LALA LOST [END]

By LeeAgst

14.7K 1.7K 123

Lala adalah sebuah masa lalu, yang telah terhapus dari kotak memory Yuki. Seorang pemuda, yang di berikan gel... More

#⃣ Prolog
1⃣
2⃣
3⃣
4⃣
5⃣
6⃣
7⃣
8⃣
9⃣
1⃣1⃣
1⃣2⃣
1⃣3⃣
1⃣4⃣
1⃣5⃣
1⃣6⃣
1⃣7⃣
1⃣8⃣
#⃣ Epilog

πŸ”Ÿ

585 71 3
By LeeAgst

The secret song

.
.

.

LALA LOST
Capt : 10
Song

Jika kita berbicara tentang kehidupan orang, semuanya hanya membuat kita mencibir dan mengasihani diri sendiri. Padahal, banyak hal yang pasti kita tidak mengetahui. Apa yang terjadi, sebelum mereka berada di posisi tersebut.

Kita tau masalalu Jungkook, dan Lalisa. Hanya saja, keduanya belum mengingat apa itu masalalu. Seperti saat ini, Jungkook bermimpi berdiri di tengah keramaian. Dia menjadi buih, diantara sekelebat aktifitas disana. Entah mengapa, detak jantungnya berdegub tidak terkendali.

"Jung, mari kita berjalan masing-masing".

Suara itu sangat jelas sekali, dia melihat dirinya berbicara dengan seorang gadis kecil. Bayangan itu, sepertinya saat dia maSih bersekolah. Dia hanya memperhatikan, keduanya. Dan perlahan mendekat, mencoba melihat wajah sang gadis.

Jung menautkan alisnya, saat bayangan itu tiba-tiba saja kabur melebur menjadi ruang hampa. Nafas Jung, terhimpit layaknya ditekan dengan keras. Dia menggelinjang, diatas kasur. Tersentak, dan batuk saat tersadar didalam mimpinya.

"Hah~ mimpi itu lagi". Katanya, dia teringat perkataan Nam Taehyun yang mengatakan. Bahwa ada ingatan yang telah hilang, dari Jung. Dan itu, adalah ingatan yang mungkin memang sangat berarti. "Siapa dia?". Dia duduk diatas ranjang, dan menyenderkan bahunya. Menerawang jauh, didalam ingatan.

"Memangnya, mengapa harus berjalan masing-masing?". Jungkook tidak habis fikir, jika memang ingatan itu nyata. Ternyata, ada orang yang bisa menolaknya. Padahal, dari dulu wajahnya tampan-tampan saja Kok.

Akhirnya, Jung tidak bisa tidur seperti malam-malam yang lalu. Dia lelah, menelan obat tidur. Berjalan menghampiri, meja kerja dan membuka laptopnyaa. Belum saja, laptop terbuka sempurna. Jung teralihkan dengan, handphonenya. Dia meraih , dan membuka dengan menekan Finger Print.

"Apa tidak ada yang mengechat selain Jin? Ah~ bosan sekali". Dia mendial Chat, hingga di draft paling bawah. Dengan iseng, dia menekan nama Lalisa disana. "Wow, dia on rupanya". Jung mendapatkan hal aneh, yang tidak pernah Ia lakukan sebelumnya.

Dia menekan tombol dan mengetikan sesuatu disana

"Hai"

Ketikan itu terkirim sempurna, baru saja terbaca. Jungkook kalang kabut, "Apa - Apaan ini". Batinnya menjerit, rupanya sistem Imun jaim jungkook gelapakan. Dia mengernyit, menunggu balasan.

"Apa?".

Balas Lisa, singkat.

"Waith what?!!!". Jungkook tidak terima, memang kalau chat itu terkendala dengan. Miss komunikasinya, dia mengetikan kalimat panjang kali tinggi. Baru saja sudah ingin di kirim, dia menghapus kembali. Dan membalas, dengan.

"Kau punya makanan?".

Yang benar saja, jika ingin menawari makanan atau makan bersama. Seharusnya Jungkook bertanya lebih, mudah di mengerti. Mungkin...

Lisa terdiam, "Apa dia miskin? Masa seorang pewaris meminta makanan padaku".

Tok tok tok

Suara apartemen Lisa di ketuk, sehingga mengalihkan dari perhatiaanya saat ini. Lisa berdiri, dan berjalan mendekat kearah pintu. Dengan hati-hati, Lisa membuka layar monitor Cc Tv, di luar sana. "Mwo?". Dia sungguh tidak mengenal orang itu, baju hitam . Ahh tidak, lebih tepatnya tudung hitam.

"Siapa dia, di jam segini?". Mata Lisa memicing, memperhatikan dengan teliti dan hati hati. Mendekat, semakin mendekat.

"Hai buka !!! Ini gua Kai!!!".

"Ommo?!!". Lisa terlonjak. Saat kai, telah menemukan kamera dan berteriak didepan sana.

Pintu dibuka, kai masuk dengan songon membwa satu berkas. Ia melemparkan ke meja tamu, dan membuka jaketnya. "Ibumu bawel, dia menanyaiku 24 kali 24 jam".

"Huh? 24 kali 24 itu gimana caranya?". Respon Lisa bingung, karena ibunya sama sekali tidak pernah menghubunginya.

Kai menautkan bibirnya, dia kelepasan. "Maksudku, dia menyuruhku berada di sini untuk mengawasimu.. Kenapa kau tidak jadi pulang ke thailand".

Gadis itu berjalan lunglai, dia duduk di sofa. "Ketinggalan pesawat".

"Kan bisa pesan lagi".

Lisa menarik nafas berat, dan menaruh kekesalannya pada kai. "Aku kan sudah bilang, aku —".

"Lis, Victor itu ngga main-main menyukaimu... Dia bahkan selalu mencoba mengambil hati, orang-orang terdekatmu".

"Ya, termasuk kamu!!". Kata Lisa, membuat Kai tertohok seketika.

Kai duduk disamping Lisa, "Dia mengawasimu".

Lisa memundurkan pandangannya, menghadap Kai. "Jadi, kau datang karena pekerjaan, karena ibu, apa karena Victor".

"Hah, ya ya ya... Aku kesini karena ketiganya". Katanya pasrah, dia membuka laporan dan menunjukan pada Lisa. "Lihatlah, dia memboikot Toko mu di Milan".

"Dia menantangku, sekarang?".

"Bukannya kau yang memulai?". Kai membuka lembar selanjutnya, disana terlampir satu buah perjanjian awal Lisa dengan Tfashion.

Lisa menggeleng kepala, "Aku tau! Tutup itu! Aku bosan". Katanya, dia berdiri dan membuka lemari pendingin. Melemparkan satu soda, pada Kai. "Aku tidak bermain-main, aku juga tidak tau...".

"Karena lagu itu?".

"Ya, karena lagu itu. Setiap hari, aku merasakan ada yang aneh. Terlebih, saat aku dekat dengannya".

Merasakan Lisa sedang seperti ini, membuat Kai bersalah. "Meskipun kau adik tiriku, tapi .. Kau sudah aku anggap saudara kandungku. Aku hanya tidak mau kau mengalami masalah dengan Victor".

"Aku ingin tau, ada banyak yang aku ingin tau. Disini, aku merasakan semua yang aku ingin tau...".

Keadaan ini, membuat kai serba salah. Dia membuka kaleng soda, dan meminumnya dengan sekali teguk. "Aku fikir, aku akan disini malam ini".

"Tidurlah di kamar atas".

Kai mengambil jaketnya, dan berlari ke lantai atas. Setelah seharian bersama jennie, dan menemui Lisa. Membuatnya sangat pusing.

Lisa terdiam, dia berdiri dan berjalan mendekat kearah jendela besar. Yang menampilkan pelik cahaya, di bawah sana. Pemandangan malam, sangatlah indah. "Atau, apakah aku harus menyerah?".

Ponsel Lisa bergetar, rupanya ada panggilan masuk disana. Dari siapa lagi, kalau bukan dari Jeon Jungkook.

"Apa dia mengabaikan ku?". Kata Jungkook tidak percaya, berkali-kali dia menelpon dan memberondong Chat. Tapi, tetap tidak diangkat. "Woah, berani sekali dia". Jungkook berdiri, dan keluar kamarnya. Berkacak pinggang, didepan pintu apartemen Lisa.

Lisa merasakan sesak, jika selalu berusaha mengingat-ingat lagu itu. Dia berputar, dan ingin keluar dari apartemennya.

"Aaaaa!!!!".

Baru saja Lisa keluar, dia langsung berteriak dan jatuh. Membuat Kai terkejut, dari kamar mandi. Kai berlari, hanya menggunakan satu handuk menutupi dari pinggang. Ke- khem khem ... Bawah, maksudnya.

Ternyata, Lisa terkejut karena Jungkook tiba - tiba saja sudah ada di balik pintu apartemennya. Namun, keterkejutan Lisa. Tidak se panik Jungkook, saat orang asing menurutnya berada di apartemen Lisa. Menggunakan, handuk saja.

"Mwo??". Tuding Jungkook.

"Heh???". Lisa mengernyit, tidak mengerti.

"Ada apa ini?". Kai berteriak, setelah melihat Lisa dan Jung.

"Ohhhh my eyeeess". Suara itu dari Jennie, yang baru saja datang dengan Jisoo.

Jisoo, masih meloading otaknya. Dia berkacak pinggang, menarik Lisa dari bawah sana. "Heh! Kai, masuk sana!". Usirnya, kemudian beralih pada Jung. "Ah, presdir Junggg". Jisoo tersenyum kikuk, "Silahkan masuk".

Tunggu, sebenarnya yang mempunyai rumah ini siapa sih? Tapi , ya sudahlah.

Jennie sebenarnya memaksa Jisoo, untuk ke apartemen Lisa. Takut , kalau-kalau Lisa dan Kai berdebat lagi dan lagi.

.
.
.

Mereka sekarang sudah berada di ruang tamu, Jennie membuat minuman dengan Jisoo. Sedangkan Lisa, duduk dengan memainkan ponselnya di tengah-tengah kai dan Jungkook.

"Sebenarnya, apa yang terjadi?". Tanya Jisoo pada Jennie, yang masih asik mengicipi kopi untuk kai.

"Kau bertanya padaku?".

"Bukannya, kau yang mengajakku kemari".

"Aku hanya takut, Kai dan Lisa bertengkar.. Tapi, aku fikir tadi tidak ada apa-apa". Kata Jennie, dengan enteng

"Benarkah? Tapi aku merasakan, ada hawa dingin didepan sana".

Jennie mengernyit, dia mengintip sedikit dari cela-cela dapur. "Benar, kenapa presdir Jung cemberut ya".

"heh, benarkah???". Jisoo penasaran, dia ikut mengintip dengan jennie. "Apa aku salah melihat, Jen?".

"Memang, apa yang kau Lihat?".

"Ada sesuatu?".

Jennie memanyunkan bibirnya, karena tidak menemui alasan. "Sesuatu? Bukankah dari tadi mereka hanya bertiga? A... Aa... Apa ka ... Kau me melihat Hantu?".

Pernyataan dan pertanyaan konyol. Membuat Jisoo, melayangkan satu geplakan diatas kepala Jennie. "Sudahlah, mari kita antar".

Lisa masih asik memainkan ponselnya, "Maaf tidak meembalasmu". Katanya.

"Hm".

Kai memperhatiakn wajah Jungkook dari atas, ke bawah. Ke atas lagi, kebawah lagi. "Lebih tampan dari Victor". Katanya dalam hati.

Jennie menaruh senampan minuman, dengan jisoo yang membawa camilan.  Jungkook menyeruput kopinya, dengan hati-hati.

"Jadi, kapan kalian akan menikah". Perkataan dari Jisoo, membuat Jung takabur. Dia tersedak kopinya, dan trbatuk. Jisoo memicingkan matanya, dan tersenyum.

"Me, menikah?". Kata Jung, hati-hati. "Jadi, apa mereka habis melakukan sesuatu tadi?". Gumanya, dalam hati.

"Ah, Presdir Jung belum tau ya.. Ini calon suamiku, perkenalkan". Kata Jennie, dengan gummy smileynya.

Jungkook tiba-tiba saja terperangah kembali, otaknya mungkin sudah tidak sanggup memproses secara cepat. "Oh? Ah? Mwo?".

"Mwo???". Jennie mengulangi pertanyaan Jungkook, dia tidak faham.

Jisoo tersenyum penuh arti, memandangi Jungkook. Sedangkan Lisa, masih asik dengan ponselnya. Jisoo menyalakan Tv, untuk mengurangi situasi menegangkan.

"Woah, ini Nam Taehyun ya.. Sudah la aku tidak melihatnya". Kata Jennie, menuding-nuding Taehyun di layar TV.

"Sebentar". Jisoo menyipitkan matanya, "Sepertinya, aku pernah melihat orang ini".

"Dia artis kecil kan, mana mungkin kau orang korea tidak mengenalnya". Kata Jennie, mereka berdua memang orang korea asli. Berbeda dengan Kai, apa lagi Lisa yang belum fokus keadaan saat ini.

Jungkook hanya menaruh gelasnya, dia duduk menyender ke sofa. Menegakan punggung, untuk mengintip aktifitas Lisa di layar ponselnya.

"Shittt!!!!".

Prakkk

Suara bantingan, yang membuat ke empat Namja dan Yeoja itu tiba-tiba tergejolak di tempatnya. Dan menatap Lisa, penuh tanya. Kai yang mengetahui mengapa Lisa seperti itu, mengambil ponsel dan segera mengeceknya.

"Ke kenapa kau?". Tanya jisoo hati-hati, dia belum mengetahui tentang Victore yang mengancam Lisa akhir-akhir ini.

"Kau sebaiknya membatalkan saja, ini sudah tidak benar". Sergah Kai, dia takut Lisa semakin terpojok.

Gadis itu mendesis, dan melirik kai kesal. "Lalu aku menyerah, dan kehilangan semua bisnis ku?!!!".

"Itu, karena kau yang menantangnya lebih dulu". Tambah Kai.

"Lalu, aku harus menuruti dan menikah dengannya? Jika ibu selalu memaksaku, kenapa tidak dia saja yang menikah dengannya!?!??".

Seperti biasa, jika sudah berdebat Jantung Jennie berdegub kencang. "Sudah, sudah Kaiii". Jennie mengkode Kai, untuk diam.

Okeh ada satu orang, yang tidak mengetahui apapun. Bahkan, dia ingin bertanya. "Siapa itu Victor?". Tanya Jung. Hati-hati.

"Gelandangan sialan!!". Lisa berdiri, tidak menghiraukan Jungkook.

Jisoo berdiri, dan menghampiri Kai. Merepot ponsel Lisa, dan membaca dengan sendiri isi pesan itu. "shittt!". Umpatnya rendah, dia menutup mulut dan memperhatikan Jungkook kembali. "Eum, presdir Jung bisa kah kau mengajak Lisa pergi keluar sebentar. .. Kita, ada urusan".

Lisa hanya berdiri mematung, "Aku ingin sendiri".

"Pergilah bersamaku". Sergah Jungkook.

"Biarkan aku sendiri, aku ingin sendiri". Kekeh Lisa, mencoba menarik tangannya dari genggaman Jung.

Degh

Tiba-tiba saja, Jantung Jungkook berdegub kencang. "Jangan pergi lagi". Katanya sepontan terucap, tanpa sadar Ketiga orang di bawah sana berkedip lambat. "Eum, kalian lapar tidak? Aku akan kembali bersama cikin". Kata Jung, seraya menyeret lengan Lisa menjauh.

"Ya, cepatlah. Kami lapar". Setuju Jisoo, Kai dan Jennie tidak mengerti mengapa Jisoo senang sekali saat ini. Padahal, ini hal yang genting.

Mereka berdua, pamit dan berlalu. Akhirnya, Jisoo menatap Kai tajam. "Apa Victor masih mengganggunya?".

"Ya!". Singkat Kai.

"Kenapa dia tidak bilang padaku".

"Memangnya kau pikir bagaimana, pola pikir anak itu". Tambah Kai, ketus.

Jennie memijit pangkal hidung pusing, andai saja Victor si pembuat onar itu ada disini. Mungkin dia sudah mencacah wajahnya, dengan Heells 15 cm miliknya. "Lisa sangat membencinya, tapi pria itu sampai tidak tau diri mengejar-ngejarnya. Dia membuat persaingan, dengan Lisa. Karena, Lisa menyukai musik Opera. Mereka datang ke salah satu konser presdir Jung! Lisa membangga-banggakan Presdir Jung, dan membuat Victor marah. Hingga mereka bertaruh, untuk menjadikan Jungkook Brand ambassador fashion week selanjutnya. Karena victor tau, Jung adalah seorang presdir dan tidak    akan mau menjadi Brand ambassador". Kata Jennie, panjang kali lebar.

"Kenapa Lisa membangga-banggakan presdir Jung?". Kata Jisoo, tidak masuk akal. "Memangnya, Lisa kenal dengan Jung sebelumnya?".

Jennie menggelengkan kepala, mereka berdua menatap Kai.

"Lisa pernah memutar satu lagu, lagu itu selalu ada di track List Lisa. Dimanapun". Kata Kai.

"Apa di ponselnya, ada?".

Kai mengangguk, dia membuka galeri musik. Dan memperdengarkan kepada Jisoo, gadis itu berkedip lambat. Dia mengingat, musik orcestra ini pernah Ia dengar. "Ah, apakah ini si genius Pianis?".

Kai mengangguk lagi.

"Siapa Pianis Genius itu? Apa itu —". Jisoo menerawang, dan bertanya Lewat tatapan Nya pada Kai.

Dan kali ini, Kai menautkan alisnya. Dia menggeleng, Jennie terdiam. Dia membuka ponsel, dan mencari kata kunci Pianis Genius.

Dannn

"What The Fuck!!!".

Kai melotot tajam, melihat Jennie yang berkata-kata kasar. Jennie tidak peduli, dia memperlihatkan apa yang ada di layar ponselnya.

"Heol!!!".

"Daebbbaaakkkk".

"Presdir Jung????".

Jisoo menyenderkan punggungnya, mereka masih meloading semuanya. Dan menggeleng-gelengkan kepala, "Sungguh, saat pertama kali aku bertemu dengannya. Aku tidak menyangka, bahwa dia menyukai musik opera... Aku bahkan pernah memberikan dia lagu underground saat Ulang tahun Lisa".

"Aku juga, bahkan aku pernah berbicara hal konyol kepada orang-orang yang menyukai musik opera".

"Kenapa kau melakukannya?". Tanya Kai, bingung. Setidaknya, meskipun dia tau Lisa menyukai atau tidak menyukai apa. Menghakimi, sesuatu. Itu tidak baik.

"Aku, aku hanya ingin memecahkan suasana".

"Dasar bodoh!!". Ejek Kai.

"Jadi?". Jisoo menggantung perkataanya, "Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?".

"aku tidak tau". Jennie menyerah dengan otaknya, dia lelah seharian berjalan dengan kai. Bahkan, dia belum mandi saat ini.

"Aku akan mencoba menghubungi Ibu".

Jisoo mencegah Kai, "Bodoh!!". Umpatnya, seraya menyita ponsel Kai.

"Lalu?".

"Kau mengatakan ibu kalian yang memaksa Lisa, tapi kau Juga ingin menghubunginya! Bukankah, ini kacau?".

"Ya sudah, tinggal buat saja mereka pacaran. Setidaknya, sampai victor menyerah. Dan Lisa menang".

Keduanya langsung melihat Jennie, yang telah memasukan idea briliant.

"Ohooo! Jennie-Ya...". Kata Jisoo tersenyum.

Kai hanya mengangguk, "Baiklah, aku setuju. Tapi, apa mungkin Presdir Jung mau sama gadis petakilan seperti itu?".

"Tenang Saja, aku yakin! Ini pasti bisa". Jisoo yakin, seyakin yakinya. Dia berdiri, melihat parkiran dibawah sana. "Jam berapa ini?".

"22.30".

"Nice-eu". Jisoo melihat ke arah Jennie dan Kai. "Kita mulai saja, dari hari ini".

.
.
.
.


Happy birthday Peu peu, I'll give You a million purpel heart for you

.
.
.

Hai, anyongg.
Tadi buru-buru Up, pas di cek ada yang tipo tadi. Tapi, pas dicari keblinger sendiri.

Yaudah, kalau ada yang nemu hal rancu. Bisa langsung, komen ya.

Jangan lupa,

Vote

Comment


Continue Reading

You'll Also Like

44.4K 4.1K 45
Chiquita harus berjuang untuk menyatukan kedua orang tuanya, setelah tau ia hadir karena kesalahan dan tidak ada cinta antar keduanya Chiquita berjan...
29.8K 1.8K 13
Kau fikir setelah semua yang terjadi aku akan baik-baik saja?? -Blackpink All -Bts All -Nct All Vote + kritikan & Saran
29K 4.1K 6
A new TaeLice songfic from one of BigBang's legendary song γ…‘ Haru Haru
199K 3.6K 7
Sembilan cewek cantik yang selalu aktif dan ngerusuh di Instagram. Siapa sangka kalau instagram mereka itu tempat berkumpulnya para cogan. Tampang me...