14

7.1K 792 248
                                    

"Dimana ruangan tempat perawatan Kazama Noa?"

Haruto berdiri di depan resepsionis. Resepsionis itu mendongak dan ternganga. Terpesona melihat penampilan dan ketampanan Haruto.

"Ruangan perawatan Kazama Noa?" Haruto mengulang jengkel karena resepsionis itu hanya menatapnya seperti orang bodoh.

"Oh... Untuk Kazama Noa... Anda... Anda mungkin harus menemui Suster Kim Jisoo dulu, beliau suster kepala penanggung jawabnya."

"Dimana?" gumam Haruto tak sabar.

"Lantai tiga, ruangan perawat nomor dua."

Tanpa basa-basi Haruto meninggalkan resepsionis yang masih ternganga itu.

Pintu itu tertutup rapat dan Haruto mengetuknya.

"Masuk." Sebuah suara yang tegas terdengar dari dalam.

Haruto masuk dan langsung berhadapan dengan suster Jisoo. Suster Jisoo langsung menyadari siapa yang berdiri di hadapannya. Dia tidak mungkin salah mengenali. Penggambaran Junkyu sangat akurat. Laki-laki ini memang benar-benar luar biasa tampan dengan keangkuhan yang sudah seperti satu paket dengan auranya.

"Apakah anda akhirnya berhasil menemukan kebenaran?" gumam suster Jisoo langsung tanpa basa-basi.

Haruto mengernyit mendengar sapaan pertama suster Jisoo yang sama sekali tidak diduganya. Tapi dia lalu teringat telepon di tengah malam yang tanpa sengaja dia angkat. Penelepon itu mengatakan dirinya adalah suster Jisoo.

"Ya," Haruto mengakuinya pelan, "Anda sudah tahu semuanya?"

"Semuanya. Dan pertama, sebelum anda menghina Junkyu lagi, saya akan jelaskan kepada anda. Semalam Junkyu datang kepada saya, dengan kondisi mengenaskan. Mental dan fisik yang rapuh, dan dia bilang ingin melepaskan diri dari anda, menurut saya itu wajar mengingat perlakuan anda padanya."

Suster Jisoo menatap Haruto dengan pandangan mencela yang terang-terangan hingga wajah Haruto merona.

"Uang yang dia pakai untuk melunasi anda, itu adalah uang pinjaman dari saya dan beberapa staff rumah sakit lain, bukan uang hasil menjual dirinya kepada laki-laki lain seperti apa yang anda tuduhkan kepadanya tadi pagi."

Sebuah kebenaran lagi. Lebih keras daripada tamparan di pipi, lidah Haruto terasa kelu.

"Saya ingin bertemu Junkyu." gumam Haruto akhirnya.

Suster Jisoo mengangkat alisnya. "Untuk apa? Ketika hubungan hutang piutang itu lunas, tidak ada lagi perlunya kalian bertemu, lagi pula saya tidak yakin Junkyu bersedia menemui anda."

"Tidak ada hubungannya dengan uang! Saya tidak peduli dengan uang!" Haruto hampir berteriak, lalu berdehem berusaha meredekan emosinya.

"Saya harus bertemu dengan Junkyu, meminta maaf, saya tahu selama ini saya salah..."

"Anda bisa menyampaikan permintaan maaf anda melalui saya." sela Suster Jisoo tegas.

Haruto mengernyit. "Saya mohon... Saya harus bertemu dengan Junkyu, saya butuh bertemu dengan Junkyu."

Suster Jisoo mengamati laki-laki yang berdiri di hadapannya. Haruto terlalu tampan, terlalu kaya, sehingga wajar dia tampak begitu arogan.

Tapi sekarang Haruto tampak begitu menderita, dan dia rela memohon agar bisa bertemu Junkyu. Suster Jisoo menarik napas ketika sebuah kesimpulan muncul di benaknya.

Laki-laki ini sedang jatuh cinta.

Bagaimana mungkin dia menolak permintaan Haruto? Kalau saja Haruto hanya laki-laki sombong yang menginginkan bayaran setimpal atas apa yang diberikannya kepada Junkyu, suster Jisoo akan mengusirnya tanpa ragu.

A Romantic Story About Junkyu + Harukyu (✓)Where stories live. Discover now