Sahabat Dunia Akhirat [SUDAH...

By TsaryRJ

46.6K 3.3K 579

(Beberapa part dihapus untuk kepentingan proses terbit) [Teenfiction - Spiritual] Hanya kisah tentang 4 remaj... More

🌹 Cast 🌹
🌹 Cast 🌹
Chapter 1 : Sekolah Baru
Chapter 2 : Pertemuan Awal
Chapter 3 : Kejailan Fanny
Chapter 4 : Kenalan
Chapter 5 : Seleksi?
Chapter 6 : Problematika
Chapter 7 : Berulah Lagi
Chapter 8 : Berubah?
Chapter 9 : Kepanikan Salma
Chapter 10 : Tawaran Duduk
Chapter 11 : Pasti Bisa!
Chapter 12 : Sebuah Ide
Chapter 13 : Teman Baru
Chapter 14 : Olimpiade
Chapter 15 : Sebuah Fakta
Chapter 16 : Sebuah Fakta #2
Chapter 17 : Masa Lalu
Author Note's
Chapter 18 : Hukuman
Chapter 19 : Hukuman #2
Chapter 20 : Puncak Masalah
Chapter 21 : Jadi Temanku?
Chapter 22 : Kejujuran
Chapter 23 : Bertemu Bidadari
Chapter 24 : Bakat Terpendam
Chapter 25 : Starlight Band
Chapter 26 : Memulai Rencana
Chapter 27 : Apresiasi dari Kawan Lama
Chapter 29 : Permintaan Maaf
Chapter 30 : Study Group
Chapter 31 : Tak Selalu Baik
Chapter 32 : Masa Lalu Naila
Chapter 33 : Kembali ke Jakarta
Chapter 34 : Serius Berhijrah
Chapter 35 : Sepasang Kincir Angin
Chapter 36 : Jas Hujan dan Kamu
Chapter 37 : Rencana Jahat
Chapter 38 : Pandai Berakting
Chapter 39 : Rencana Pembalasan
Chapter 40 : Mengungkap Kebenaran
Chapter 41 : Fakta Lain Yang Terungkap
Chapter 42 : Harus Gercep, Dit!
Chapter 43 : Respon Gadis Itu
Chapter 44 : Jawaban Naila
Chapter 45 : Pilihan Yang Berbeda
Chapter 46 : Hari Kelulusan
Chapter 47 : Berkumpul Lagi
Chapter 48 : Kebenaran Terakhir
Epilog (END)
Pertanyaan
OPEN PO!!!

Chapter 28 : Kakak Pacaran, Ya?

530 53 7
By TsaryRJ

Hati-hati, judul bisa menipu :v

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote serta komen 😉

Dan selamat membaca!!

***

Tak terasa weekend sudah tiba. Hari Sabtu ini anggota Starlight Band akan memulai penampilan perdana mereka.

Salma dan Naila berada di depan kedai, berusaha untuk mempromosikan kedai itu.

"Ayo, semuanya! Hari ini spesial ada tampilan musik sama diskon 50% makan di tempat!" ujar Salma berusaha menarik perhatian orang yang berlalu lalang di trotoar itu.

Naila menimpali, "Iya kak, ayo! Khusus hari ini doang, loh! Jangan sampe ketinggalan!"

Beberapa orang mulai tertarik, ada yang langsung masuk, ada pula yang bertanya terlebih dulu.

"Ini beneran diskon 50%, kan? Nanti bohong lagi," ujar seorang ibu-ibu.

Salma tersenyum. "Iya Bu, kita gak bohong kok. Khusus weekend semua diskon 50%."

"Hm, menarik. Yaudah, saya coba dulu deh." Lalu Ia menarik tangan anaknya dan masuk ke dalam sana.

Salma dan Naila saling berpandangan dan melempar senyum.

"Alhamdulillah, Nai. Ada yang tertarik buat masuk ke kedai," ucap Salma.

Naila membalas, "Iya Sal, Alhamdulillah. Meski gak begitu banyak, setidaknya ada orang yang tertarik."

"Yaudah, ke dalem yuk! Liat persiapan mereka kayak gimana," ajak Salma.

Naila mengangguk dan mereka melangkah masuk ke Kedai.

Sementara itu, anggota Starlight Band kita tampak gugup.

Kayla menatap Fanny bosan. "Sampe kapan lu mau kayak gitu terus?"

Fanny menoleh ke arahnya. "Ya gue gugup weh! Lu emang kagak gugup, apa?"

Kayla mendecak, "Ck, gue juga gugup tau. Tapi gue gak perlu bolak-balik terus kayak lu."

Fanny menunjuk ke arah yang lain. "Liat noh! Mereka lebih parah dibanding gue!"

Lalu Kayla menoleh ke arah yang sama, dan tampak pemandangan yang lebih parah.

Kayla memasang muka datar. "Oke lu bener, mereka emang lebih parah."

Tampak Adit yang sedang menggigiti kukunya dan terduduk di lantai. Dan tak jauh dari sana, Daffa juga menggaruk-garuk kursi yang Ia duduki, entah apa tujuannya.

"Gue rasa kepopuleran Adit bakal ilang seketika kalo fansnya tau hal ini," ujar Fanny dengan tatapan iba.

Kayla menimpali, "Ya, apalagi kalo Naila sampe tau. Bisa-bisa dia ilfeel sama Adit."

Panjang umur, orang yang sedang dibicarakan telah datang.

"Assalamualaikum," ujar Naila yang tiba-tiba membuka pintu belakang.

Adit secara reflek berdiri dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. "Waalaikumsalam."

Sayangnya, Salma sempat melihat dan Ia bertanya, "Er, tadi kalian ngapain?"

Daffa yang sudah menghentikan sikap anehnya menjawab, "Erm, gak ngapain-ngapain, kok."

Salma sedikit ragu, tapi Ia menjawab, "Oke."

"Btw, kalian kesini mau ngapain?" tanya Kayla.

"Oh, ya. Itu, pelanggan udah pada dateng. Mereka juga udah minta kalian buat tampil," jawab Naila.

Fanny, Adit, dan Daffa semakin gugup saja mendengar ucapan Naila. Mereka juga langsung berkeringat dingin.

Fanny tergagap. "H-harus sekarang banget?"

Naila yang mengetahui temannya gugup langsung memegang bahunya. "Jangan takut, kamu bisa."

Lalu Ia menoleh ke anggota Starlight yang lain. "Inshaa Allah, aku percaya kalian bisa," ujarnya sambil tersenyum.

Salma ikut menimpali, "Ya, lagian latihan kalian kan bagus. Pasti penampilannya lebih bagus lagi, ayo dong!"

Mereka yang sebelumnya berkeringat dingin, sedikit-sedikit mulai menampilkan senyumnya.

Mereka aja bisa percaya sama gue, artinya gue juga harus percaya sama diri gue sendiri dan yang lain. Batin Fanny.

Lalu Ia berujar, "Oke, gaes! Ayo tunjukin penampilan terbaik kita ke mereka!"

Anggota yang lain menyahut, "Ayo!"

Mereka menumpuk tangan dan Fanny berseru, "Starlight Band!"

"Bisa!" sahut yang lain sambil mengangkat tangan ke atas.

Akhirnya mereka pergi ke panggung dan bersiap untuk memulai penampilannya.

Fanny menyapa mereka. "Hai, ekhem." Ia terdiam sejenak. "Er, kami disini akan menyanyikan lagu Istana Bintang dari Setia Band."

Keadaan yang sebelumnya ramai seketika sepi. Dan seluruh perhatian terpusat kepada mereka.

Merasa tak ada balasan, Fanny menghela nafas dan mulai bernyanyi.

Disaat 'ku terjatuh, semua menghilang
Disaat 'ku terluka, kamu di mana? Oh

Sekilas, ia mengingat teman-teman lamanya ketika menyanyikan lirik ini. Ia memejamkan mata, lalu kembali bernyanyi.

Disaat 'ku bahagia, semua mendekat
Disaat 'ku berada, kamu setia

Menangis-nangis sendiri tak ada yang menemani
'Ku coba bangkit sendiri, sakitpun tetap sendiri

Biarkan orang tertawa, mencaci juga menghina
'Ku akan terus 'kan terbang menggapai bintang
Biarkan aku 'kan terbang, melayang-layang di awan
Menuju langit yang indah, istana bintang
Istana bintang, istana bintang

Uh-oh
Menangis-nangis sendiri tak ada yang menemani
'Ku coba bangkit sendiri, sakitpun tetap sendiri

Biarkan orang tertawa, mencaci juga menghina
'Ku akan terus 'kan terbang, menggapai bintang
Biarkan aku 'kan terbang, melayang-layang di awan
Menuju langit yang indah, istana bintang

Fanny mengangkat tangannya, mengajak pelanggan untuk ikut bernyanyi. "Ayo semuanya!"

Suasana yang tadinya sepi, menjadi ramai ketika pelanggan juga ikut bernyanyi.

Sementara itu dari dapur, Naila dan Salma menyaksikan mereka melalui jendela yang ada di pintu.

"Fanny bener-bener kayak penyanyi! Padahal tadi dia gugup banget, ya," ujar Salma.

"Iya, dia berhasil bikin para pelanggan seneng." Naila meralat perkataanya. "Eh, maksudnya mereka alias Starlight Band."

Salma membalas, "Iya."

Terdengar dari luar, pelanggan bertepuk tangan dan beberapa juga ada yang bersorak. Mereka puas dengan penampilan Starlight Band.

Dan beberapa orang juga masuk kesana karena tertarik mendengar penampilan mereka.

Anggota Starlight Band saling berpandangan lalu mengangguk, seakan meyakinkan diri untuk melanjutkan penampilan mereka.

"Oke, semuanya. Kita gak cuma punya satu penampilan doang, loh! Masih ada satu penampilan lagi dari kita!" seru Fanny.

Pelanggan tampak antusias menunggu penampilan selanjutnya.

"Ya, kita akan membawakan lagu Kepompong dari Sindentosca!" seru Fanny membuat pelanggan semakin antusias.

"Yeay!" balas para pelanggan.

Ia menghela nafas dan bersiap untuk mulai bernyanyi lagi.

Dulu kita sahabat
Teman begitu hangat
Mengalahkan sinar mentari

Kali ini baik Fanny, maupun Naila, Salma, dan Kayla sama-sama tersenyum mendengar lirik ini. Mengingatkan akan persahabatan mereka.

Dulu kita sahabat
Berteman bagai ulat
Berharap jadi kupu-kupu

Kini kita melangkah berjauh-jauhan
Kau jauhi diriku karna sesuatu
Mungkin ku terlalu bertingkah kejauhan
Namun itu karna ku sayang

Persahabatan bagai kepompong
Mengubah ulat menjadi kupu-kupu
Persahabatan bagai kepompong
Hal yang tak mudah berubah jadi indah
Persahabatan bagai kepompong
Maklumi teman hadapi perbedaan
Persahabatan bagai kepompong
Na na na na na

Beberapa orang juga mulai berdatangan, sepertinya tertarik dengan lagu ini.

Semua yang berlalu
Biarkanlah berlalu
Seperti hangatnya mentari

Siang berganti malam
Sembunyikan sinarnya
Hingga dia bersinar lagi

Kini kita melangkah berjauh-jauhan
Kau jauhi diriku karna sesuatu
Mungkin ku terlalu bertingkah kejauhan
Namun itu karna ku sayang

Oohh

Persahabatan bagai kepompong
Mengubah ulat menjadi kupu-kupu
Persahabatan bagai kepompong
Hal yang tak mudah berubah jadi indah
Persahabatan bagai kepompong
Maklumi teman hadapi perbedaan
Persahabatan bagai kepompong
Ke..pom...pongg

Fanny mengangkat tangan lagi seolah mengajak penonton untuk ikut bernyanyi.

Na na na na na
Na na na na na
Na na na na na
Na na na.. na ... na..

Gitar Kayla pun menutup penampilan. Dan mereka kembali mendapat tepuk tangan serta sorak-sorai dari pelanggan.

"Suaramu bagus!" ujar salah satu lelaki.

Salah satu pelanggan menimpali, "Musiknya juga bagus, jarang ada yang nyanyi ini lagi!"

"Ayo nyanyiin lagi dong!"

"Nah iya, ayo!"

Semua kompak berseru, "Lagi! Lagi!"

Starlight Band tersenyum, sekali lagi tak menyangka akan mendapat apresiasi seperti ini. Bahkan sampai meminta ulang.

"Erm, oke. Kita nyanyiin ulang, tapi sekali aja ya," ujar Fanny.

Mereka kembali menyanyi serta bermain musik.

"Eh, Sal. Ada yang mesen tuh," ujar Naila ketika melihat pelanggan yang datang ke arah mereka.

Salma menatap heran. "Tapi kok sampe ke dapur gini, ya?"

Dan yang datang ternyata bukan pelanggan, melainkan Ulfa.

"Assalamualaikum," ujarnya.

"Waalaikumsalam," jawab Naila dan Salma.

"Loh, kamu disini Fa? Kok dari tadi gak keliatan?" tanya Salma.

Ulfa menyender di tembok. "Iya, dari tadi gue duduk di pojok. Mungkin gak keliatan."

"Oh." Lalu Salma menatap Ulfa antusias. "Eh, kamu liat kan? Aku gak nyangka kedai bakal serame ini."

Ulfa terkekeh. "Iya-iya, gue liat. Kalian berhasil, tadi penampilan mereka bagus juga. Lebih kompak dibanding latihan kemarin."

"Oh ya, Bu Koim kemana?" tanyanya lagi.

Kali ini Naila yang menjawab, "Itu." Ia menunjuk ke arah lain. "Lagi sibuk menuhin pesenan pelanggan."

Ulfa menoleh ke arah yang sama. "Oh ya, kayaknya dia lagi sibuk. Yaudah deh, gue gak mau ganggu."

"Yaudah, Sal, Nai. Gue duluan ya," pamit Ulfa.

"Loh, cepet amat sih? Baru juga dateng," ujar Salma.

"Hehe, gak papa. Gue cuma mau mampir liat Bu Koim, ternyata dia lagi sibuk. Jadi yaudah lah, sampain salam gue ke dia ya."

Salma mengangguk. "Oke, hati-hati ya."

"Ya, Assalamualaikum." Lalu Ia pergi dari sana.

Sembari keluar dari kedai itu, Ulfa tersenyum.

Alhamdulillah, orang-orang yang gue kasih rekomendasi tentang kedai dateng kesini. Setidaknya gue bisa membantu, walau cuma begini.

Ia masuk ke dalam mobil, dan menyuruh supir untuk segera pergi.

***

"Wow! Gak nyangka tadi sebanyak itu yang nonton!" ujar Adit seraya meminum airnya.

Kayla menimpali, "Iya, gue juga gak nyangka bakal dimintain ulang."

"Intinya tadi kita sukses teman-teman!" seru Daffa bahagia.

Kali ini, mereka sedang beristirahat di belakang dapur. Meski lelah, mereka bahagia karena berhasil dalam penampilan perdana.

Naila dan Salma datang menghampiri mereka. "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab mereka.

"Widih, tadi kalian bagus banget. Udah kayak band asli, salut!" ujar Salma sambil bertepuk tangan.

"Ya, aku bangga banget sama kalian," timpal Naila.

"Pasti dong, kita gak mau ngecewain kalian apalagi Bu Koim," ujar Fanny.

"Iya, tau gak? Tadi meski dia sibuk ngurusin pelanggan, tapi dia selalu senyum," ucap Salma.

"Ya, tadi dia keliatan bahagia banget," sahut Naila.

Sekali lagi panjang umur, orang yang sedang dibicarakan datang kesana.

Ia menghampiri mereka. "Assalamualaikum, anak-anak."

"Waalaikumsalam."

"Eh, Bu. Kenapa ibu kesini?" tanya Salma.

"Ibu kesini mau bilang, makasih ya kalian udah bantuin ibu," ujarnya.

Tampak air mata mulai mengalir dari matanya. "I-ibu gak nyangka kedai bakal serame itu tadi, hiks."

Salma terkejut. "I-ibu jangan nangis, dong."

Bu Koim tersenyum. "Gak papa, Sal. Ini tangisan bahagia, kok."

Ia tampak mengeluarkan sebuah amplop. "Oh ya, ini ada sedikit rejeki buat kalian. Tolong diterima ya."

"Itu apaan, Bu?" tanya Salma.

"Ini sedikit uang buat kalian, Alhamdulillah, penghasilan tadi cukup banyak. Jadi ibu sisakan buat kalian, anggap saja sebagai ucapan terima kasih karena sudah membantu."

"T-tapi Bu---"

Bu Koim menepuk bahu Salma. "Gakpapa, terima-terima. Jangan menolak rejeki, gak baik loh."

Salma ragu, namun akhirnya Ia menerima amplop itu. "M-makasih, Bu."

"Sama-sama, Ibu juga terima kasih sama kalian. Sekali lagi, makasih ya udah bantu Ibu," ujarnya.

Mereka serempak membalas, "Sama-sama, Bu."

"Ya sudah, Ibu masuk duluan ya. Kalian kalo mau langsung pulang, gak papa. Dah, Assalamualaikum." Lalu Ia kembali masuk ke kedai.

"Waalaikumsalam," jawab mereka.

Salma menoleh ke arah teman-temannya. "Uang ini mau kita apain?"

Jujur, mereka juga bingung mau diapakan uang itu. Apalagi itu adalah uang bersama, jadi tidak bisa sembarangan dipakai.

Tiba-tiba sebuah ide melintas di kepala Fanny. "Aha! Gue tau!"

***

Hari weekend selanjutnya, mereka membagikan nasi kotak kepada anak-anak di jalanan. Itulah rencana Fanny.

"Makasih ya, Kak," ujar seorang anak lelaki setelah diberi nasi oleh Kayla.

Kayla menyengir. "Hehe, sama-sama. Dimakan ya."

"Siap, Kak!" Lalu anak itu pun pergi dengan penuh bahagia.

Kayla menoleh ke arah Fanny. "Ide lu bagus juga, Fan."

"Gue gak nyangka, si Fanny baik juga ternyata," ujar Daffa.

Fanny mendecak. "Ck, emang kalo gue baik aneh, ya?"

"Ya kagak, bagus malahan. Cuma jarang aja liat lu baik kayak gini," ujarnya lagi.

"Berbuat baik itu kan gak harus ditunjukin, Daf. Yang penting ikhlas," ucap Naila.

"Iya juga, sih."

Salma yang dari tadi diam, tiba-tiba berbicara. "Eh, ini masih ada sisa nasi. Sisanya mau diapain?"

"Erm, bagi-bagiin aja lah ke warga sekitar," jawab Fanny.

"Oke, aku ambil 3 ya." Lalu Salma melenggang pergi begitu saja.

Kayla mengambil beberapa box nasi lalu melesat dengan cepat. "Gue ambil ini!"

"Gue ambil yang ini!" Daffa juga ikut pergi dari sana.

Fanny cepat-cepat mengambil box nasi. "Nah, gue sisanya ya!"

"Eh-eh, aku sama Adit ngapain?" tanya Naila menahan langkah Fanny.

"Er, kalian tunggu disini aja, ya! Oke, bye!" Lalu Ia segera melesat pergi dari sana.

Untuk kedua kalinya, mereka meninggalkan Naila dan Adit hanya berdua.

Sialan! Temen-temen gak guna! Gue ditinggal berdua lagi sama mereka. Ini mesti ngomong apa weh?! Canggung! Batin Adit kembali kesal.

Canggung, sangat canggung.

Hushhh~~

Hanya suara angin yang berdesir di telinga mereka.

Tiba-tiba Naila memecah kecanggungan itu. "Dit."

"Y-ya?"

Naila berpikir sejenak. "Erm, makasih ya."

Adit mengernyit heran. "Makasih buat apa?"

"Ya, makasih udah mau bantuin kita. Kalian udah repot-repot mau bantu, padahal belum kenal sama Bu Koim," jawabnya.

Adit tersenyum. "Yang namanya membantu gak perlu saling mengenal. Siapapun dan apapun itu, berhak dibantu asalkan dalam kebaikan."

Ia menghela nafas sebelum melanjutkan perkataannya. "Lagian, gue juga seneng kok, bisa ngeliat wajah seneng Bu Koim serta anak-anak tadi. Liat mereka bahagia udah bikin gue juga bahagia, kok."

Naila ikut tersenyum. "Iya, kamu bener. Tapi sekali lagi, makasih ya."

"Sama-sama. Gue juga seneng liat lu senyum kayak gini," ujarnya tanpa sadar.

Naila mengernyit. "Hah? Maksudnya?"

Mampus, gue ngomong apaan tadi? Pake keceplosan segala lagi. Nih mulut kagak bisa dikontrol emang.

Ia menggaruk pipinya yang tidak gatal. "Erm, gak! Gak usah dipikirin!"

"Er, oke."

Kembali sunyi, tak ada yang kembali memulai percakapan. Sampai tiba-tiba seorang anak perempuan datang ke arah mereka.

Ketika telah berada di depan mereka, Ia spontan bertanya, "Kakak lagi pacaran, ya?"

Sontak, Adit maupun Naila kaget mendengarnya.

"Hah?! Pacaran?!"

***

Ikhlas itu seperti surat Al-Ikhlas, yang tidak ada kata ikhlas di dalamnya. Selama ikhlas masih terucap, itu berarti belum ikhlas, karena hanya dia yang ikhlas yang senantiasa berbuat tanpa pernah menyebut keikhlasannya.













Continue Reading

You'll Also Like

6.2M 265K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
24.1K 1.2K 27
(Sequel Ice Girl is My Wife) (Slow Update) "Dalam bidang apapun unggul, di sekolah sok polos, sok baik, sok rapih tapi di luar hobby-nya ke clubbing...
10.5K 464 15
Tidak ada yang spesial dari kisah mereka, karena saat tokoh utama pria menyadari perasaannya, di situ juga dia telah kehilangan tokoh utama wanitanya...
3.6M 34.5K 8
Romance-spiritual _______________ TERSEDIA DI BEBERAPA ONLINE BOOKSTORE Yang mau pesan novelnya, bisa tanya-tanya aku lewat dm, ya.πŸ€— Blurb : Apa ja...