(Calon) Suami Pilihan

By MenulisTulus1

74K 2.4K 251

"Linka, keputusan mama sama papa sudah bulat. kamu mama jodohin sama anak sahabat mama yang sekarang ini masi... More

Prolog
Awal Mula
Cast
Rencana Lamaran
I said "Bismillah"
Menjalani Pingitan
PATAHNYA HATI
MENDEKATI HARI PERNIKAHAN
HARI NYA AZKA LINKA
HARI PERTAMA
Part 12
PROMO
Part 13
Part 14
part 15
Part 16
Bab 17
Bab 18
Part 19

PART 11 (Lanjutan ...)

4K 159 38
By MenulisTulus1

Hallo, selama #dirumahaja kalian pada ngapain neh?

Kalau author sih, lagi pusing mikirin gimana kelanjutan cerita ini. Kwkwkwkw...

Ngga kok, becanda.
Selamat membaca ya, ini ada sisipan sedikit konflik.

✖Plagiasi No, Imajinasi Yes✖

AUTHOR Pov

Linka telah keluar dari kamar mandi meggunakan setelan gamis bercorak bunga-bunga dan dipaduka dengan kerudung berwarna merah. Gamis yang dikenakan Linka bisa jadi sebagai simbol keadaan hatinya saat ini, ia merasa baru saja mendapati eloknya sebuah perasaan yang merekah penuh kesegaran.

Setelah cukup lama  ia tak mendapati hal tersebut. Entah dari beberapa menit yang lalu atau mungkin sejak ada seseorang yang mengucap ijab qaabul atas namannya. Entah dimulai sejak kapan, yang pasti sekarang ia mampu melupakan kesedihanya sejenak. Kesedihan yang diberikan seseorang yang bergelar mantan.

“ayook, Linka sudah siap nih” Linka berjalan mengghampiri Azka yang tengah tersenyum.

“Ngga sholat Dzuhur dulu sayang? Udah jam setengah 2 loh” tanya Azka yang masih memandang Linka dan senyum yang mengembang.

“Linka lagi ngga sholat nih bebbbsss” jawab Linka setenang mungkin.

Tanpa menjawab apapun, Azka langsung mengambil jari-jari Linka untuk digenggamnnya. Genggaman tangan Azka pada Linka hari ini menandakan bahwa mereka akan selalu menggenggam dan menguatkan di detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, dan tahun tahun berikutnya pada takdir yang mungkin akan menguji keduanya.

Kembali Linka hanya merespon dengan senyuman yang sengaja ia tahan, dan hal itu tentunya menjadikan pipi nya menggelembung berwarna kemerah-merahan.

Mereka berdua berjalan beriringan menuju ruang keluarga.Diruang keluarga tentunya masih ada beberapa kerabat yang datang dari  luar kota, sengaja meluangkan waktunya lebih lama untuk saling melepas rindu.

Selain keluarga besar Kyai Hanan, tampak pula keluarga Prakarsa Gunawan.

Melihat keluarganya yang masih berada disini, Linka melepas genggaman Azka dan melirik kearahnnya  “Itu masih ada Mama disini,tadi kok bilang mama udah pulang?”

Mendengar pertanyaan yang mungkin lebih mengarah pada tuduhan itu Azka tersenyum serasa membisikkan “iya, mama sendiri yang nyuruh bilang gitu. Soalnya anaknya ini sering bandel kalau dibilangin”

Linka memutar bolanya jengah, meninggalkaan Azka yang masih berada diambang pintu.

Kali ini ia berjalan kearah Umi Khadijah seraya mencium tanganya “Ass’salamu’aalaikum, Umi..”

Umi Khadijah membalasnnya dengan anggukan dan senyuman. Selanjutnya Linka beralih pada beberapa kerabat Azka untuk bersalaman. Terakhir ia menuju kedua orang tuanya.

“Lama amat dah dek,udah berjamur nih nungguin kamu nya keluar” suara kakak kedua Linka memecah keheningan.

Saat itu Linka hanya bisa mengernyitkan dahinya pertanda ketidakpahaman mengenai situasi yang dibicarakana oleh Arban.

“iya nih, mentang-mentang udah halal aja. Bawaanya pengen berdua mulu” kali ini kakak pertama Linka ikut menimpali pembicaraan adik-adiknya.

Linka yang masih tak paham kode pun hanya bisa menggaruk kedua tanganya pelan.

“Udah, udah, kalian ini kok senengane  gangguin Linka” interupsi papa  Prakarsa.

“Ada apaan dah ma?” tanya Linka setengah berbisik kepada mama nya sembari menyenderkan dagu nya pada lengan mamanya.

Sang mama hanya tersenyum sembari memperingatkan Linka agar melihat situasi untuk tidak bersikap manja. Linka yang menyadari itu langsung saja menegakkan tubuhnya sembari tersenyum kikuk.

“Dek, papa sama mama sama kakak-kakak pulang dulul ya. Jadi  istri yang baik, jangan suka ngeyel kalau dibilangin sama suami”
Linka pun menganggukkan kepalanya “iya pa”

Selanjutnya seluruh keluarga Linka benar-benar pamit, setelah menganatar Linka pada kehidupan barunnya. Baru dalam artian status yang disandang Linka sebagai seorang istri. Dengan mata yang berkaca-kaca Linka mengekor dibelakang keluarganya, kemudian ia merasakan genggaman itu lagi. Dari arah belakang, Azka yang menyadari kesedihan Linka langsung menggenggamnya. 

Setelah melewati kesedihannya itu, kini Linka dan Azka kembali bergabung dengan sanak keluarga dari Kyai Hanan.

“Oh ya nduk Linka ini dulunya pernah mondok dimana saja? Sudah hafal berapa juz? Sudah pernah belajar kitab apa aja?” ujar salah seorang wanita yang berusia lebih tua dari Umi Khadijah.

Mendengar pertanyaan tersebut, membuat Linka tersentak kaget. Namun genggamaan Azka seolah kembali menguatkanya. Sebisa mungkin ia menarik sudut bibirnya.

Ngapunten, Linka ndak pernah mondok”

“oh, ngga  pernah nyantri toh. Kirain Khadijah ini mau ngepek mantu yang pengalaman mondoknya udah bertahu-tahun, hafal qur’an, kitab nya kemana-mana. Seharusnya kamu bersyukur banget loh nduk, bisa dipek mantu sama adik ku ini” Kali ini Linka bisa menebak, yang tengah berbicara padanya ini adalah kakak dari Umi Khadijah.

inggih

“Mbak..sampun” kali ini Umi Kjadijah membuka suaranya.

Opo jah?  Lak bener seh mbak mu iki? Bien lak wes tak kandani, Azka iku jodohno karo anak e Kyai Achmad ae. Wes Kalem, apik an, pinter, hafidzah, ket cilik wes mondok, luwes pisan lek ngasahi kitab, suarane penak pisan” – Kenapa ja? Kan benar apa yang mbak kamu katakan ini? Dulu sudah tak bilangi kan, Azka biar dijodohkan sama anak kyai Achmad saja. Anaknya itu loh kalem, baik, pintar, hafidzah, dari kecil sudah mondok, pandai kalau memaknai kitab, suaranya merdu lagi--

Mboten pareng ngoten loh mbak ⃰ , lah Dijah ini lebih sreg Linka kok yan jadi mantu. Bener ngga le?” – ⃰ Tidak boleh seperti itu loh mbak--

“Seratus buat Umi ku tersayang” gus Azka pun menyetujui perkataan Umi nya. ia memahami bahwa yang sedang berbicara pada istrinya ini adalah seseorang yang tidak bisa untuk menjadi kalah dalam setiap persepsi. Meskipun saudara kandung, sikap budhe nya itu berbeda dengan Uminya.

Memanglah setiap manusia itu memeiliki ciri khas nya masing-masing. Tidak bisa disamakan, bahkan bagi kembar identik sekalipun.

Yowis lah, lah kate piye maneng” Yasudah lah,mau bagaimana lagi?. Kali ini beliau yang dipanggil Budhe itu pun menghembuskan nafas nya kasar. Ada tanda kepasrahan terhadap apa yang terjadi. Namun, jauh lubuk hatinya ia belum rela atas keputusan yang diambil oleh keluarga adik perempuanya itu.

Setelah percakapan yang menusuk sudut hatinya, Linka mencoba berbaur dengan para saudara dari suaminya. Meski telah mendapati pertanyaan yang menyudutkan batinya, ia tetap tersenyum. Mencoba ikhlas, walau hati bersikeras.

Tidak terasa adzan Ashar menggema di atap bangunan pesantren, seluruh keluarga besar laki-laki berbondong-bondong menuju tempat bersuaranya adzan yang merdu itu.

Sedangkan para perempuan bersiap untuk sholat di serambi yang biasa diguankan santriwati menghafal Al-Qur'an.

Sembari menunggu keluarganya yang sedang melaksanakan sholat ashar, Linka kembali ke kamarnya. Mencari benda pipih yang beberapa jam lalu ia tinggalkan diatas tempat tidur.

Linka tidak tahu, ada berapa banyak panggilan yang tidak terjawab dari benda elektronik itu. Beberapa kali ia memeriksa, nyatanya ia tidak mengenali si penelpon itu. Mencoba abai, Linka mengjapus seluruh panggilan yang tak terjawab itu. Lalu ia putuskan untuk membawa benda pipih itu, takut ada sesuatu yang penting dan mendesak fikirnya.

Sesampainya di ruang keluarga tadi, Linka dikejutkan oleh tatapan sinis dari budhe Aminah. Iya, Budhe Aminah yang tadi sempat menanyakan mengenai jati diri nya dengan pesantren.

"Emm, memang beda ya wanita yang lulusan pesantren dan ngga pernah nyatri sama sekali. Kalau anak lulusan pesantren tuh, ya pastinya dzikir diperbanyak. Ngga pernah macem2 deh. Beda banget sama yang ngga pernah nyantri sama sekali" ketusnya.

Mendengar perkataan seseorang yang harus ia panggil budhe itu, Linka menghembuskan nafas perlahan. Mencoba setenang mungkin, tidak mungkin dihari pertamanya ini dia sudah meledak.

Kini Linka memaksa kan senyumanya setulus mungkin sembari berjalan melewati budhe Aminah.

Tak banyak bicara, ia langsung duduk disebelah Umi Khadijah. Melewati penolakan dari slaah satu budhe nya itu, Linka mencoba mencari perlindungan serta kenyamanan disebelah Umi Khadijah.

"Lagi ngga sholat nduk?" Tanya Umi Khadijah.

"Iya umi, Linka lagi ndak sholat"

"Oalah,..." Jawab Umi khadijah menahan tawa sembari melirik ke arah Azka yang berada di depanya.

Azka hanya tersenyum kikuk.

Menit telah berganti jam, sinar matahari yang semula berwarna biru kini menajdi orange. Waktu sudah menunjukkan tanda-tanda akan terbukanya sang Bintang dan Bulan di peraduan Malam. Seluruh keluarga besar Azka sudah kembali menuju kehidupan masing-masing.

Sedangkan didalam kamar, Seorang wanita yang sedang menyibakkan ujung gamisnya itu telah memperhatikan senja nya. Sembari menyesap harum senjanya,,dia terlihat sedikit kerepotan karena harus menggunakan jenis baju seperti ini. Ujung mata nya mengamati lebih jauh mengenai sinar senja yang akan segera berganti dengan syahdunya malam.

Cerita senja dihari ini, menjadi chapter baru kehidupanya. Iya, dia Menikah dan akhirnya melepas status  jomblo yang tidak bisa move on. Linka  namanya, sering disebut  demikian. karena secara kenytaan ia berusaha menempa diri menjadi sosok yang tegar, meskipun keadaan hati terkadang ambyar.

"Yang, aku ke Masjid dulu ya" suara laki-laki berpeci yang sudah halal baginya itu tampak merdu dalam pendengaran Linka.
Ia buru-buru menghampirinya seraya tersenyum, hati nya cukup porak poranda atas sentilan verbal dari sang budhe.

"Iya mas"

Azka kembali melihat wajah Linka yang tersenyum itu, seraya menggiring kaki nya menuju pintu berkayu.

--

Linka Pov

Setelah melihat kepergian suamiku untuk menunaikan kewajiban di waktu maghrib itu. aku menuju sofa untuk mengistirahatkan tubuhku sejenak. Aku teringat akan ucapan budhe tadi siang, yang sedikit menyudutkan batinku. Aku ingin abai akan perkatanya, tapi entahlah aku jadi insecure.

Jika dipikir-pikir memang benar, seharusnya gus Azka itu mendapatkan seoarng istri yang baik perilakunya, yang lulusan pesantren, yang seorang hafidzah. Jadi untuk apa aku harus tersinggung.
Aku bukanalah apa-apa, aku hanya Linka Pradipta yang mencari pelarian karena pemutusan hubungan sepihak dari si pengecut itu. Aku lari dengan berkelana kesana kemari mencoba menempa diri agar terlihat kuat. Agar tak ada lagi laki-laki yang menyakiti ku. Tapi nayatanya, hari ini aku menangis.

Sesak rasanya, entahlah aku ini menangisi hal apa. Apa mungkin aku takut suatu hari akan dipisahkan takdir dengan suami ku itu atau aku merasa belum menjadi kuat setelah menempa diri.

--
Hollahh,...bagaimana perasaanya guys?

Kurang dapet ya feel nya?

Absen dulu dong, kalian berasal dari mana aja neh??

Kalau author dari Pasuruan.

Continue Reading

You'll Also Like

1.4K 448 15
Sebuah perjodohan yang membuat seorang gadis yang akan mengalami yang namanya poligami. Di dalam perjodohan ini dia di pertemukan dengan seorang pria...
2.5M 288K 68
ZINNIA : CINTA TANPA KOMA Novelnya masih bisa dipesanπŸ“Œ β‰ͺβ€’β—¦ ❈ ◦‒≫ Fyi: alurnya masih berantakan, yang rapi versi novelnya. Gak maksa kamu buat baca...
109K 2.9K 25
Gak nyangka beneran kalo Andri bakal bilang kayak gitu. Gue mimpi gak sih?! -Natania Hadiani
873K 26.6K 54
Kesalahan karena kabur dari Mesir saat pendidikan membuat seorang gadis terpaksa dimasukkan ke sebuah pesantren ternama di kota. namun karena hadirny...