9

6.8K 741 85
                                    

Junkyu mulai sembuh, meskipun dia belum bekerja, Haruto tidak mengijinkannya. Haruto bersikeras bahwa Junkyu belum boleh bekerja, dan dia memerintahkan Dokter Jihoon menghubungi langsung atasan Junkyu sehingga tidak masuknya Junkyu selama empat hari ini tidak akan menjadi masalah.

Well, besok dia harus masuk, dia sudah sehat, itu hanya flu biasa dan dengan perawatan Haruto yang sengat intensif disertai dengan obat dari Dokter Jihoon yang sangat manjur, dia sudah merasa cukup kuat hari ini.

Dan Junkyu merindukan Noa. Sudah empat hari dia tidak ke rumah sakit, kemarin tubuhnya masih terlalu lemah, tetapi sekarang dia sudah agak kuat dan tidak sabar ingin segera melihat Noa.

Suster Jisoo menelepon dan menceritakan perihal Haruto yang mengangkat teleponnya pada waktu Junkyu tertidur, sekaligus meminta maaf jika dia sudah hampir membuka rahasia Junkyu.

Setelah itu, Junkyu bersikap hati-hati kepada Haruto, menunggu laki-laki itu bertanya kepadanya. Tetapi Haruto besikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Jadi Junkyu berpikir Haruto tidak menganggap telepon dari suster Jisoo itu sebagai sesuatu yang serius.

Junkyu sudah berpakaian rapi, saat itu jam lima sore. Haruto masih akan pulang jam sembilan malam, jadi dia masih punya waktu lebih dari cukup untuk menengok Noa.

Dengan riang karena akhirnya bisa berkunjung lagi ke rumah sakit, Junkyu berjalan dan membuka pintu keluar apartemennya hanya untuk berhadapan dengan sosok Haruto yang akan membuka pintu untuk masuk.

Haruto mengamati Junkyu yang berpenampilan rapi. "Mau kemana?" tanyanya langsung.

Sejenak Junkyu terperangah tak menyangka akan berhadapan dengan Haruto, matanya mengerjap gugup.

"Junkyu?" Haruto mengulang pertanyaannya dalam matanya.

"Eh aku..." Junkyu mengerjap lagi, "aku mau membeli bahan makanan di supermarket." gumamnya, mengucapkan hal pertama yang terpikir di dalam benaknya.

Haruto mengernyit, "Kau masih sakit, tidak boleh keluar-keluar, kau bisa membeli bahan makanan itu besok, lagipula aku sudah membawa makanan."

Haruto menunjukkan kantong kertas di tangannya dan melangkah masuk lalu menutup pintu apartemen. Ketika dirasakannya Junkyu masih terpaku dia menoleh dan mengangkat kantong makanan itu, "Kau tidak mau menatanya di piring sementara aku mandi?" tanyanya lembut.

Junkyu tergagap dan mengangguk, lalu menerima kantong itu dari Haruto. Ketika Haruto melangkah ke kamar dan mandi, Junkyu menata makanan di dapur dengan frustasi. Kenapa Haruto sudah pulang sore-sore begini? Kenapa waktunya begitu tidak tepat?

Junkyu menyempatkan diri menghubungi Suster Jisoo dan menjelaskan perihal batalnya kunjungannya ke rumah sakit. Untunglah suster Jisoo mengerti lalu menjelaskan secara singkat kondisi Noa yang stabil sehingga kemungkinan operasi ginjalnya bisa dilakukan beberapa hari lagi.

Junkyu merasa sangat lega mendengarnya, dengan cepat dipanjatkannya doa permohonan untuk Noa lalu melanjutkan menata makanan itu.

Semua masakan yang dibeli Haruto tampak hangat dan menggiurkan sehingga mau tak mau menggugah selera Junkyu.

"Kau pasti menyukainya, itu menu andalan dari restaurant favoritku."

Haruto masuk kedapur dengan mengenakan pakaian santai, dia sudah bertransformasi dari pembisinis yang dingin ke laki-laki yang lebih mudah didekati.

"Mana kopiku?" gumamnya disebelah Junkyu.

Haruto berdiri begitu dekat hingga membuat Junkyu gugup, dengan ceroboh dia hampir melompat menjauh dari Haruto, membuat Haruto mengangkat sebelah alisnya sambil menatap Junkyu.

A Romantic Story About Junkyu + Harukyu (✓)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora