A Romantic Story About Junkyu...

By bucinjunkyu

181K 16.7K 3.6K

DONT LIKE DONT READ!!!!!!!!!!!!!!! Mereka menjalin hubungan karena keterpaksaan, yang lama kelamaan menjadi h... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
19
20 (end.)
21 (epilog.)

18

7K 715 163
By bucinjunkyu

Hampir sebulan sejak kejadian itu, dan Haruto menepati janjinya. Tidak menemui Junkyu lagi.

Atas bujukan dan desakan Jihoon, Junkyu kembali bekerja di perusahaan Haruto, lagipula bujukan Jihoon ada benarnya juga, Junkyu butuh gajinya untuk menghidupi mereka semua.

Dan selama sebulan itu Haruto, sang CEO menjadi orang yang paling sulit dilihat di kantor, jika tidak sedang melakukan perjalanan bisnis, Haruto mengurung diri di ruangan kerjanya dan tidak keluar-keluar.

Sesekali Junkyu masih berpapasan dengan Yoonbin. Yoonbin masih bekerja di sini, Haruto tidak jadi memecatnya, sepertinya dia dan Haruto sudah berhasil menyelesaikan kesalahpahaman di antara mereka.

Dan Junkyu merindukan Haruto.

Dia sudah bertekad melupakan Haruto, tetapi hatinya punya mau sendiri, kadang dia menatap lift khusus direksi yang menyambung langsung ke ruangan Haruto dengan penuh harap. Berharap tanpa sengaja dia melihat Haruto keluar dari sana, melangkah ke parkiran mobilnya.

Tuhan tahu betapa ia bersyukur seandainya saja dia bisa melihat Haruto, biarpun cuma satu detik, biarpun cuma dari kejauhan. Tapi entah kenapa Haruto seperti punya pengaturan waktu sendiri agar tidak bertemu Junkyu.

Sore itu Junkyu melangkah memasuki apartemennya dengan lunglai, dia tidak enak badan, sedikit panas dan meriang, jadi dia minta izin pulang cepat.

Ketika memasuki ruang tamu, dia mendengar suara tawa dari ruang tengah. Suara Noa dan Jihoon. Jihoon sudah mendapat izin Haruto menggunakan setengah hari kerjanya untuk melakukan terapi khusus pada Noa.

Terapinya sudah membuahkan hasil, Noa sudah bisa menggerakkan jari-jari kakinya, sedikit mengangkatnya dan melatih saraf-sarafnya. Optimisme bahwa Noa akan bisa berjalan lagi semakin besar.

Junkyu melangkah ke ruang tamu dan melihat Noa sedang duduk di kursi rodanya sedang Jihoon menuangkan teh untuknya, sepertinya session terapi sudah selesai.

Noa mendongak ketika merasakan kehadiran Junkyu dan tersenyum lebar, mengulurkan tangannya.

"Hai sayang."

Dengan senyum pula Junkyu melangkah mendekat, menyambut uluran tangan Noa. Noa membawa tangan Junkyu ke mulutnya dan mengecupnya.

"Bagaimana session terapi kali ini?" tanyanya lembut.

Noa tertawa dan Junkyu mengamatinya dengan bahagia, Noa banyak tertawa akhir-akhir ini. Noa makin sehat, warna kulitnya juga sudah jadi cerah sehat, tidak pucat pasi seperti dulu. Badannya sudah berisi dan tampak lebih kuat.

Noa sudah menjadi Noanya yang dulu, yang penuh tawa dan vitalitas, dengan semangat hidup yang memancar dari dalam dirinya.

"Aku tadi sudah belajar berdiri, sulit sekali Junkyu sampai keringatku bercucuran, tapi aku senang sudah sampai di tahap sejauh ini." jelas Noa bahagia.

Junkyu membelalakkan matanya senang, "Benarkah?" dengan gembira ditatapnya Jihoon, "Benarkah dokter?"

Jihoon mengangguk dengan senyum dikulum, "Perkembangan Noa sangat pesat Junkyu, aku optimis dia akan bisa berjalan lagi."

Dengan bahagia Junkyu memeluk Noa erat-erat.

"Oh aku bangga sekali padamu mendengarnya sayang!" serunya dengan kegembiraan murni.

Tapi tiba-tiba Noa melepaskan pelukannya dan menatap Junkyu sambil mengerutkan alisnya, "Sayang, badanmu panas."

Gantian Junkyu yang mengerutkan keningnya lalu meraba dahinya sendiri. "Benarkah? Aku memang merasa tidak enak badan, makanya aku pulang cepat."

Dengan cemas, Noa menoleh ke arah Jihoon, "Dokter, badannya panas bukan?"

Jihoon segera mendekat dan menyentuh dahi Junkyu lembut, "Benar, kau panas Junkyu, apakah kau terserang flu?"

Junkyu menggelengkan kepalanya.

"Tidak, saya tidak pilek ataupun batuk dokter, tapi ada masalah dengan perut saya, akhir-akhir ini saya sering memuntahkan makanan yang saya makan, makanya badan saya terasa lemah dan..."

"Memuntahkan makanan?" Jihoon mengernyitkan keningnya, begitu serius.

Junkyu menganggukkan kepalanya, tidak menyadari betapa seriusnya pandangan Jihoon menelusuri tubuhnya.

"Sudah berapa lama?" tanya Jihoon lagi.

Junkyu tampak berpikir, "Baru beberapa hari ini, mungkin seminggu terakhir ini."

"Apa kau kena maag Junkyu?" Noa menyela tampak semakin cemas.

"Mungkin," Junkyu mengusap perutnya, "Soalnya aku sering mual."

Jihoon mengikuti arah tangan Junkyu dan menatap perut Junkyu.

"Kau tampak pucat Junkyu, berbaringlah dulu, aku akan menyusul dan memeriksamu nanti setelah selesai dengan Noa."

Junkyu menganggukkan kepalanya, lalu menunduk dan mengecup dahi Noa.

"Aku berbaring dulu ya." bisiknya lembut dan Noa mengangguk, balas mengecup dahi Junkyu.

Seperginya Junkyu, Jihoon memijit kaki Noa untuk session pelemasan akhir sambil berpikir keras. Tidak enak badan, mual, memuntahkan makanannya... Jika dihitung-hitung tanggalnya, semuanya tepat. Apakah Junkyu sudah hamil dan tidak menyadarinya?

"Dokter?" Noa yang menyadari kalau Jihoon melamun menegurnya hingga Jihoon tergeragap, "Dokter tidak apa-apa?"

Jihoon berdehem salah tingkah, "Ah, maafkan aku Noa, aku sedang memikirkan Junkyu."

"Kalau begitu sebaiknya dokter memeriksa Junkyu dulu, aku juga mencemaskannya dok." Noa tersenyum melihat Jihoon ragu-ragu, "Tidak apa-apa dok, aku sudah lebih kuat sekarang, aku bisa membawa diriku sendiri ke kamar dan mengurus diriku sendiri. Kumohon, uruslah Junkyu dulu."

Sambil mengangguk, Jihoon bergegas menyusul Junkyu ke kamarnya. Junkyu sedang berbaring miring memegangi perutnya, tampak kesakitan dan pucat pasi. Jihoon duduk di sebelah ranjang, menyentuh dahi Junkyu lagi, panas membara, meskipun keringat dingin mengalir deras.

"Saya muntah-muntah lagi barusan dokter." Junkyu memejamkan matanya dan tidak berani membukanya, seolah takut kalau dia membuka matanya, rasa mual yang hebat akan menyerangnya lagi.

"Berbaringlah dulu, aku akan membuatkan teh mint untukmu, untuk mengurangi mual, nanti aku akan membuatkan resep obat untukmu."

....obat untuk orang hamil.

Jihoon mulai merasa yakin melihat kondisi Junkyu. Junkyu hanya mengangguk patuh masih memejamkan matanya.

Beberapa saat kemudian, Jihoon kembali datang dan membantu Junkyu duduk, lalu membantunya meneguk teh mint itu, setelah itu dia membaringkan Junkyu yang lemas di ranjang, Junkyu meletakkan kepalanya di bantal dengan penuh syukur.

"Terima kasih dokter, tehnya sangat membantu, perut saya tidak begitu bergolak lagi seperti tadi."

Jihoon tersenyum lembut, "Cobalah untuk tidur." gumamnya sebelum melangkah keluar kamar.

Ketika merasa suasana cukup aman, dengan Noa yang sepertinya sudah masuk ke kamarnya, Jihoon meraih ponselnya dan memejet nomor telepon Haruto.

Haruto memang menghilang dari kehidupan Junkyu, tetapi Haruto tetap memantau setiap detik kehidupan Junkyu, Haruto menuntut laporan yang sedetail-detailnya dari Jihoon setiap saat. Dan menurut Jihoon, Haruto berhak mengetahui dugaannya ini.

"Jihoon." Haruto mengangkat teleponnya pada deringan pertama.

"Haruto," Jihoon berbisik pelan, bingung memulai dari mana. Sejenak suasana hening, dan tiba-tiba suara Haruto memecah keheningan.

"Dia hamil." itu pernyataan bukan pertanyaan.

"Aku tidak bisa menyimpulkannya seakurat itu sebelum dilakukan test urine dan test lainnya, tapi kemungkinan besar dia hamil, dia memuntahkan semua yang dimakannya, dan mual-mual setiap saat."

"Dia hamil." kali ini rona kegembiraan mewarnai suara Haruto.

"Aku akan melakukan test urine dulu Haruto, kau tak bisa..."

"Aku akan segera kesana." dan Haruto menutup telepon. Membiarkan Jihoon ternganga di seberang, lalu menggerutu dengan ketidaksabaran Haruto.

Haruto mau kesini, lalu apa? Langsung melemparkan bom itu ke muka Noa dan Junkyu? Dasar!

Jihoon berniat menunggu Haruto di depan apartemen, berusaha mencegah Haruto bertindak gegabah, Haruto harus berusaha pelan-pelan, apalagi kehamilan Junkyu belum dipastikan secara akurat.

Lama sekali Jihoon menunggu di ruang tamu, hampir satu jam. Kenapa Haruto lama sekali? Apakah Haruto membatalkan niatnya kemari? Jihoon mulai bertanya-tanya.

Saat itulah Noa mendorong kursi rodanya ke ruang tamu. Jihoon menoleh dan tersenyum, "Hai Noa, bagaimana kondisimu?"

Noa balas tersenyum, "Tidak pernah lebih baik, aku tadi membaca di kamar, dan mulai merasa bosan jadi aku keluar, bagaimana keadaan Junkyu?"

Jihoon menarik napas, "Dia sudah tidur pulas sepertinya, kasihan sepertinya perutnya bermasalah."

Noa mengernyitkan keningnya, "Dia bekerja terlalu keras," gumamnya sendu, "Dan itu semua gara-gara aku."

"Noa," Jihoon menyela dengan lembut, "Kita sudah pernah membahas ini kan? Kau tidak boleh menyalahkan diri sendiri, lagipula Junkyu melakukannya dengan sukarela."

"Benarkah?" suara Noa menjadi pelan, "Kadang-kadang aku merasa dia hanya kasihan kepadaku."

"Noa..." Jihoon tidak melanjutkan kata-katanya karena tiba-tiba ponselnya berdering, dengan cepat diliriknya layar ponselnya. Ha Yoonbin.

"Yoonbin?" panggilnya setelah mengangkat telepon, "Yoonbin kau tahu di mana Haruto? Dia bilang akan ke sini, tapi sampai sekarang dia belum datang..."

"Jihoon, Haruto kecelakaan di tol."









tbc.

harukyu makin sini makin gemes 😭

Continue Reading

You'll Also Like

45.4K 1.6K 46
Warn BxB era Jaywon X niksun X heejake
87.3K 9K 14
[end] Menceritakan perjuangan seorang bocah menaklukan sang pujaan hati. -𝗵𝗮𝗿𝘂𝗸𝘆𝘂's fic Warn! ✔︎ Bxb ✔︎Include harsh words & mature content ✔...
24.2K 2.8K 21
"kau tidak tau apa itu cinta?" "tidak.." "kemari, biar ku ajarkan apa itu cinta"
1M 86.6K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...