diri duluan. Vesper kemudian menggendong Esther dan dengan cerdik, dia keluar melalui pintu belakang yang selalu digunakannya untuk membuang mayat. Di depan sudah ada Theo yang menunggunya dengan sebuah kereta kuda.

"Cepat sekali," ujar Theo yang melihat Vesper menggendong Esther yang tidak sadarkan diri.

"Aku akan bawa Esther ke tempat yang telah kita tentukan. Berikan ini pada Penasehat Farhan," kata Vesper kemudian memberikan Theo giwang yang diberikan Alexander kepada Esther. Vesper pun menaiki kereta kuda itu dan pergi menuju tempat tujuannya.

Sementara itu, Theo pun segera masuk kembali ke istana untuk melapor pada Farhan kalau rencananya siap untuk dilaksanakan.

"Penasehat, Vesper telah membawa budak itu ke tempat tujuan," kata Theo.

"Bagus, sekarang kita bisa memulai rencana kita," kata Farhan sambil tersenyum licik.

"Oh ya, Vesper juga menyuruhku untuk memberikan ini padamu," kata Theo kemudian menyerahkan giwang batu Alexandrite milik Esther kepada Farhan. Farhan mengambil giwang itu dan tertawa.

"Alexander, kita lihat apa reaksimu jika melihat giwang ini ada di tanganku," kata Farhan yang tidak sabar melihat muka adiknya itu.

Sejak Esther meninggalkan ruangannya tadi pagi, Alexander tidak bisa tidak merasakan perasaan gelisah di dalam hatinya. Bahkan dalam rapat dewan kerajaan sekarang pun, pikirannya melayang dan dia sempat ditegur oleh Edmund.

"Yang Mulia, apakah Anda kurang enak badan? Kulihat sepertinya Anda tidak fokus dengan rapat hari ini," kata Edmund.

"Tidak, aku baik-baik saja," jawab Alexander.

"Yang Mulia, aku mendapatkan undangan dari kerajaan Eldin untuk mengundang Yang Mulia di pesta pernikahan putra pertamanya minggu depan," kata Aakil membacakan sebuah gulungan kertas.

"Apakah Anda akan hadir?" tanya Aakil pada Alexander, tetapi sepertinya Alexander tidak mendengarnya.

"Yang Mulia," panggil Aakil untuk menyadarkan Alexander dari lamunannya itu.

"Maafkan aku, Aakil. Bisakah kamu mengulangi pertanyaanmu?"

"Apakah Anda akan hadir pesta pernikahan pangeran sulung kerajaan Eldin minggu depan? Karena aku harus membalas kembali suratnya hari ini, Yang Mulia," kata Aakil.

"Katakan padanya aku akan hadir minggu depan," jawab Alexander.

"Oh ya, Yang Mulia. Beliau juga meminta selir Anda untuk hadir bersama Anda di pesta pernikahan putranya," kata Aakil.

"Aku akan sampaikan pada Esther jika aku bertemu dengannya nanti. Aakil, buatkan aku daftar hadiah apa saja yang kira-kira bagus untuk diberikan untuk pesta pernikahan putranya," perintah Alexander pada Aakil.

"Baik, Yang Mulia," kata Aakil.

"Sepertinya selir Anda digemari oleh kerajaan tetangga, Yang Mulia," ujar Edmund.

"Jika mereka tahu siapa sebenarnya dia, mereka pasti akan jijik padanya," kata Zoar tanpa basa basi dan tatapan mematikan dari Alexander langsung mendarat ke arah Zoar. Sebelum Alexander bisa berbicara, Aakil terlebih dahulu membuka suara.

"Tuan Zoar, sesuai kesepakatan dewan kerajaan, kita akan mengakui Esther sebagai selir Aberessian jika dia lulus ujian yang diberikan kepadanya. Esther sudah lulus, dan tidak seharusnya Anda menjelekkannya," kata Aakil.

"Cih..." Zoar tidak tampak peduli.

"Anda adalah dewan kerajaan, Tuan Zoar. Anda seharusnya bersikap lebih dewasa dalam hal ini," kata Aakil lagi dan Zoar pun langsung marah.

"Jangan pikir karena kamu muda dan kamu boleh seenaknya menasehatiku, Aakil! Aku sudah berada dalam dewan kerajaan selama puluhan tahun! Kamu hanya orang baru di sini!"

"Cukup!" perintah Alexander dengan tatapan yang dingin dan semua orang terdiam.

"Zoar, sekali lagi aku mendengar ocehanmu yang tidak perlu, maka aku akan mencabut jabatanmu. Jangan pikir kamu bisa melakukan sesukamu karena kamu bekerja di bawah pemerintahan ayah dulu," kata Alexander bagai pisau yang menusuk dan Zoar menjadi panas.

Setelah beberapa jam, akhirnya rapat selesai dan semua orang meninggalkan ruangan rapat. Tidak ada yang menyadari Esther yang menghilang, tidak terkecuali Alexander karena Alexander memang jarang bertemu dengan Esther di siang hari.

Beberapa jam setelahnya...

Esther tersadar dan terbangun dari tidurnya. Ketika dia membuka matanya, dia melihat kaki dan tangannya diikat oleh tali. Sekarang ini dia berada di sebuah gubuk tua yang usang dan lembab. Esther memperhatikan sekitarnya dan tiba-tiba, dia mendengarkan suara langkah seseorang yang mendekati pintu.

"Ves.....Vesper!!" seru Esther dengan semua rasa tidak percayanya.

"Ternyata kamu sudah bangun, Esther?" tanya Vesper sambil tersenyum.

"Vesper, apa maksudnya ini?! Kenapa aku diikat?" tanya Esther pada Vesper dengan marah.

"Tentu saja karena kamu adalah umpan, Esther," kata Vesper dengan tenang.

"Umpan?!" tanya Esther tidak mengerti.

"Umpan untuk membawa Alexander ke sini," jawab seorang laki-laki dan kali ini Esther melihat Farhan yang masuk ke dalam ruangan.

"VESPER!! Jangan katakan padaku kalau kamu bekerja sama dengan Penasehat. Jawab aku, Vesper!" teriak Esther tidak percaya.

"Benar sekali, Esther. Vesper menawari dirinya untuk bekerja sama denganku agar bisa menyingkirkan Alexander," kata Farhan kemudian tersenyum licik.

"Tidak mungkin! Jangan berbohong padaku, Penasehat! Anda pasti mengancam Vesper bukan?" tanya Esther karena dia tahu Vesper tidak mungkin mengkhianati Alexander. Dia benar-benar berharap semua ini tidak benar.

"Sudah kubilang, Esther. Dia sendiri yang menawarkan dirinya untuk bekerja sama denganku. Bukan begitu, Vesper?" tanya Farhan dan Vesper tidak menjawab apa-apa.

"Vesper! Kenapa kamu melakukan ini?! Selama ini Yang Mulia selalu mempercayaimu! Aku pikir selama ini kamu peduli dengan Yang Mulia?"

"Daripada mengkhawatirkan Vesper, sebaiknya kamu mengkhawatirkan dirimu sendiri, Esther," kata Penasehat kemudian mendekati Esther.

"Anda benar-benar berpikiran sempit, Penasehat. Anda pikir dengan menangkapku maka Anda bisa membuat Yang Mulia datang ke sini? Anda salah besar!" kata Esther dengan lancang.

"Kamu ingin bertaruh, Esther? Aku yakin dia akan datang ke sini jika aku mengatakan aku menyandramu, Esther," kata Farhan dan tertawa.

"Anda benar-benar sudah gila!"

"Aku benar-benar tidak menyangka budak murahan sepertimu sanggup membuat adikku tertarik padamu. Selera adikku benar-benar menarik. Aku ingin sekali melihat muka paniknya itu jika mengetahui kamu ada di sini," kata Farhan sambil tersenyum licik.

"Setidaknya adik Anda tahu cara memperlakukan seorang perempuan dengan benar. Tidak seperti Anda yang menggunakan seorang perempuan untuk mendapatkan tahta Aberessian. Anda benar-benar pengecut!" kata Esther kembali dengan lancang dan itu membuat Farhan mengeluarkan pisaunya dan meletakkannya di leher Esther.

"Jaga mulutmu jika kamu tidak ingin mati sekarang, Esther," ancam Farhan.

"Kalau Anda ingin membunuhku, maka Anda sudah melakukannya dari awal, Penasehat. Anda pikir aku tidak tahu rencana murahan Anda?" tanya Esther. Dia tahu kalau Penasehat tidak akan mungkin membunuhnya karena jika dia melakukannya, maka usahanya untuk membawa Alexander ke sini akan gagal. Semuanya terbaca dengan jelas.

"Kuberikan nilai 100 untuk kepintaranmu, Esther. Tapi sayangnya... hari ini akan menjadi hari terakhirmu. Setelah Alexander datang ke sini, aku akan membunuh kalian berdua," kata Farhan kemudian pergi bersama dengan Vesper.

Malam itu, Alexander seperti biasa pergi ke kamarnya untuk beristirahat setelah hari yang penat. Dia masuk ke kamarnya dan berniat untuk merebahkan dirinya di kasurnya. Namun ketika dia berjalan mendekati kasurnya, dia melihat sebuah amplop yang berwarna merah tua. Dengan hati-hati dia membuka amplop merah itu dan di dalamnya ada sebuah benda kecil yang tidak asing baginya: sebuah giwang emas yang dihiasi oleh batu Alexandrite. Alexander mengambil amplop merah itu dan segera menyambar keluar dari ruangannya.

Tanpa ragu, Alexander langsung masuk ke dalam ruang kerja Farhan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Sepertinya kamu mendapatkan pesanku, Alexander?" tanya Farhan yang telah menunggu Alexander sejak tadi.

"Di mana, Esther?" tanya Alexander dengan serius.

"Melihat reaksimu, sepertinya kamu benar-benar tergila-gila dengan budak murahan itu, Alexander," kata Farhan sambil tersenyum licik.

"Diam, Farhan. Katakan di mana Esther sekarang juga!" seru Alexander dengan nada yang tinggi.

"Tidak usah semarah itu, Alexander. Aku memang berniat membawamu ke sana untuk menemuinya," kata Farhan kemudian dia pun membawa Alexander menemui Esther. Keduanya pun pergi ke tempat tujuan mereka dengan menunggangi kuda milik mereka masing-masing. Setelah sekitar setengah jam, akhirnya mereka berdua sampai di sebuah gubuk tua.

Di sana terlihat beberapa penjaga suruhan Farhan yang mengawali tempat itu. Farhan dan Alexander turun dari kuda tunggangan mereka dan kemudian masuk ke dalam gubuk tua itu.

"Yang Mulia!!" teriak Esther yang kaget melihat Alexander yang berdiri di hadapannya dan sebelum Alexander bisa mengatakan apapun, Esther memakinya.

"DASAR RAJA BODOH!! KENAPA ANDA KE SINI?!"

"Kamu baik-baik saja, Esther?" tanya Alexander yang menghiraukan makian Esther.

"INI BUKAN SAATNYA UNTUK BERTANYA KEADAANKU, YANG MULIA!! ANDA SEDANG DALAM BAHAYA!" teriak Esther.

"Esther, aku tahu apa yang aku lakukan," kata Alexander dengan tenang.

"Tidak! Anda tidak tahu apa yang sedang Anda lakukan! Mereka akan membunuh Anda kemudian mengambil tahta Aberessian dari Anda!" teriak Esther lagi dan Farhan hanya tertawa keras.

"Kamu lihat, Esther? Aku sudah memberitahumu kalau adikku pasti datang ke sini," kata Farhan lagi.

"Anda benar-benar sudah gila! Anda tidak pantas menjadi Raja Aberessian!!" seru Esther dengan lancang. Dia benar-benar marah.

"Esther, tenangkan dirimu," pinta Alexander dan Esther pun diam.

"Farhan, sekarang kamu puas bukan? Aku telah datang ke sini sesuai rencanamu. Sekarang lepaskan Esther," kata Alexander yang berusaha menyelamatkan Esther.

"Aku akan melepaskannya hanya jika kamu memberikan tahta Aberessian kepadaku, Alexander," kata Farhan kemudian memberikan sebuah gulungan kertas yang berisi pemindahan kekuasaan dan menunjuk Farhan sebagai raja yang baru.

"Yang Mulia!" seru Esther.

"Lepaskan dulu orangnya, Farhan," perintah Alexander dengan tatapan tajamnya. Farhan pun menuruti permintaan Alexander. Dia menyuruh salah seorang pengawalnya untuk melepaskan ikatan kaki dan tangan Esther.

"Pergi dari sini, Esther!" perintah Alexander pada Esther. Bukannya pergi, Esther malah merebut gulungan kertas itu dari tangan Alexander.

"Esther! Apa yang kamu lakukan?" tanya Alexander yang terkejut.

"Aku tidak akan membiarkan Anda menandatangani surat ini!!" teriak Esther kemudian merobek gulungan kertas itu. Farhan yang melihat itu pun langsung mengeluarkan pedangnya.

"BERANI-BERANINYA KAU!!" teriak Farhan kemudian menebas pedang itu ke Esther.

"ESTHER!!" seru Alexander kemudian dengan cepat melindungi Esther dari tebasan pedang itu. Akibatnya lengan kiri Alexander terluka dan berdarah.

"Ekh...." Alexander meringis kesakitan sambil memegang lengan kirinya yang masih berdarah. Darah yang mengalir itu kini merembes ke baju yang dikenakannya. Kain berwarna gading yang membaluti lengan kiri Alexander menjadi warna merah darah.

"YANG MULIA!! Lenganmu!" seru Esther yang melihat lengan Alexander yang terluka.

"Aku tidak apa-apa, Esther," kata Alexander yang berusaha menahan rasa pedih yang ada di lengannya. Meskipun lukanya tidak fatal, namun luka sayatan pedang itu cukup dalam.

"Seharusnya aku bunuh kalian berdua dari awal!" teriak Farhan dengan kesal. Kemudian tidak lama setelah itu, Vesper pun masuk ke dalam gubuk tua itu.

"Vesper, ke mana saja kamu?" tanya Farhan dengan kesal dan ketika Alexander melihat Vesper di depannya, dia hanya tersenyum pahit.

"Ini benar-benar di luar dugaanku, Vesper." kata Alexander yang melihat muka pengawal kepercayaannya bekerja sama dengan Farhan.

"Penasehat, bukankah aku sudah memperingatimu untuk tidak menyentuh Yang Mulia? Aku sudah mengatakan padamu kalau aku yang akan membunuhnya dengan tanganku sendiri," kata Vesper dengan marah.

"Salahnya sendiri karena dia melindungi perempuan itu!" kata Farhan dengan kesal.

"Vesper! Aku mohon, hentikan ini sekarang juga!" kata Esther pada Vesper, namun Vesper tidak mengatakan apa-apa.

"Kamu bebas membunuh mereka berdua, Vepser," kata Farhan kemudian memberikan pedangnya pada Vesper. Vesper mengambil pedang itu dan mengarahkannya pada Alexander.

Esther yang melihat itu langsung berdiri di depan Alexander dan berniat untuk melindungi Alexander dari Vesper.

"Aku tidak akan membiarkarmu membunuh, Yang Mulia!" seru Esther.

"Esther, cukup," kata Alexander pada Esther, tapi Esther tidak menghiraukannya.

"Vesper! Aku tidak peduli apa yang membuatmu mengkhianati Yang Mulia, tapi kamu tidak bisa membunuhnya!! Selama ini Yang Mulia selalu memperlakukanmu dengan baik! Dia bahkan tidak pernah meragukan kesetiaanmu, Vesper!! Kamu tidak bisa membunuhnya!"

"Esther, kamu tidak perlu melakukan ini," kata Alexander pada Esther.

"Apa yang kamu tunggu lagi, Vesper?" desak Farhan kepada Vesper agar dia segera menebaskan pedang itu pada tuannya. Vesper hanya tersenyum kemudian berbalik arah pada Farhan. Dia mengacungkan pedangnya pada Farhan.

"Maafkan aku, Penasehat. Kerja samaku denganmu berakhir sampai sini," katanya dan Farhan terkejut.

"Apa maksudnya ini, Vesper?" tanya Farhan yang tidak bisa bergerak sama sekali karena pedang yang ada di hadapannya. Baik Farhan maupun Esther bingung dengan apa yang terjadi.

"Penasehat Farhan! Anda ditangkap karena berusaha melakukan pembunuhan terhadap Yang Mulia Alexander dan selir Esther," kata seseorang yang tiba-tiba masuk ke gubuk. Ternyada Aakil datang beserta dengan dewan kerajaan lainnya dan beberapa orang pengawal dan Farhan hanya mematung.

"Tidakkah kamu mengerti, Penasehat? Yang Mulia dari awal sudah tahu kalau ini akan terjadi dan aku hanya mengambil bagian dalam rencananya," kata Vesper sambil tersenyum.

"Pengawal! Tangkap Penasehat sekarang juga!" perintah Edmund pada para pengawal yang datang kemudian mereka membekuk Farhan.

"TIDAK!!! INI TIDAK MUNGKIN!" teriak Farhan yang tidak bisa menerima rencananya gagal begitu saja. Rencana yang sudah dipersiapkannya dengan matang kini menjadi debu yang diterpa angin.

"Penasehat Farhan, aku tidak pernah menyangka Anda sekeji ini!" kata Edmund tidak percaya melihat Farhan melakukan perbuatan busuknya.

"ALEXANDER ZEBEDIAH DARIUS!! BERANI-BERANINYA KAMU!!" teriak Farhan dengan emosi meluap-luap.

"Bawa dia pergi, pengawal!" perintah Aakil kemudian kedua pengawal yang membekuk Farhan pun membawanya keluar pergi dari ruangan.

Esther yang kebingungan akhirnya terduduk lemas di lantai.

"Yang Mulia, luka Anda..." kata Vesper yang melihat lengan Alexander terluka.

"Yang Mulia! Anda baik-baik saja?" tanya Edmund dengan panik.

"Aku baik-baik saja, tuan-tuan sekalian. Edmund, Aakil, kalian berdua kembalilah terlebih dahulu ke kerajaan," perintah Alexander pada mereka berdua.

"Baik, Yang Mulia," jawab Edmund dan Aakil bersamaan.

"Vesper, tunggu aku di luar," perintah Alxander pada Vesper dan Vesper hanya menganggukkan kepalanya dan keluar. Sekarang tinggal Alexander dan Esther berdua di gubuk itu.

"Esther..." panggil Alexander kepada Esther yang masih terduduk lemas. Sejujurnya sejak awal Esther sudah ketakutan, namun dia berusaha sekuat tenaga agar rasa takut itu tidak menguasainya. Dia memberanikan dirinya meskipun dia hampir berhadapan dengan maut dan sekarang semuanya sudah selesai.

"Kamu benar-benar berani hari ini," kata Alexander kemudian memeluk Esther dengan tangan kanannya dan air mata Esther langsung merembes keluar. Tangisannya benar-benar seperti seorang anak kecil. Alexander hanya menghela nafas yang lega setelah rencananya itu berhasil karena itu adalah rencana tergilanya. Jika saja Vesper tiba-tiba berniat untuk mengkhianatinya, maka rencancanya ini pun pasti gagal. Setelah Esther menenangkan dirinya, akhirnya Alexander, Vesper, dan juga Esther sendiri kembali ke Aberessian dengan selamat.

Continue Reading

You'll Also Like

42.8K 4.5K 52
(NOVEL TERJEMAHAN!!! Cerita Bukan Milik Saya ) Penulis:_(tidak tahu karena waktu terjmhin gak ada nama penulis aslinya) (SLOW UPDATE 🗣️⏲️) Deskr...
387K 57.5K 82
"Became the Most Popular Hero is Hard" adalah judul novel yang saat ini digemari banyak pembaca karena memiliki visual karakter dan isi cerita yang m...
3M 106K 41
"Gus arti bismillah itu apa sih?"tanya Aisyah "Dengan menyebut nama Allah" "Kalo Alhamdulillah?" "Segala puji bagi Allah "jawab ammar "Kalo subhana...
10.2K 1.9K 93
Apa yang membedakan pahlawan dan penjahat? Sudut pandang orang yang bercerita. | • | Jemisha dan Lucian adalah sepasang sahabat dari desa kecil. Kehi...