ELEGI

By Skybuxx

1.5K 388 894

Kau dan aku tidak akan pernah menyatu, itu adalah takdir yang tertulis untuk kita, dan sekarang kita adalah o... More

Prolog
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas

Satu

259 42 82
By Skybuxx

Biasakan setelah membaca untuk memberikan vote dan komennya cantik-cantikku💜
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Selamat membaca

💜💜💜

Lelah dengan semua ini mengakhiri hidup apakah itu cara yang bagus?


Di penghujung usia ke delapan belas, Hera memandangi langit malam. Mungkin ini kali terakhirnya memandang langit. Ia merasa hidupnya benar-benar hancur, sebab orang yang selalu menjadi tempat bersandarnya menyalahkan ia penyebab ibunya meninggal. Duduk termenung di atap sekolah, berharap sekarang adalah hari terakhirnya hidup didunia. Ia mengingat kembali apa yang ayahnya katakan padanya, mata gadis itu memerah berupaya menahan cairan bening agar tidak turun ke pipinya dan menutup mulut agar tidak berteriak.

Kilas balik

"Saya tidak mengharapkanmu lahir kedunia ini, bagaimana bisa kau mengatakan ulang tahun di saat ibumu sendiri mati melahirkanmu ke dunia ini. Lebih baik kamu pergi dari rumah ini jangan pernah kembali lagi!" kata ayahnya dengan suara meninggi, hingga satu tamparan melekat di pipi kanananya.

Selesai

Sekuat apapun ia menahan tangis tetap juga akan tumpah, air mata pun jatuh membasahi pipinya. Tidak peduli akan tamparan itu tetapi kata-kata yang keluar dari mulut ayahnya itu sangat menyakitkan. Benar kata ayahnya, tak seharusnya ia lahir ke dunia ini karena kelahirannya hanya menyebabkan malapetaka saja.

"Tuhan. Sesakit inikah hidup? Kenapa harus Aku yang mengalami ini. Kenapa harus Aku yang di benci, dan kenapa harus Aku yang menanggung ini semua? Lebih baik Aku mati saja dari pada tidak di anggap oleh orang yang selama ini aku hormati dan sayangi!" Hera berteriak, seolah dunia akan mendengarnya.

Angin malam semakin dingin, kulit pucat dari gadis itu semakin terlihat seperti mayat hidup saja. Berdiri di atas pembatas dinding sekolah sambil menatap kosong ke langit. Tidak banyak yang tahu tentang Hera, karena ia gadis yang sangat tertutup. Bukannya seorang introvert, melainkan ia sengaja menjauhkan diri dari kerumunan. Menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak masuk akal tentang keluarganya dan beberapa luka lebam yang setiap hari ia dapati dari Ayahnya.

"Apa maksudmu?"

Seorang pria tak di kenal tiba-tiba berdiri di bawah sambil menengadah melihat langit. Terkejut, Hera pun melihat ke bawah.

Ah ternyata hanya seorang Pria.

Hening, tak ada obrolan dari si pria tadi. Begitu juga dengan Hera. Suara dedaunan kering yang terseret angin dan bunyi binatang malam membuat suasana tampak sedikit berubah. Hawa dingin pun sangat menusuk hingga ketulang.

"Sepertinya akan ada badai malam ini!" ujar si pria lantang. Ia sedikit mengeratkan jas yang sedang di pakainya. Memangku tangan lalu menatap ke arah Hera.

"Pergilah, Aku tidak butuh belas kasihmu!" usir Hera sambil memandang lurus.

Pria itu terkekeh, sambil mengusap-usap dagunya ia mendengus.

"Aku sama sekali tidak merasa kasihan padamu. Justru aku merasa kau itu manusia paling aneh yang pernah aku jumpai." lagi-lagi Pria itu terkekeh.

"Aku tidak peduli!" teriak Hera lantang.

"Terserah kau saja!" ujar si pria, sambil menatap sekitar lalu kembali menatap Hera "tunggulah di sana. Jangan coba-coba untuk melompat."

Beberapa menit kemudian terdengar suara pintu terbuka. Hera pun melihat ke arah belakang dan ternyata itu Pria tadi.

"Baiklah, sekarang turun secara perlahan. Aku akan menolongmu jika kau ingin hidup." Pria itu melangkah secara perlahan, takut jika si gadis kaget dan langsung melompat ke bawah.

"Coba pikirkan kembali, keluargamu." Sambung si pria lagi.

Hera mendengus lalu membuang wajahnya, ia sangat muak mendengar kata "keluarga" seakan ingin muntah saja "Aku tak punya kelurga, mereka berdua meninggalkanku" ujar Hera sambil tersenyum miris.

Mendengar penuturan dari Hera. Pria itu berhenti melangkah sambil mengkerutkan keningnya ia bertanya di dalam hati

Kenapa? Kenapa ia di tinggal keluarganya?

Sedetik kemudian ia pun kembali melangkah

"Jangan coba mendekat, kalau Kau tidak mau melihatku lompat dari sini!" teriak Hera marah.

"Kita bicarakan ini baik-baik. Aku punya solusi agar kau tidak usah bunuh diri!" ujar pria tersebut.

Hera pun mendengus lalu melihat ke arah pria tersebut. Dapat ia lihat jarak mereka tak jauh "Memang nya kau siapa? jangan sok akrab seolah-olah kau tau perasaanku!"

"Aku Kim Taehyung. Bukan bermaksud sok akrab, tapi Aku masih punya perasaan. Tidak mungkin di saat ada orang yang ingin bunuh diri aku diam hanya melihat begitu saja." jawabnya santai sambil berkacak pinggang.

"Bodoh. Kau membuat suasana hatiku jadi semakin buruk. Lebih baik Kau pergi saja dari sini!" usir Hera.

"Begini saja, Aku akan pergi jika Kau turun dari sana. Tindakanmu yang seperti ini tidak akan menyelesaikan masalah apapun. Aku juga tidak mau jadi tersangka kalau Kau mati."

Hera hanya diam tak mengubris perkataan dari Taehyung. Beberapa detik kemudian ia melihat kearah Taehyung dengan tatapan tak suka, "aku tidak memintamu untuk menyelamatkanku. Kau tinggal pergi dari sini semua urusan beres."

"Pengecut" ujar Taehyung "pantas saja keluargamu meninggalkanmu seperti ini!"

Hera terdiam cukup lama ia memikirkan perkataan dari Taehyung. Benar juga apa yang ia katakan. Ia sangat pengecut tak mau menerima keadaan saat ini. dan malah mau bunuh diri seperti saat ini. Tapi kalau ia pikirkan lagi, Ayah ada benarnya juga ia tak pantas ada di dunia ini. Hanya menjadi beban untuk orang banyak. Jadi kalau ia bunuh diri sekarang Ayahnya akan bahagia.

Beberapa detik kemudian Hera pun menatap Taehyung dengan tatapan sendu. Cukup lama ia melihat Taehyung, ia pun mengambil ancang-ancang untuk melompat. Sambil menutup mata ia menjatuhkan dirinya. Beruntung Taehyung yang melihat gerak-gerik Hera dari tadi sudah berlari duluan dan berhasil memegang tangan kanan Hera. Dengan cepat Taehyung pun menarik Hera.

"KAU GILA!!!" Teriak Tehyung marah, emosinya sudah tak terkontrol hembusan napasnya pun tak beraturan karena saking kagetnya.

Tatapan Hera seakan kosong, matanya memerah beberapa detik kemudian tangisnya pun pecah "Seharusnya Kau biarkan saja!" Sambil memukul lengan Taehyung tangisan Hera pun semakin menjadi-jadi. Taehyung yang melihatnya pun langsung memeluk tubuh Hera, mendekapnya dengan erat seakan-akan tak mau meninggalkan gadis terersebut. Taehyung sangat tau bagaimana perasaan Hera saat ini. Sangat hancur seperti kaca yang pecah yang tak bisa disatukan lagi. Ia pun mengelus lembut punggung Hera. Menunggu gadis tersebut berhenti menangis.

Hera merasa ada kehangatan dalam diri Taehyung, ia sangat nyaman dipeluk seperti ini seakan bebannya pikirannya mengihang. Cukup lama Hera menangis akhirnya berhenti juga. Taehyung pun mulai membuka suara, akan tetapi ia tak mau menanyai akan kejadian keluarganya ia berfikir pertanyaan itu akan membuat Hera semakin down. Taehyung pun melepaskan pelukannya.

"Yasudah lupakan kejadian yang tadi, yang penting kau masih hidup. Pulang dan beristirahatlah dirumah" Ujar Taehyung lalu berdiri sambil menepuk-nepuk celananya yang kotor lalu mengulurkan tangan pada Hera untuk menolongnya berdiri. Hera pun dengan senang hati menyambut uluran tangan dari Taehyung.

"Terima kasih. Tapi aku tidak mau pulang" Hera pun berjalan kearah kopernya lalu menariknya hingga berdiri di depan Taehyung.

"Kalau begitu menginaplah dirumahku, aku punya banyak kamar kosong" ajaknya lalu mengambil koper yang berada di depannya.

"Tidak itu tidak perlu, aku bisa mencari rumah disekitar sini" ujar Hera

"Di tengah malam begini? Kau yakin" tanya Taehyung

"Aku sama sekali tidak keberatan kau menginap dirumahku" sambungnya sambil tersenyum.

"Aku yang keberatan" ujar Hera lalu mengambil koper yang di pegang oleh Taehyung "Baiklah terima kasih untuk semuanya, aku pergi dulu" sambungnya lalu berpamitan pada Taehyung.

Taehyung hanya bisa menatap ke pergian Hera sambil menghembuskan napas gusar, sedetik kemudian mengejar gadis itu sambil berkata "untuk malam ini kau bisa menginap saja dirumahku, sudah tengah malam tidak baik untuk seorang wanita berkeliaran tak tentu arah seperti ini" paksa Taehyung lalu mebawa koper Hera.

Hera sempat terdiam sambil berfikir kenapa dia terlalu memaksa, lalu beberapa detik kemudian ia pun berlari menyusul Taehyung.

"Terima kasih" ujarnya sambil tersenyum.

"Uhm"

***

Sesampainya dirumah Taehyung, Hera tak henti-hentinya menatap setiap ornamen-ornamen yang terpajang didalam rumah, baik itu yang di dinding maupun yang di lantai. Semuanya sangat klasik sekali seperti ia berada di era kerajaan kuno dulu. Ia jadi bertanya-tanya apakah Taehyung seorang seniman atau seorang pecinta seni?

Ia ingin bertanya akan tetapi ia urungkan niatnya karena menghindarkan privasi seseorang, ia sangat menghormati itu. Alhasil sekarang ia hanya bisa menatap sambil mengagumi tanpa mengetahui sedikit pun.

"Jangan terlalu dilihat kalau kau tidak ingin terkejut nantinya" ujar Taehyung, tersenyum penuh misteri.

"Dia bilang apa tadi? Jangan bilang rumahnya berhantu?" ujar Hera dalam hati lalu menelan ludahnyanya hingga terdengar oleh Taehyung.

Taehyung pun tergelak sambil berkata "Kau gampang sekali dibodohi"

Hera pun tertawa hambar seperti orang bodoh.

"Kau sudah makan?" tanya Taehyung

Hera menggeleng "tapi aku tidak ada nafsu makan sekarang"

"Kenapa? Kau harus makan walupun sedikit" Taehyung pun berjalan ke arah dapur

"Tidak usah, aku tidak mau merepotkanmu" kata Hera mengekor dibelakang Taehyung

"Aku tidak merasa di repotkan sama sekali olehmu" kekeh Taehyung

Hera hanya bisa pasrah, sifat Taehyung yang selalu memaksa membuat ia sedikit tidak nyaman. Akan tetapi ia tidak bisa menolak juga karena Taehyung menolongnya.

"Duduklah, tunggu dalam dua puluh menit" ujar Taehyung lalu memundurkan kursi mempersilahkan Hera duduk disana.

Hera mengangguk lalu menatap punggung Taehyung yang sudah menjauh darinya. Taehyung pria yang baik, begitulah isi pikirannya sekarang. Sangat nyaman berada didekatnya, tapi anehnya kenapa tidak ada satu orang pun disini, apa mereka sudah pulang semua. Atau hanya Taehyung sendiri saja yang tinggal disini, lalu kemana keluarganya?

Pertanyaan demi pertanyaan terus saja muncul di kepala Hera, dengan cepat ia pun menepuk kedua pipinya sambil berkata "bukan urusanmu Hera, jadi diam saja" uajrnya lalu merebahkan kepalanya di meja.

"Kenapa hidupku semenyedihkan ini, apakah ada dosa yang aku perbuat di waktu kecil sehingga baru mendapatkan karmanya sekàrang" Hera mengela napas

"Aku jadi merindukan Ibu" sambungnya lalu meletakkan kepalanya di atas meja menjadikan tangannya sebagai tumpuan untuk kepalanya. Setetes air mata mengalir ke sudut matanya, tak ada tempat untuk mengadu sekarang apa lagi berkeluh kesah.

Lama kelamaan air matanya mengalir deras, ia menutup mulutnya supaya tidak terdengar isak tangisnya oleh Taehyung. Sangat sakit sekali menanggung semua beban sendiri. Ayah yang satu-satunya tempat mengadu sekarang malah sangat membencinya.

Sekarang kemana lagi ia harus pergi, tak ada satu orang pun yang mau menerimanya. Seakan-akan ia hanya memenuhkan seisi bumi saja kalau masih tetap hidup. Seperti orang yang tak berguna.

Langkah kaki pun terdengar dari arah belakang, buru-buru Hera menyeka air matanya takut kalau Taehyung melihatnya menyedihkan seperti ini.

"Baiklah makanannya sudah siap" ujar Taehyung lalu mengihangkan satu mangkuk nasi dan sup daging"

Hera pun tersenyun walupun dipaksakan, hidungnya yang memerah dan matanya sembab terlihat begitu jelas kalau dia habis menangis.

"Terima kasih, Taehyung-ssi" ujarnya lalu menatap makanan yang ada dihadapannya. Ia sangat serius akan perkatannya tadi tentang ia tidak ada nafsu makan sekarang, akan tetapi karena Taehyung sudah susah payah membuatkannya alhasil ia terpaksa memakannya.

"Kau terus saja berterima kasih, aku tidak mau kau mengatakannya lagi" Taehyung pun duduk didepan Hera sambil memangku tangan, ia menatap Hera.

"Berhentilah menangis, itu tidak akan menyelesaikan semua masalahmu kalau kau tidak berusaha" ujar Taehyung.

"Bagaimana kalau begini saja" Taehyung pun memajukan badannya lalu menatap wajah Hera dengan lekat.

"Apa lagi ini" tanyanya dalam hati. Mata Taehyung seolah-olah menusknya dari dalam. Hera pun menelan salivanya, takut akan tatapan Taehyung, akan tetapi ia juga tidak bisa berpaling, ia seakan-akan terhipnotis oleh mata itu.

"Tinggallah disini, aku akan menjadi orang tua asuhmu untuk sementara. Dan aku juga akan penuhi semua keinginanmu" ujarnya trsenyum.

Senyum yang seakan-akan menginginkan sesuatu pada Hera. Butuh beberapa menit untuk Hera mengatakan "B-baiklah" begitu saja.

Entah sihir apa yang memudahkan ia untuk menyetujui begitu saja, padahal di hatinya sama sekali tidak berniat untuk tinggal disini.

"Gadis pintar" kata Taehyung puas "besok pagi kita bicarakan lagi tentang ini. Kau bisa istirahat sekarang" ujar Taehyung lalu berdiri, mengusap kepala Hera.

"Kamarnya yang disana" tunjuk Taehyung pada pintu berwarna hitam yang bergambar bunga lavender di tengahnya.

Hera pun mengangguk, lalu pergi ke kamarnya sambil membawa kapernya. Ada perasaan aneh yang terbesit dihatinya, tapi tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. Ia berfikir besok pagi harus cepat-cepat pergi dari sini.

Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 121K 64
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
178K 16.6K 30
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
718K 70.3K 41
𝑫𝒊𝒕𝒆𝒓𝒃𝒊𝒕𝒌𝒂𝒏 J. Alexander Jaehyun Aleron, seorang Jenderal muda usia 24 tahun, kelahiran 1914. Jenderal angkatan darat yang jatuh cinta ke...
143K 23.6K 44
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...