17

8.1K 718 217
                                    

Sejak saat itu Haruto seolah-olah menghilang dari kehidupan Junkyu.

Junkyu merenung dalam mobil rumah sakit yang membawa mereka pulang ke apartemen. Hari ini Noa sudah boleh pulang dari rumah sakit, bersama Jihoon dan suster Jisoo mereka pulang ke apartemen.

Suster Jisoo memutuskan untuk tinggal sementara membantu Junkyu, dan Jihoon sudah berjanji akan berkunjung setiap hari untuk mengecek kondisi Noa dan melakukan terapi rutin.

Kata Jihoon, Haruto memutuskan mengambil tugas perjalanan ke Eropa dan mungkin akan kembali dalam waktu yang lama.

Dada Junkyu terasa nyeri, ketika sekali lagi mengakui kenyataan itu kepada dirinya sendiri. Oh ya, dia merindukan Haruto, sangat merindukannya.

Ternyata cinta memang bisa tumbuh tanpa direncanakan. Junkyu mencintai Haruto. Dia tidak tahu kapan perasaan ini bertumbuh. Dia hanya tahu dia mencintai Haruto, itu saja.

"Aku tidak menyangka bosmu yang kelihatannya sombong itu bisa begitu baik, meminjamkan apartemennya."

Noa memecah keheningan, menatap Junkyu dengan sedikit menyelidik, dia bertanya-tanya karena akhir-akhir ini Junkyu begitu murung.

"Aku yang membujuknya." Jihoon yang duduk di kursi depan cepat-cepat menjawab, tahu bahwa Junkyu pasti kebingungan dengan pertanyaan Noa itu.

"Haruto adalah sahabat suamiku, aku bilang merawatmu penting bagiku, karena kamu adalah salah seorang yang selamat dari kecelakaan yang menewaskan suamiku. Jadi Haruto mau meminjamkan apartemen itu, toh apartemen itu tidak terpakai."

Diam-diam Junkyu dan suster Jisoo menarik napas lega mendengar kelihaian dokter Jihoon menjawab.

Mereka sampai di apartemen, dan Junkyu mendorong kursi roda Noa memasuki ruangan itu. Begitu mereka masuk tanpa sadar Junkyu mengernyit, semua kenangan itu seolah menghantamnya. Di sini, di apartemen ini dia menghabiskan waktu berdua dengan Haruto, makan malam bersama, bercakap-cakap bersama....

"Apartemen yang sangat bagus, kita beruntung Junkyu, bos mu sangat baik." Noa mendongakkan kepalanya ke belakang menatap Junkyu sambil tersenyum. Mau tak mau Junkyu memaksakan senyuman di bibirnya.

Kuatkah ia berada di sini? Apalagi di kamar itu... Junkyu melirik kamarnya, tempat Haruto juga menghabiskan sebagian besar waktunya di sana. Tidak! dia tidak mau masuk lagi ke kamar itu!

Dengan cepat dan efisien mereka menyiapkan segalanya sehingga Noa selesai di terapi dan beristirahat di kamarnya. Suster Jisoo menjaganya sebentar, lalu berpamitan untuk kembali ke rumah sakit, berjanji akan pulang dan menginap di sini nanti malam.

Setelah memastikan Noa tertidur pulas, Jihoon menyeduh teh dan mengajak Junkyu duduk di ruang depan.

"Dia sudah kembali dari Eropa." Jihoon membuka percakapan, menatap Junkyu dari atas cangkir kopi yang diteguknya.

Seketika itu juga hati Junkyu melonjak, tahu siapa yang di isyaratkan sebagai 'dia' itu.

"Apakah dia baik-baik saja?" Tanya Junkyu pelan.

Jihoon tersenyum miring mendengar kelembutan dalam suara Junkyu.

"Kau itu baik hati ya, sudah menerima arogansinya yang tidak tanggungtanggung, tetapi masih saja mencemaskannya."

Dengan pelan Jihoon meletakkan cangkirnya.

"Yah, dia baik-baik saja, sedikit kurus, terlalu memaksakan diri dan jadi pemarah seperti beruang terluka, tak ada yang berani menyinggungnya dan mendekatinya dalam radius 100 meter kalau dia sedang mengeluarkan aura pemarahnya, bahkan direktur keuangan memilih berhubungan dengannya via telepon."

A Romantic Story About Junkyu + Harukyu (✓)Where stories live. Discover now