10

6.5K 743 108
                                    

Ruangan itu gelap.

Gelap dan sunyi, hingga bunyi klik ketika Junkyu menutup pintu terdengar begitu keras. Dengan gugup Junkyu menelan ludah.

Kenapa sepi? Kemana Haruto?

Apa Haruto mungkin pulang ke rumahnya? Apa mungkin dia tidak tahu kalau Junkyu belum pulang? Syukurlah kalau begitu kejadiannya.

Junkyu berusaha menenangkan dirinya, tapi tetap saja tidak bisa menyembunyikan rasa gugupnya menghadapi apa yang akan terjadi, seperti hitungan mundur penantian sebuah bom yang akan meledak saja.

Dan bom itu memang meledak.

Dalam hitungan beberapa menit pintu depan terbuka, tidak, bukan terbuka, tapi terdorong dengan kasarnya, lampu-lampu menyala.

Haruto tampak begitu menakutkan, matanya menyala-nyala, rambutnya acakacakan, bahkan pakaiannya yang biasanya selalu elegan dan rapi tampak kusut masai. Yang pasti, Haruto kelihatan begitu murka mendapati Junkyu berdiri di ruang tamu apartemen itu, hanya menatapnya.

Dengan gerakan kasar dia meraih pundak Junkyu dan mengguncangnya begitu keras sampai Junkyu merasa pusing.

"Kemana saja KAU?!" teriak Haruto, lepas kendali.

Junkyu berusaha menjawab, tetapi kepalanya terasa pusing karena Haruto masih mengguncangnya.

"Aku mencarimu ke segala penjuru, kau tahu?!" Haruto masih berteriak.

"Semua rumah sakit bersalin di kota ini aku datangi satu persatu, tapi tidak ada kamu! Kemana saja KAU?"

"Haruto, kalau kau terus mengguncangnya seperti itu, dia akan muntah sebentar lagi."

Sebuah suara tenang terdengar di belakang Haruto, membuat Haruto terpaku, seolah-olah baru menyadari kehadiran sosok di belakangnya.

Yoonbin berdiri dengan santai sambil menyandarkan tubuhnya di dinding dekat pintu, sepertinya menikmati pemandangan Junkyu yang didamprat oleh Haruto.

Haruto menarik napas dalam-dalam beberapa kali, berusaha mengontrol emosinya.

Sialan benar Kim Junkyu! Sialan benar lelaki ini!

Tidak tahukah dia begitu cemas tadi ketika sampai malam Junkyu tidak juga pulang?

Tak tahukah dia betapa hati Haruto dicengkeram ketakutan yang amat sangat ketika mencoba menghubungi Junkyu dan menemukan bahwa ponselnya mati?

Beribu pikiran buruk tadi berkecamuk di dalam benak Haruto. Bagaimana kalau Junkyu kecelakaan? Atau dia menjadi korban kejahatan?!
Bagaimana kalau Junkyu terluka parah dan tidak dapat datang kepadanya untuk meminta pertolongan?

Dan sekarang, menemukan Junkyu berdiri di ruang tamu apartemennya, tanpa kekurangan suatu apapun, membuat Haruto dibanjiri perasaan lega yang amat sangat.

Lega sekaligus murka.

Murka karena Junkyu telah membuatnya kacau balau. Murka karena Junkyu telah membuatnya berubah dari Haruto yang tenang menjadi Haruto yang kacau. Murka karena Junkyu telah menumbuhkan sebentuk perasaan yang tidak dia kenal sebelumnya.

"Pro-proses melahirkan temanku bermasalah. Dia... Dia eh... Harus... Dioperasi..."Junkyu masih berusaha mengumpulkan nafasnya, diguncang dengan begitu kerasnya membuat pandangannya berkunang-kunang.

Tangan Haruto yang masih berada di pundaknya mencengkeramnya kuat. "Kalau begitu, apa susahnya meneleponku?! Kenapa kau matikan ponselmu hah?!"

Junkyu mengerjapkan matanya gugup. "Baterai ponselku... Habis..."

A Romantic Story About Junkyu + Harukyu (✓)Where stories live. Discover now