Borneo Darkness

By TitisariPrabawati

136K 11.1K 1K

This work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia ( UU Hak Cipta Indonesia Republi... More

Borneo Darkness
[ Part 1 - Peteh ~ Ikatan ]
[ Part 2 - Mainsek ~ Tanya ]
[ Part 3 - Hiau ~ Suara ]
[ Part 4 - Batekang ~ Keras ]
[ Part 5 - Buhen ~ Kenapa ]
[ Part 6 - Mikeh ~ Rasa Takut ]
[ Part 7 - Narai ~ Apa gerangan ]
[ Part 8 - Buahen ~ Mengapa ]
[ Part 9 - Mandinu ~ Mengambil ]
[ Part 10 - Mahalau ~ Melewati ]
[ Part 11 - Mamalar ~ Memanfaatkan ]
[ Part 12 - Mahining ~ Mendengar ]
[ Part 13 - Kabuat ~ Sendiri ]
[ Part 14 - Mamparahan ~ Menampilkan ]
[ Part 15 - Manggilau ~ Mencari ]
[ Part 16 - Mahapa ~ Memakai ]
[ Part 17 - Mambelep ~ Mematikan ]
[ Part 18 - Dehen ~ Erat ]
[ Part 19 - Mahundang ~ Melepas ikatan ]
[ Part 20 - Mangirut ~ Tercabik ]
[ Part 21 - Maimbit ~ Membawa ]
[ Part 22 - Mahilung ~ Merawat ]
[ Part 23 - Mamangkit ~ Menggigit ]
[ Part 24 - Balemu ~ Melemah ]
[ Part 25 - Kapehe ~ Sakit ]
[ Part 26 - Batajim ~ Tajam ]
[ Part 28 - Yaku ~ Diriku ]
[ Part 29 - Katining ~ Jernih ]
[ Epilog ]
~ Tale From The Dark ~

[ Part 27 - Ikau ~ Dirimu ]

1.2K 131 5
By TitisariPrabawati



Kucari kamu

Dalam setiap malam

Dalam bayang masa suram

Kucari kamu

Dalam setiap langkah

Dalam ragu yang membisu

---

Raina memandang gadis di depannya dengan penuh kasih. Memakai sweater berwarna putih, Nila tampak lembut sekaligus rapuh.

"Tegar ya sayang, kamu pasti bisa melewati ini semua..."

Nila mengangguk.

"Santai saja Nila, nggak ada kakakku yang brengsek itu, sementara kau bisa mengandalkanku, untuk setiap hal..." Diandra menggamit lengan Nila. "Aku akan mengantarmu kuliah hari ini, ini hari pertamamu masuk setelah keluar dari rumah sakit,, kau akan membutuhkan dukunganku..."

"Ah, nggak usah Di, aku bisa masuk kuliah sendiri kok..."

"Udah deh, lagian aku buka butik kan jam sembilan, nanti pas jemput biar pak Waluyo atau pak Dadang..." Diandra mendorong bahu Nila menuju mobilnya. "Bye mami..."

"Hati-hati Di, jagain Nila..."

Nila melambaikan tangan, "Mari, bunda...Nila berangkat dulu..."

Raina mengangguk.

---

"Kenapa pada murung sih?" Tommy mencolek pundak Bintang.

Hujan yang cukup deras membuat beberapa mahasiswa lebih memilih menunggu di kantin kampus sambil menikmati kopi daripada menerjang hujan, lagipula Bintang lupa membawa payung sehingga malas menuju ke tempat parkir, salahnya, karena terlambat dia memarkir mobilnya outdoor.

Dengan seksama dilihatnya di berita tentang Rapat Umum Pemegang Saham yang menggegerkan.

Rayndra Almahendra ternyata masih hidup.

"Kamu pasti sangat lega ya Nila?" tanya Bintang.

Nila menghela nafas panjang melihat suaminya terlihat sehat, hanya saja wajah mulus Rayn sekarang tertutup cambang dan janggut yang cukup tebal, pria itu juga memakai kacamata hitam, belum mau mengkonfirmasikan tentang kecelakaan yang menimpanya sebulan yang lalu.

Di samping kanan dan kirinya Elliot Osborn dan Harris William mengawal putra mahkota Almahandra Group itu.

Dada Bintang terasa perih, seperti tertusuk-tusuk benda tajam. Memandang Harris yang terlihat dingin saat berbicara dengan para wartawan, mengawal Rayn menuju ke mobilnya. Memang, mereka telah melewati malam yang indah, tapi hanya sekejap, dalam harapan dan bayangan Bintang, setelah melewati malam itu berdua, Harris akan tetap berada di sisinya, tersenyum dan menjalani hidup bersama Bintang, tapi kenyataannya jauh dari itu, pria itu meninggalkannya begitu saja, tanpa pesan. Berhari-hari Bintang menunggu kemunculan Harris di apartemennya, tapi nihil. Bintang bebas keluar masuk apartemen Harris, pria itu tidak memberikan larangan apapun, password masuk apartemen pun tidak diganti Harris, lelaki itu tidak memformat ulang kode dan sidik jari Bintang, tapi lelaki itu juga tidak mengatakan apapun, entah Harris tinggal di mana. Bintang sendiri pun enggan menemui Harris di Almahendra Group dalam keadaan seperti ini. Sepertinya setelah kemunculan Rayndra, Harris hanya perduli pada lelaki itu.

"Kau yakin Rayn bukan gay?" tanya Bintang pada Nila.

Alis Nila terangkat. "Kau tahu, setelah Rayn dikabarkan meninggal, aku dan tuan Harris menjadi cukup dekat, tapi lihat, setelah ada tuan Rayn, Harris pergi meninggalkanku dengan cepat..." gumam Bintang getir. "Nila, bisakah kau menyampaikan pesanku pada Tuan Harris?"

Nila tersenyum sedih, "Maaf Bintang, bahkan hubunganku dengan rayn pun sedang cukup buruk, aku tidak lagi tinggal dengannya, aku tinggal di rumah mertuaku..."

"Bagaimana bisa?" kali ini malah Tommy yang kaget mendengar curhatan keduanya.

"Urusan perempuan Tom...kepo banget sih..." gerutu Bintang.

"Yah, mungkin mereka masih sibuk mengurusi gonjang-ganjing perusahaan, setelah semua mereda, mereka akan kembali pada kalian..." kata Tommy. "Tapi kalau mereka sudah mencampakkan kalian, aku bersedia kok...menjadi lelaki cadangan kalian..." Tommy tersenyum dan langsung dijitak Bintang.

"Awww...bercanda Bi!"

Nila mendengar ponsel nya berdering.

Diandra Calling...

"Assalamualaikum, Hallo Di?"

"Waalaikum salam, Nila, kamu masih di kampus kan? Aku jemput ya?"

"Gak usah repot Di, kan aku bisa pakai taksi..."

"Nggak repot kok, sekalian nih ada produk baru dari butik buat ibu hamil tapi tetep modis, biar bisa kamu pakai di kampus, kalau cocok, besok siang kamu jadi model aku untuk produk 'Beauty Pregnancy' ada perusahaan fashion khusus ibu hamil sampai melahirkan yang kerjasama denganku, mau ya?"

"Oke Di, alhamdulilah, ada saja rejekinya bayiku ya?"

"Hahaha...jangan sedih gitu Nila, walaupun bapaknya menelantarkannya, masih ada aunty, grandpa dan grandma nya yang akan ngurus dia dengan baik, lagipula aku yakin, Rayn ngambeknya cuma sebentar, sabar ya say..."

"Yup. Amin Di..."

---

Rayn memandangi Intagram Diandra dengan penuh minat.

Tidak bisa dipungkiri, hatinya rindu.

Rindu memeluk tubuh itu, rindu untuk melihat senyum di wajah cantik itu, rindu mencium wangi dan jemarinya menelusuri kelembutan indahnya rambut wanita itu.

Wajah itu tetap jelita, tetap tersenyum, tapi Nila tidak tertawa dalam foto-fotonya, kelembutan wajahnya seolah terkabut kesedihan, siapapun yang melihat foto-foto ibu yang sedang hamil muda itu, sedikit banyak bisa merasakan kerapuhan Nila.

Baju-baju ibu hamil yang modis dan berwarna pastel lembut membuat Nila tampak semakin rapuh, tidak terlihat kokoh seperti sebelumnya.

Melihat foto-foto berikutnya, rahang Rayn mengeras, Nila tampak bersama seorang model lelaki, foto mereka tidak mesra, bersentuhan saja tidak, lelaki itu tampak berlutut dan mempersembahkan bunga putih yang bagai rintik salju kepada Nila, tangan Nila terulur untuk menyambutnya, satu tangannya menyentuh perutnya yang belum terlalu buncit, mungkin karena tubuh Nila yang justru terlihat kurus, kehamilannya belum begitu tampak di bulan kedua.

Sepertinya like pada foto itu sangat banyak, tampaknya banyak sekali endorse yang tertarik menggunakan Nila sebagai model. Walaupun banyak pertanyaan kapan Nyonya muda Almahendra berfoto dengan suami, tampaknya Diandra tidak menanggapi. Mungkin para wartawan mulai gerah dan merasakan keanehan, setelah Rayn dinyatakan selamat dari kecelakaan, justru dia tidak pernah tampak bersama istrinya, tapi keberadaan Nila di rumah Tito tentu menepis kabar keretakan rumah tangga mereka, jika Nila tinggal bersama Khafi, tentu wartawan sudah semakin ribut.

Sambil berfikir, mata Rayn terpejam, masalah Almahendra Group sudah selesai, tinggal bagaimana dia mengatasi masalah pemberitaan gugatan Karina kepadanya dan Elliot sangat yakin mampu memenangkan kasus itu.

"Bhumi sudah terkena jaring perangkap saya, seharusnya dia mampu kita tekan untuk melepaskan kasus ini..." gumam Elliot saat Rayn menanyakan perkembangan kasusnya kemarin. "Keluarga Danutirta sudah tamat dan saya akan mengurusnya, anda sudah tidak perlu khawatir. Saya juga sudah membereskan Nyonya West, dia tidak akan bisa menuntut nona Nila karena melukai Ramsey, ah, ternyata dia adalah Anthony Ripley yang selama ini anda cari, sayangnya kita kurang bergerak cepat, dia sudah jadi buronan sekarang, kita menuntutnya dengan pasal penculikan..."

Rayn bertambah geram mendengar kemungkinan Ramsey akan melakukan pelecehan kepada Nila karena itu Nila melempar vas ke kepala lelaki itu.

"Dapatkan dia dan aku sendiri yang akan memberi pelajaran kepadanya, Elli, walaupun Nila sudah tidak bersamaku, tapi akan kupastikan tidak ada satupun lelaki yang akan menyakitinya..."

"Tentu saja, tuan..."

Rayn mengetuk meja kerja pualamnya dengan jemarinya.

Nila Rinai, andai saja perang antar suku itu tidak ada, andai saja Rayn tidak membawanya keluar dari lembah Borneo, mungkin kejadian ini tidak akan dialami gadis lugu itu.

---

"Kamu mulai memanjangkan rambutmu?" tanya Nila sambil mengelus rambut Diandra yang mulai memanjang sebahu.

"Yup, kayaknya lucu...Arga juga nyaranin aku untuk manjangin rambutku sih, hahaha...katanya biar aku nggak mirip banget sama Rayn, padahal aku suka banget model rambut Alice Cullen..."

Nila menghela nafas mendengar nama Rayndra disebut. Lelaki itu, bahkan dua bulan ini berlalu tanpa kabar darinya, Nila pun tidak sanggup untuk berusaha menemui lelaki itu di Almahendra Group, padahal Nila sudah mendengar sendiri perintah Tito saat ayah mertuanya itu menelfon Rayn untuk pulang dan menjemput Nila, tapi Rayn bergeming.

"Papa jangan ikut campur, ini urusan rumah tangga kami!"

"Apa kamu akan menceraikan Nila?"

"Tidak, tidak akan pernah, Rayn sudah memiliki janji pada Nila jika Rayn tidak akan pernah menceraikannya..."

"Tapi tindakanmu ini keterlaluan, seharusnya sebagai ayah dari..."

"Cukup! Rayn tidak meminta Nila untuk memiliki anak..."

"Rayn..."

"Jika Nila mau bercerai, biar dia yang mengajukannya..."

Tito berdecak kesal mendengar putranya memutuskan sambungan telefon. Benar-benar keterlaluan, sejak dulu anak itu sangat keras kepala!

Tiba-tiba televisi di ruang kantor Diandra memberitakan tentang Rayndra Almahendra.

Bad boy is come back!

Gosup terbaru, setelah lama tidak terlihat bersama istrinya, milyarder muda Rayndra Almahendra terlihat bersama seorang gadis cantik yang dikabarkan dekat dengannya.

Nila mengernyit melihat Keysa Rajasa berada di samping Rayn.

"Oh my God!" justru Diandra yang tampak terkejut dan berpaling kepada Nila dengan mimik wajah tidak percaya.

"Keysa..." Nila menghela nafas.

"Kamu kenal gadis itu, Nila?"

"Itu, adik dari mantan pacar Rayn yang sudah meninggal, gadis itu sangat mirip kakaknya sekarang...dia teman sekelas Bintang sewaktu SMA..."

"Bintang temanmu di kampus itu?"

"Iya..."

"Saya hanya pekerja magang saja di Almahendra, kebetulan kuliah yang saya ambil berkaitan dengan pekerjaan saya di sini...tidak ada hubungan istimewa saya dengan tuan Rayndra..." kata gadis itu seraya tersenyum. Tapi saat Rayn membukakan pintu Audinya untuk gadis itu dan mereka berdua meluncur keluar dari komplek kantor Almahendra, tentu itu menunjukkan bahwa mereka berdua cukup dekat.

"Nila, kamu nggak papa?" tanya Diandra. "Kurangajar Rayn, apa tidak sebaiknya kita ke kantornya saja?"

"Tidak perlu Di, biarkan saja, jika dia memang menginginkan seperti ini..."

"Tidak bisa, Nila, kamu harus berjuang...ambil kembali Rayn! Jika dia tidak mau mendatangimu, kau yang harus mendatanginya, aku akan menemanimu..."

Nila tersenyum sedih,"Bahkan ayah Tito saja tidak dia dengarkan, apalagi aku?"

"Suruh Khafi Sulaiman menembak kepalanya! Benar-benar lelaki nggak berguna, sejak kapan Rayn seperti itu? Jangan-jangan kecelakaan itu penyebabnya, Rayn kerasukan Iblis!"

"Ayah Khafi jangan sampai tahu, tugasnya masih dua bulan lagi, untungnya sekarang ayah sedang umroh lewat jalur Lebanon sehingga tidak mendengar berita ini, aku tidak tahu bagaimana akibatnya jika ayah Khafi tahu kekacauan di sini..." gumam Nila lemah.

Diandra menjadi prihatin dengan kondisi Nila.

"Yang sabar ya, kamu harus tenang demi bayimu, ibu hamil nggak boleh stress, tapi untungnya ini kehamilan yang cukup mudah ya, kamu sudah nggak morning sickness lagi..."

"Iya, sepertinya anakku ngerti keadaan ibunya..." Nila mencoba tersenyum, Diandra mengelus lengan Nila.

"Kamu gadis yang kuat, Nila, aku yakin kamu pasti bisa melewati ini semua,"

---

Rayn memandang Keysa tajam.

"Sekarang saya sudah tahu kebenarannya, karena itu saya sudah tidak berpihak kepada Bhumi, dulu, saya mengira andalah yang menjebak dan membuat Katya bunuh diri, tuan Rayn, maaf..." gumam Kesya.

"Ya nona Kesya, aku memang menyuruh Elliot untuk menemuimu, aku hanya tidak ingin kau diperalat oleh mereka dalam hal ini, dan aku harap, kau juga merahasiakan ini dari kedua orangtuamu, Katya tidak ingin kedua orangtuamu, terutama ayahmu tahu apa yang sebenarnya terjadi, biarkan kenangan indah saja yang tertanam di benak mereka..."

"Baik, tuan Rayndra...terimakasih juga telah mengijinkan saya magang di sini..."

"Tentu saja, mengingat hubungan baikku dengan kakakmu dan dia sering bercerita padaku dia ingin kau bahagia, maka jalani hidupmu dengan baik, untuk pegawai magang, kami tetap memberikan gaji, nanti uruslah di bank untuk pembukaan rekening penggajianmu..."

"Terimakasih, tuan Rayndra..."

"Kau boleh pergi...ah, satu lagi, tentang pemberitaan ngawur dari para wartawan tadi, jangan terlalu diambil hati..."

"Ya, tuan Rayn, selamat siang..."

"Hmm..."

---

Keysa menutup pintu ruang kerja Rayn dan tersenyum senang, tidak memperdulikan tatapan keheranan Catherine dan Wanda di ruang resepsionis.

Pemberitaan ngawur wartawan? Keysa mendesah, seandainya affair itu memang benar terjadi, alangkah bahagianya memiliki Rayndra untuk dirinya sendiri. Lelaki itu sempurna! Tidak heran Katya sangat tergila-gila pada Rayn, lelaki itu memang memiliki kualifikasi yang tinggi, tampan, rupawan, kaya-raya, berkuasa. Mengingat tatapan tajam lelaki itu membuat Keysa merinding, semua yang dimiliki Rayn memancarkan keseksian yang kental. Jemari maskulin pria itu saat mengetik di keyboard laptop, dagu berbelah yang tidak kalah dengan Ben Affleck, tatapan mata yang tajam dan menantang, bibir yang seksi dan rambut tebal yang membuat wanita manapun ingin mengacak dan meremasnya.

Catherine menyenggol lengan Wanda.

"Semoga dia tidak berfikir terlalu tinggi...dia bisa gila..." bisik Catherine.

"Sepertinya kamu dulu nggak gitu, Catty...berbulan-bulan menu pembicaraan kamu hanya tuan Rayn saja..."

"Tapi waktu itu aku segera sadar, apalagi Tuan Rayn memang serasi dengan Harris William, hahaha...seperti Ares dan Hades...dulu semua complicated tapi terkendali, karena kita semua mengira mereka gay, tapi setelah mendengar keretakan hubungan tuan muda dan istrinya, kenapa banyak wanita sosialita genit berseliweran di kantor ini? Membuatku pusing!"

"Oh ya, dimana tuan Elli dan Harris?" tanya Wanda. "Biasanya Harris menempel ke tuan Rayn seperti sepasang kekasih, kenapa sekarang dia malah menempel terus pada tuan Elli?"

"Gara-gara tuduhan para wanita sosialita tempo hari, ada beberapa wanita yang mengaku menjadi korban pelecehan tuan Rayn, tapi sepertinya justru Elli malah mengambil banyak sitaan dari tuntutannya dalam memenangkan kasus-kasus itu, rasain deh ... kau ingat kan? Nona Grace Ervine? Tracey Wilhelmina dan nona Karina Danutirta? Sepertinya mereka dibuat bangkrut oleh tuntutan Elli, sepertinya saat tuan Elli kesini, kita harus minta banyak traktiran..."

Wanda mengangguk angguk. "Wow, sepertinya Almahendra Group sedang menang besar, pemasukan perusahaan banyak sekali, baik dari keuntungan merger ataupun kemenangan kasus, pantas Edward dan para staf divisi keuangan tidak pernah keluar dari ruangannya, bahkan dia meminta Monique, sekretarisnya untuk mengatur jamuan makan malam di ruangan mereka, sepertinya SHU tahun ini gede, semoga bonus kita gede ya Cat, aku pengen liburan ke Spain..."

"Liburan mulu yang dipikirkan! Sudah, kerjakan laporanmu, Wanda, ingat deadline nya..."

"Aduh, iya...iyaa...sampai lupa!"

---

Karina dan Bhumi memandang geram Elliot Osborn yang tersenyum penuh kemenangan.

"Kau memang iblis, Elli..." gumam Bhumi sambil menerjang Elli.

"Tuan Bhumi, ini ruang sidang!" hakim memperingatkan.

"Aku memberikan tempo satu minggu untuk kalian berkemas dan meninggalkan kerajaan kecil kalian, nikmatilah kehidupan di jalanan..." Elli menyeringai penuh kepuasan.

"Aku, tidak akan mengampunimu..." teriak Bhumi. "Kau penipu!"

Elli menggertakkan rahangnya. "Aku akan mengembalian semua padamu, Bhumi, dengan satu syarat, kembalikan ibuku ke dunia ini, maka kau akan mendapatkan seluruh hartamu kembali..."

Bhumi memandang Elliot dengan nanar. "Akan kukirim kau ke neraka, Elli..."

Elliot tersenyum. "Tentu, jika kau mampu, nah, sekarang bagaimana kau bisa mengatakan semua ini pada Erlita? Kalian telah bangkrut dan harus menggelandang di jalanan..."

"Kau!! Kau..." Bhumi kembali menerjang tapi dua petugas kantor kejaksaan menahannya.

Elli bangkit dari duduknya dan memandang Bhumi tajam.

"Bahkan, jika kau masih ingin kuperbolehkan tinggal di rumah warisan keluargamu di Yogyakarta, aku akan mengirimkan berkas persyaratannya padamu, tapi, istana Danutirta di Jakarta resmi menjadi milikku..." kata Elli seraya melangkah pergi.

Meninggalkan Bhumi yang terduduk lemas, Karina memandangi kakaknya dengan prihatin, airmatanya luruh, ini benar-benar mimpi buruk, Elli telak telah membalik keadaan sedemikian rupa sehingga mereka tidak berkutik, seluruh aset Danutirta Group beralih ke tangan Elliot Osborn.

---

Diandra menggandeng tangan Nila dengan penuh kasih sayang.

"Pemotretan tadi hasilnya bagus banget, Silla aja sampai bingung milih mana yang mau ditampilkan di artikelnya, Kayaknya dia juga bakal upload semua di instagram Venus..." Diandra tertawa seraya menggelengkan kepala lalu mengelus perut Nila dengan sayang.

"Si kecil dalam perutmu ini, belum lahir saja sudah banyak yang endorse, bayangkan jika dia lahir kelak, aku udah bayangin dia pasti gemesin...oh ya, ini jadwal kamu check up ke teman mama kan? Tadi mama telpon habis pemotretan kita harus ke rumah sakit tempat mama kerja, dokter kandungan di sana bagus."

Nila tersenyum seraya mengelus perutnya, masih belum begitu membuncit, usia kandungannya baru menginjak trisemester pertama.

"Ya ampun Di, kamu seperti bapak pengganti saja, dari makanan yang harus aku konsumsi, juice, pakaian nyaman yang aku pakai sehari-hari...bahkan nganter aku ke dokter, makasih banget Di...aku nggak tahu gimana lagi bilang makasih ke kamu, bahkan kerjaan yang kamu berikan kepadaku, aku sudah tidak bingung lagi mencari uang untuk nanti kebutuhan si kecil, aku nggak mau pakai uang Rayn atau papa..."

"Ah, nggak usah dipikirin, Nila, semua kebutuhanmu akan kami penuhi, soal Rayn, nggak usah terlalu dipikirkan, kamu nggak boleh stress...yuk, sepertinya mendung nih, kita harus segera ke rumah sakit..."

"Okey..."

Mereka berdua masuk ke dalam mobil Diandra dengan ceria, tidak mengetahui bahaya yang mengintai mereka berdua.

---

Lelaki itu sudah mengawasi mereka berdua sejak tadi.

Gadis sialan! Gara-gara gadis itu, sekarang dia menjadi buronan kepolisian dan dia tidak bisa menarik uang untuk bepergian keluar negeri, bahkan polisi sudah menahan Nyonya West, sekarang dia tidak mempunyai pilihan lain, dia harus berhasil kali ini...

Dengan keahliannya selama ini, dia sudah berhasil masuk secara paksa ke dalam mobil Diandra, alarm canggih pada mobil Di bisa dilumpuhkannya dan sekarang dia tinggal menanti kedua mangsanya memasuki mobil ini.

Lelaki itu menunduk di bawah jok barisan kedua dan menunggu Nila serta Diandra masuk.

Terdengar suara kedua wanita itu berbincang dan sekarang keduanya sudah masuk, lelaki itu menunggu mobil meluncur dari Venus sebelum melakukan aksinya.

---

"Selamat siang, nona-nona..." Ramsey alias Anthony Ripley menyapa Diandra dan Nila yang terlihat kaget mendengar sapaan Ramsey.

"Oh my God!" Diandra menginjak rem dan menghentikan mobil.

"Tetap jalan, nona Di, kita bisa berbincang sambil berjalan...patuhlah, apa yang kuarahkan di pelipismu ini bukan barang mainan..." gumam Ripley, Diandra langsung pucat menyadari pucuk pistol terarah di dahinya.

Nila hendak merebut pistol itu tapi diancam Ramsey.

"Tetap di tempatmu, nona cantik, atau otak nona Di akan terburai! Hati-hati dengan tindakanmu...aku masih belum memaafkanmu, wajah tampanku menjadi hancur sekarang karena perbuatanmu..." Ramsey melotot dan Nila menghela nafas melihat lelaki itu menengadahkan topinya dan terlihat luka-luka sayat di wajah lelaki itu.

"Apa maumu! Lepaskan kami, Ramsey! Kenapa kau lakukan ini? Semua ini justru akan menambah panjang daftar kejahatanmu dan dosamu!" teriak Diandra.

"Justru, ini akan membebaskanku dari seluruh peristiwa yang membelengguku! Dengarkan rencanaku dengan baik, jika kalian mematuhiku, aku tidak akan melukai kalian, tapi jika kalian macam-macam, aku tidak akan segan-segan!" gumam Ramsey dingin.

"Lepaskan Diandra! Jika kau dendam denganku, jangan libatkan dia! Biarkan Diandra keluar dari mobil, tuan Ramsey..." kata Nila sambil memandang tajam Ramsey, lelaki itu tertawa.

"Tidak bisa, nona cantik, karena aku membutuhkan kalian berdua, Diandra sebagai sandraku dan kau sebagai bonekaku..."

"Apa maksudmu?!"

"Dengar, nona cantik, setelah ini Diandra akan membawa kita ke Almahendra Bank, tarik batas maksimal rekeningmu, aku tahu, Rayndra pasti memberikan akses kepada istri tersayangnya untuk menarik uang dari rekeningnya dan itu berarti kau bisa menarik dua milyar rupiah dalam satu hari..."

"Tuan, aku sudah tidak memiliki hubungan dengan Rayn, bagaimana bisa..."

"Terserah, terserah bagaimana caramu, aku menginginkan uang itu dari rekening Rayndra! Dua milyar tunai, dan dua milyar, yang harus kau transfer dalam rekeningku. itu adalah batas maksimal yang bisa kau ambil dalam sehari, aku tidak mau ada kesalahan, atau kepala nona Di akan kupecahkan..."

"Tapi, aku tidak tahu bagaimana caranya..."

"Omong kosong! Semua orang tahu siapa kau dan selama Rayndra belum menceraikanmu secara sah, maka kau masih memiliki akses itu, nah, berhenti di depan Bank, nona Di...biar nona cantik ini menyelesaikan pekerjaannya, ingat, nona cantik, kalau kau gagal, aku akan membunuh adik iparmu tanpa berkedip!"

Diandra dengan patuh memberhentikan mobilnya di depan bank, saat tangannya hampir meraih panel untuk menurunkan kaca mobil, Ramsey bergerak cepat. "Jangan macam-macam, nona Di! Tetap letakkan tanganmu di atas stir, nah nona cantik, pergilah, aku menunggumu di gedung belakang The Star Agency, jika kau tidak tepat waktu, kau hanya akan mendapatkan mayat Diandra!"

"Jangan lakukan itu, kumohon...biarkan Diandra pergi..." Nila memandang Ramsey dengan penuh permohonan, airmatanya berlinangan. "Biar Diandra yang mengurus uangnya dan kau bisa membawaku..."

"Nona Di tidak bisa mengakses rekening itu. Diamlah dan turunlah sekarang! Kau membuang banyak waktu!"

Nila terpaksa membuka pintu dan turun mengikuti keinginan Ramsey.

Dengan bingung dipandanginya Almahendra Bank yang menjulang di depannya, Rayn memang pernah mengajaknya kesini sewaktu mengurus rekening pribadinya.

Nila memberianikan diri masuk dan mencoba mengingat dimana ruangan dulu dia pernah diajak Rayn untuk membuka rekening, dia harus menemui perempuan bernama Alika.

---

Telpon di meja Catherine berdering, saluran satu.

"Ya, tuan Rayn?"

"Pergilah ke Almahendra Bank, ada beberapa berkas yang dikirimkan Elli di emailmu, beresi pembayarannya, sekalian kau ajak Keysa, untung mengurus rekening penggajiannya dia harus belajar banyak darimu dalam pembelajaran magangnya,"

"Baik, Tuan Rayn,"

Rayndra menutup telfon dan Catherine memandangi Wanda. "Haduh, aku mesti jalan sama si genit itu..."

Wanda memutar bola mata.

"Semoga perlakuan istimewa tuan Rayndra tidak membuat gadis itu banyak tingkah ya, jujur, aku jauh lebih menyukai nona Nila, tuan Rayn gila kalau menukar nona Nila dengan gadis itu!"

"Benar, duh, aku lihat foto nona Nila di instagram Venus, tambah cantik dia, aku nggak ngerti kenapa tuan Rayn malah renggang dengan nona Nila padahal istrinya sedang hamil, harusnya kan istri yang hamil justru dijaga dengan baik..."

"Menurut gosip, tuan Rayn tidak menginginkan anak itu..."

"Maksudmu? Apa itu bukan anak tuan Rayn?" tanya Catherine.

"Tentu saja tidak, nggak mungkin nona Nila berselingkuh, tapi kudengar tuan Rayn belum siap punya anak, tapi nona Nila tidak mau menggugurkannya..." kata Wanda. "Aku nguping tuan Harris sama tuan Elli..."

"Dasar! Tukang nguping!" gerutu Catherine. "Tapi nona Nila menempuh jalan yang benar, mana mungkin seorang ibu yang baik tega mengugurkan kandungannya, tuan Rayn memang terlalu!"

"Lama-lama kau terdengar seperti menyanyikan lagunya Rhoma Irama..." Wanda terkikik.

---

Rayndra mengernyit mendengar panggilan di ponselnya.

Almahendra Bank?

Apakah Catherine sudah sampai di sana dan ada masalah? Tapi bukankah dia baru saja menelfon Catherine, mana mungkin gadis itu sudah sampai di bank?

"Ya Hallo?"

"Mohon maaf tuan Rayndra, ini Alika Siregar dari Almahendra Bank divisi satu, mohon konfirmasi, karena istri anda, Nila Sulaiman Almahendra akan menarik sejumlah uang tunai dan mentrasfer uang dalam jumlah yang cukup besar dari rekening anda, tapi beliau tidak membawa persyaratan berupa cek yang sudah anda tandatangani, saya hanya mengkonfirmasi apakah semua sudah seizin anda?"

"Apa istri saya disana?"

"Ya, tuan..."

"Saya segera menuju kesana, sementara, biarkan dia menunggu..."

"Baik, tuan..."

---

Catherine menghentikan Mobilio tembaganya di depan Almahendra Bank dan memberi isyarat pada Keysa untuk mengikutinya.

Berkas dari Elliot cukup banyak yang harus diselesaikannya, kemungkinan mengurusnya akan cukup memakan banyak waktu, biarlah nanti Keysa menunggu sampai bosan, sesekali akan dikerjainya gadis sok itu!

"Jalan yang cepat dong, kalau pengen jadi sekretaris yang handal, kamu harus punya ritme jalan yang bagus dan cepat, jangan terlihat murahan dan tetap anggun!" perintah Catherine.

"Baik mbak!"

"Mbak?" Catherine berjengit dan merapikan rambutnya yang masih tersanggul sempurna. "Panggil saya Nona Cat..."

"Baik...nona Cat..." Keysa menahan amarahnya.

"Tunggu aja! Kalau aku sudah jadi nyonya Almahendra, akan kudepak kamu! Dasar kucing ganjen, sok cantik, sok anggun!"

Catherine bukannya tidak memahami Keysa, walaupun gadis itu tersenyum sopan, sorot matanya tidak tulus.

"Jangan mimpi kamu bisa mendekati tuan Rayn, anak ingusan, wajahmu sih cantik, tapi kecantikanmu pasaran...kami saja yang sudah bertahun-tahun bekerja di bawah divisinya, tidak mampu melunakkan hatinya, apalagi kamu!"

Catherine mendongakkan wajahnya dan berjalan anggun menuju ke ruangan yang diperuntukkan khusus untuk transaksi utama Almahendra House.

Dua orang security yang bertugas di depan ruangan Alika mengenali Catherine.

"Selamat siang nona Cat...silahkan masuk..."

"Terimakasih..."

Catherine terkejut melihat siapa yang duduk di depan Alika.

"Nona Nila?" sapa Catherine. Nila menoleh dan memandang Catherine dengan senyum gugup.

Apa-apaan ini? Kenapa nona Nila terlihat gugup dan takut? Atau hanya perasaan Catherine saja?

Tidak lama, Keysa masuk dan tidak sengaja dibarengi dengan kehadiran Rayndra di belakangnya, orang pasti mengira Rayn dan Keysa datang bersamaan saat melihat keduanya melangkah masuk.

Mata Nila yang semula memandang Catherine, menjadi meredup melihat kehadiran Rayn.

Berarti benar gosip itu? Rayn sudah memiliki gadis lain sebagai pengganti dirinya? Nila menahan airmatanya sekuat hati, nyawa Diandra dalam bahaya sekarang, bukan waktunya cengeng dan menangis! Dengan segera dialihkan pandangannya ke arah Alika.

Alika memandang tamu-tamunya dan mempersilahkan Catherine duduk di sofa dekat ruang kerjanya.

"Mari, tuan Rayndra..." Alika mempersilahkan Rayn duduk di samping Nila.

Melihat Nila yang entah kenapa terlihat semakin cantik, lidah Rayn kelu, sejak memandang wajah jelita itu, sebenarnya dia ingin sekali memeluk Nila. Nila...nama itu bagai mantera merajai hatinya, tapi hatinya masih sakit dengan pilihan Nila. Bahkan, Nila malah memalingkan wajah darinya, seandainya Nila menghampirinya dan memeluknya, mungkin Rayn bisa luluh, tapi, apa ini? Kenapa Nila bersikap acuh bahkan tidak mau memandangnya?

"Kau mengingatku saat membutuhkan uangku?" kata Rayn dingin seraya duduk di samping Nila.

Gadis itu menoleh sejenak, tidak mengerti ucapan Rayndra.

"Bukankah kau sudah memilih meninggalkanku, tapi kau membutuhkan uangku? Ahh...ternyata kau memang seperti wanita-wanita yang lain..." Rayn tersenyum sinis memandang Nila.

Nila menggertakkan giginya. Jadi? Sepicik itukah Rayn? Kebersamaan mereka selama ini tidak berarti apa-apa bagi pria itu?

"Aku hanya mengambil hakku, apakah kau keberatan?" Nila bangkit dari duduknya. "Jika kau keberatan, maka aku akan meminta pada ayah Khafi, bukankah kau yang mengatakan kau akan memenuhi semua kebutuhanku? Apakah janjimu itu palsu? Dan bukanlah kau sudah bersama gadis lain sekarang, jadi aku harus menyelamatkan apa yang tersisa untuk..." Nila menahan sekuat tenaga airmatanya. "...bayiku..."

Dahi Rayn mengeryit. Gadis lain?

Melihat pandangan sekilas Nila kepada Keysa, Rayn paham.

Sepertinya Nila mengira gosip ngawur wartawan itu sebagai kebenaran, karena kemarahan di dalam hatinya, Rayn tidak berfikir panjang dalam berkata-kata, walaupun efeknya sangat menyakitkan untuk Nila.

"Bukanlah kau sudah memilih, karena itu, kau sudah tidak berhak membatasi pilihanku, dan kalau kau cukup tahu diri, karena aku tidak akan pernah menceraikanmu, kau bisa mengajukan gugatan..." kata Rayn kasar lalu melihat ke Alika.

"Jadi, berapa yang istriku butuhkan hari ini, nona Alika?"

Alika memperlihatkan permintaan Nila.

"Empat Milyar? Baiklah, berikan kepadanya, supaya dia puas..." kata Rayn seraya berdiri. "Lalu, apalagi yang kau inginkan? Rumah? Resort? Perusahaan?"

Belum selesai Rayn berkata-kata, tangan Nila terangkat dan menampar pria di hadapannya itu.

Rayn tersenyum, pukulan Nila memang tidak seberapa, tapi lihatlah, Nila tidak lagi menatapnya dengan lembut seperti biasa, tatapan Nila tajam dan penuh amarah. Kenapa Nila harus marah? Bukankah gadis itu memang menarik uang yang banyak dari rekeningnya? Kenapa harus tersinggung dengan ucapan Rayn?

Rayn berdecak kesal.

"Enjoy your time, and your money..." Rayn melangkah pergi, dan sebagai sentuhan terakhir, lelaki itu mendekat pada Keysa dan mengulurkan tangannya. "Ayo nona Keysa...aku ada keperluan denganmu..."

Keysa berdiri dan memandang Rayn seraya tersenyum.

Rayn meraih pinggang gadis itu dan mereka berdua keluar ruangan dengan mesra. Airmata Nila menetes, tapi dia berjuang untuk tidak menangis.

"Kumohon nona Alika, segera siapkan uang itu, aku sangat memerlukannya dan waktuku tidak banyak..." Nila menatap Alika.

"Baiklah nona Nila, karena tuan Rayndra sudah memberikan persetujuan, anda boleh membawa uangnya dan saya akan mentransfer yang dua milyar ke rekening yang anda tuliskan..." Alika menuju ke bagain belakang ruangannya dan mengambil koper berisi uang yang telah disiapkan stafnya untuk diberikan pada Nila. Setelah memastikan semua dengan teliti, Alika keluar dan membawa kopoer itu.

"Terimakasih, nona Alika..." Nila meraih koper yang disediakan Alika dan segera keluar ruangan, karena panik, dia bahkan tidak menatap Catherine.

---

"Maaf aku telah bersikap tidak sopan dengan memanfaatkanmu..." Rayn melepaskan pelukannya di pinggang Keysa dan mengantar gadis itu keluar. "Kau bisa menunggu di lobby dan nanti Catherine akan mengantarmu..."

Keysa tersenyum.

"Tidak apa-apa, tuan Rayn..." gadis itu malah dengan berani meraih tangan Rayndra dan menggengamnya. "Bahkan jika ini benar-benar affair, aku tidak keberatan, bukankah kau pernah mencintai Katya? Aku serupa dengannya bahkan lebih baik, kau pasti bisa dengan mudah mencintaiku seperti mencintainya..."

Dahi Rayn mengernyit.

Perlahan dilepaskannya tangan Keysa.

"Jika menginginkan cinta, maka kau salah pilih, nona. I have no heart..." lelaki itu menggelengkan kepalanya dan meninggalkan Keysa begitu saja.

---

Nila melirik arloji di pergelangan tangannya.

Waktunya tinggal setengah jam lagi, dia harus bisa mencapai tempat yang dijanjikan Ramsey, jika tidak, maka nyawa Diandra dalam bahaya. Dia tidak boleh terlambat. Gadis itu melambaikan tangannya dan mencegat taksi.

---

Rayn melihat sosok Nila sekilas dari balik kaca mobilnya, kenapa gadis itu tampak tergesa-gesa? Kenapa Nila membutuhkan uang yang banyak? Mau dibawanya kemana uang itu?

Tiba-tiba ponsel Rayn berbunyi.

Pesan dari Alika, sejumlah dana telah ditarik dari rekening pribadi Rayndra Almahendra dan sebagian ditransfer ke rekening Joanna Ripley.

Dahi Rayn mengeryit.

Joanna? Siapa Joanna? Kenapa bukan rekening Nila Sulaiman?

Ada sesuatu yang salah di sini. Otak Rayn berputar. Ripley?

Astaga!

Rayn memutar mobilnya dan menghubungi Harris William.

"Ya, tuan?"

"Kau yang menginstal aplikasi di ponsel istriku, bukan?"

"Tentu, ada apa tuan?"

"Tolong hubungkan aku dengan ponselnya, aku harus mengikuti dia sekarang...kau bawa beberapa bodyguard kita, sepertinya telah terjadi sesuatu dan kuharap dugaanku salah..."

"Baik, tuan..."

---

Nila membuka gerbang gedung bagian belakang Star Agency, rumput ilalang halaman ini cukup tinggi, sepertinya bangunannya jarang digunakan.

Di dalam gedung yang berantakan, terlihat Diandra duduk di kursi dalam keadaan terikat dan Ramsey duduk di samping Diandra.

"Bagus, kau tepat waktu juga, nona cantik..."

"Lepaskan Diandra..."

"Who hooo...sabar dulu, aku ingin lihat apakah kau membawa uang yang kuminta?"

Nila mengutak atik nomor kode di koper yang diberikan Alika lalu membuka koper itu, memperlihatkan isinya.

"Dalam bentuk dollar seperti yang kau minta..." kata Nila. "Sekarang, lepaskan Diandra!" Nila menutup koper dan menguncinya. "Aku akan melempar koper ini padamu, tapi lepaskan dulu Diandra.

"Lempar dulu kopernya, nona cantik..."

Nila tidak memiliki pilihan, segera dilemparnya koper itu ke arah Ramsey. "Lepaskan Diandra, lalu akan kuberikan kodenya..."

Ramsey berdecak kesal. "Baiklah..." Ramsey melepaskan ikatan di tubuh dan kaki Diandra tapi tidak melepas ikatan yang mengikat tangan gadis itu dan lakban yang menempel di mulut Diandra.

"Berdiri, nona Di, berjalanlah ke arah nona Nila..." Ramsey menodongkan pistolnya.

Diandra dengan patuh berjalan ke arah Nila. Ramsey meraih koper di bawah kakinya.

"Sekarang, kodenya, nona cantik..."

" 3...4...5...8..." kata Nila.

Ramsey tersenyum puas, tapi di detik berikutnya, pistolya teracung ke arah tubuh Diandra dan lelaki itu menembak sasarannya dengan pasti.

Mata Nila terbelalak melihat gerakan Ramsey yang mendadak.

Diandra!

Dengan cepat Nila meraih tubuh Diandra dan mendorong gadis itu hingga terjatuh.

Bunyi debam, bunyi letusan pistol...tembakan...teriakan...suara seseorang berlari menjauh...

Hal terakhir yang dirasakan Nila hanyalah sengatan panas di kepalanya, lalu semuanya menjadi gelap!

----

Diandra menoleh dengan panik.

Tidak! Tidak! Tidak!!!

Diandra berteriak kalut tapi lakban yang membungkam mulutnya meredam teriakannya. Dilihatnya Ramsey berlari keluar dan melarikan diri membawa uang dalam koper itu.

Dengan sudah payah Diandra mencoba membuka lakban yang membungkam bibirnya dengan keadaan tangan terikat.

"Arrgh!" Diandra menjerit, kebas. Lakban itu berhasil juga dibukanya.

"Nila...Nilaaaa...tidak..." Diandra berlutut dan melihat darah mulai menggenangi lantai.

Darah dari kepala Nila.

Nila tertembak...Nila...

"Tidaaakkk!!!" Diandra mencoba melepas ikatan di tangannya. "Nila...tidak boleh seperti ini...kau tidak boleh mati!!"

Tangan Diandra yang terikat terulur menyentuh darah yang menggenangi lantai. "Tidak Nila...tidaaaakkk!!"

---

Audi hitam itu berhenti di depan gerbang gedung tua dan pemiliknya turun. Tiba-tiba terlihat sekelebat sosok tubuh berlari menjauh. Saat Rayn hendak memastikan siapa yang keluar dari gerbang, Rayn mendengar teriakan seseorang yang dikenalinya.

Diandra?

Kenapa Diandra berada di sini?

Dengan cepat Rayn berlari masuk, menelusuri jalan setapak yang terhalang rumput ilalang, ternyata benar, Diandra adiknya. Diandra sedang berlutut di hadapan tubuh seseorang yang terbaring di lantai.

Darah Rayn menyurut.

Tidak...itu...bukan dia, kan?

"Diandra!" Rayn berteriak, adiknya menoleh dan melihat kakaknya masuk, dengan wajah linglung Diandra menatap Nila dan Rayn bergantian.

"Nila...dia...dia tidak bergerak...Nila...diaa...huhuhuuuu..." Diandra memegang tangan Nila, tidak berani mengguncang tubuh gadis itu.

"Apa yang terjadi?" Rayn mendekat dengan panik dan memandang wajah Nila yang pucat. Ya Tuhan!

"Ramsey menembaknya...Ramsey menembak kepala Nila..." teriak Diandra.

"Tidak..." tangan Rayn terulur dan menyentuh bahu Nila. Tidak mungkin...

Tak berapa lama Harris dan Elli menyusul dan menemukan Rayn memeluk tubuh Nila dalam keadaan terguncang.

Harris meraba tangan Nila.

"Kita harus segera membawanya ke rumah sakit, tuan Rayn..."

Rayn membopong tubuh Nila dalam pelukannya.

Seperti robot, mematuhi perintah Harris.

Elliot membantu Diandra berdiri dan melepas tali yang mengikat tangan gadis itu, dari bilur kemerahan dan darah yang mengalir dari luka Diandra, tentu gadis itu berusaha melepas tali yang mengikatnya sekuat tenaga dengan panik.

"Kita ke rumah sakit, sekarang!" perintah Elli.

---

Continue Reading

You'll Also Like

9.2K 2.8K 46
VERSI LENGKAP SUDAH TERSEDIA DI KARYAKARSA Nathaniel dikutuk menjadi manusia dan diusir dari Eyden, tempat tinggal para malaikat, karena kesalahan fa...
1.9M 91.6K 52
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
337K 32.5K 48
Edward Kyle : Aku kejam dan super egois, aku tidak segan melenyapkan kalian yang tidak berguna lagi bagiku apalagi mereka yang mengusik hidupku. Aku...
3.1M 173K 38
Siapa yang tak mengenal Gideon Leviero. Pengusaha sukses dengan beribu pencapaiannya. Jangan ditanyakan berapa jumlah kekayaannya. Nyatanya banyak pe...